Masa pandemi sedikit demi sedikit mulai memudar. Walau masih terdapat korban yang berjatuhan akan tetapi seolah tidak lagi menjadi momok yang menakutkan. Dalam beberapa waktu terakhir ini sudah dilakukan vaksinasi oleh pemerintah guna memperkebal daya tahan tubuh masyarakatnya terhadap virus yang mematikan tersebut. Hal ini menambah keyakinan bahwa pemerintah untuk memulai segala aktivitas seperti sedia kala sebelum Covid-19 menyerang.
Namun, bagaimanakah dunia pendidikan pasca pandemi ini?
Pasti akan ada perbedaan di saat kita mulai memasuki pembelajaran tatap muka pasca pandemi. Suasana awal akan terasa berbeda, asing, atau mungkin terasa baru.
Untuk memulai pembelajaran tatap muka pasca pandemi, segala persiapan harus dilakukan termasuk menjalin kesepakatan dengan orang tua, memastikan dapat izin dari pemerintah setempat dan berbagai hal lainnya. Menerapkan protokol kesehatan dengan baik masih diperlukan.
Menurut R. Eko Indrajit, seorang akademisi dan pakar teknologi informasi sekaligus Direktur PGRI SLCC menyebutkan bahwa ada lima langkah strategis yang harus dilakukan sekolah pasca pandemi Covid-19.
Pertama, lakukan peninjauan kembali terhadap target pembelajaran yang ingin dicapai agar secara rasional selaras dengan situasi dan kondisi baru dalam new normal.
Kedua, identifikasi sumber daya yang perlu dimiliki dan diadakan agar tujuan baru yang telah ditetapkan tersebut dapat dicapai dengan ketersediaan sumber daya yang ada.
Ketiga, petakan situasi dan kondisi masing-masing guru dan siswa yang harus bersiap-siap melakukan model pembelajaran baru berbasis blended learning sebagaimana yang dirancang.
Keempat, kajilah gap antara kebutuhan dan ketersediaan untuk menyusun langkah-langkah strategis dan operasional yang perlu segera dilakukan untuk menjembataninya.
Kalima, eksekusi langkah-langkah tersebut secara kreatif dan inovatif dengan menjalin berbagai kemitraan dengan pihak-pihak eksternal yang peduli mengenai pendidikan.
Berdasarkan paparan tersebut bahwa pembelajaran tatap muka mulai dapat dilakukan melalui strategi atau tahapan tertentu. Untuk awal pembelajaran tatap muka ini pemerintah menganjurkan sebuah metode pembelajaran blended learning.
Blended Learning
Model pembelajaran Blended Learning ini ringkasnya adalah penggabungan antara pembelajaran tatap muka dengan pembelajaran dalam jaringan (daring), baik dari cara penyampaian hingga gaya pembelajaran. Sehingga kombinasi pengajaran yang tercipta tetap menekankan interaksi sosial, tapi tidak meninggalkan aspek teknologi. Dan implementasi blended learning ini dapat dipilih sesuai dengan kondisi persekolahan.
Tahapan pertama dalam penerapan blended learning yaitu sekolah dapat membagi ruang kelas dan jumlah siswa sesuai dengan kebutuhan, keadaan, dan pengawasan protokol kesehatan. Dalam hal ini jumlah siswa dan ruang kelas dibagi dan dibatasi.
Kemungkinan yang bisa dilakukan yaitu dari sekian banyak siswa dibagi dalam dua tahap pembelajaran, di mana sebagian siswa dalam satu kelas melaksanakan pembelajaran secara langsung yakni tatap muka dan sebagian lainnya melaksanakan pembelajaran secara daring di rumah masing-masing. Sementara itu, guru mempersiapkan pembelajaran dalam dua metode yaitu daring bagi siswa yang belajar di rumah dan luring bagi siswa yang belajar melalui pembelajaran tatap muka.
Pembelajaran luring juga bisa dibekali dengan kombinasi daring sehingga peserta didik dapat terus meningkatkan literasi teknologinya.
Pada hari berikutnya, siswa yang sebelumnya belajar melalui tatap muka mereka melakukan pembelajaran secara daring di rumah masing-masing dengan arahan, panduan, dan pembelajaran yang dibekali guru hari itu. Dalam pembelajaran baik daring maupun bagi siswa yang melalui pembelajaran tatap muka keduanya sama-sama dibekali modul dan media pembelajaran lainnya.
Dalam metode blended learning ini guru harus tetap melaksanakan asesmen dengan baik. Guru sebagai perancang harus mampu meramu kombinasi jenis asesmen baik yang bersifat tes maupun non-tes, atau tes yang lebih bersifat otentik (authentic assessment/portfolio) dalam bentuk proyek, produk, dan lain-lain. Di samping itu, juga perlu mempertimbangkan antara bentuk-bentuk asesmen online dan asesmen offline. Sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta didik untuk mengikuti atau melakukan asesmen tersebut.
Ditulis oleh: Iis Kurniasih, S.Pd, Guru UPT SDN Periuk Jaya Permai Kota Tangerang