Model komunikasi dalam proses pembelajaran pun juga bukan hanya sekedar memberi kesempatan anak – anak untuk berbicara, tetapi juga menekankan agar anak – anak berperan aktif dalam diskusi dan presentasi.
“Yang dibutuhkan bukan hanya soal penguasaan pengetahuan atau kompetensi, melainkan bagaimana kompetensi tersebut dapat berfungsi dalam kolaborasi sehingga dapat memberikan kontribusi bagi kehidupan,” imbuh Ketua Yayasan Guru Belajar.
Karena adanya perbedaan zaman antara guru dan para murid, menurut Ketua Bukik, itu dapat menjadi kesenjangan antara tenaga pendidik dan yang dididik. Singkatnya, pendidik merupakan tamatan pendidikan di abad ke-19 yang harus membantu anak didiknya dengan tantangan zaman di abad ke-21.
Untuk mengatasi hal itu, Ketua Bukik menegaskan tentang perlunya menempatkan anak sebagai pemimpin dalam setiap proses pembelajaran. Disisi lain juga mencoba menempatkan pendidik atau guru sebagai orang yang belajar. Pasalnya, guru sebagai pendidik sekaligus orang dewasa sebenarnya lebih punya banyak PR dibandingkan dengan anak – anak.
“Karena kita harus unlearn dulu. Melupakan apa – apa yang kita pelajari dulu agar bisa lebih terbuka, melihat, serta memahami tantangan di zaman abad ke-21 ini. Memahami anak – anak kita apa adanya tanpa bias kita sebagai warga yang belajar dengan cara abad ke-19,” katanya, dikutip dari Kompas (30/10/2022).
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Untuk update informasi terbaru mengenai guru dan pendidikan simak selengkapnya di Naikpangkat.com. Mari bergabung di Grup Telegram “NaikPangkat.Com – Portal Media Online”, cara klik link https://t.me/naikpangkatdotcom kemudian join.
(RAW)
Halaman : 1 2