Tantangan guru abad 21 sebagai pemeran penting dalam pendidikan Indonesia adalah mencetak generasi yang tangguh dalam menghadapi tantangan zamannya.
Hal itu seperti yang diungkapkan oleh Bukik Setiawan, Ketua Yayasan Guru Belajar. Ia mengatakan bahwa pendidikan adalah upaya untuk membantu anak – anak dalam menghadapi tantangan zamannya agar dapat hidup secara mandiri dan bahagia.
Dalam hal ini, menurutnya, guru sebagai peran yang membantu mereka perlu tahu dan menyadari apa saja tantangan yang ada di zaman para siswanya saat ini. Hal itu disampaikan oleh Ketua Yayasan Guru Belajar dalam webinar kelima bertajuk Extension Course of Culture and Region yang digelar oleh Fakultas Filsafat Universitas Katolik Parahyangan.
“Mengapa saya memilih kata membantu ? karena saya percaya bahwa anak – anak pada dasarnya merupakan pelajar merdeka sejak lahir. Mereka secara alamiah akan bertumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang merdeka. Pendidikan bukan merupakan syarat utama tumbuh kembang anak – anak. Pendidikan merupakan upaya untuk membantu agar proses tumbuh kembang anak itu menjadi lebih efektif,” Katanya, dikutip dari Kompas (30/10/2022).
Ketua Yayasan Guru Belajar, Bukik Setiawan, menjelaskan mengenai adanya kesenjangan antar generasi yang dapat mempengaruhi peluang dan tantangan dalam dunia pendidikan. Ia mengatakan bahwa terdapat perbedaan kebutuhan pendidikan yang mencolok di setiap zamannya.
Dilansir dari laman Kompas (30/10/2022), misalnya seperti yang terjadi pada abad ke-19. Tantangannya adalah terkait dengan efisiensi dan mekanis karena pada saat itu bersinggungan dengan industri manufaktur.
Berbeda dengan yang terjadi pada abad ke-20. Pada abad 20 tantangannya adalah informasi dan rasionalitas karena pada saat itu bersinggungan dengan pesatnya industri informasi.
Tantangan guru di abad 21 ini, berdasarkan penjelasan Bukik, adalah mampu menggerakkan anak – anak agar dapat menganalisis dan mengelola berbagai macam informasi untuk bisa berkreasi. Hal itu dikarenakan di abad ini yang mengalami perkembangan adalah industri kreatif. Bahkan sumber yang bisa digunakan untuk belajar tidak lagi terbatas, melainkan hingga ke komunitas dan lingkungannya.
“Karena kemampuannya menganalisis, maka perlu mengekspos anak – anak dengan berbagai komunitas yang ada di masyarakat secara langsung. Tidak lagi belajar menekankan efisiensi melainkan seberapa bermakna pembelajaran tersebut untuk para murid,” ungkap Bukik, dikutip dari Kompas (30/10).
Menurutnya, anak – anak pada abad 21 membutuhkan personalisasi belajar yang dapat mendesain tujuan dan cara belajar mereka sendiri.
Halaman Selanjutnya
Model komunikasi dalam proses pembelajaran
Halaman : 1 2 Selanjutnya