Oleh Deliana Sagala, S.Pd
Guru di SMA Negeri 1 Singkep Barat
Pada masa era digital seperti sekarang, gadget sudah menjadi kebutuhan hampir seluruh kalangan usia, mulai dari anak-anak usia dini hingga lansia. Gadget sangat membantu memudahkan pekerjaan dan menjadi media pembelajaran online bagi siswa, terutama di masa pandemi Covid-19 seperti saat ini. Sehingga mayoritas orang tua memfasilitasi anak-anaknya dengan gadget.
Gadget merupakan perangkat elektronik kecil yang memiliki banyak fitur kemudahan dan manfaat di dalamnya, di antaranya kemudahan untuk mengakses berbagai informasi dan hiburan yang sudah tersaji secara online maupun offline. Gadget juga bisa digunakan sebagai media sosial yang dapat mempermudah hubungan seseorang secara jarak jauh, seperti menggunakan aplikasi WhatsApp, Facebook, Instagram.
Dengan fasilitas yang diberikan gadget, para pelajar pun dapat mencari referensi pelajaran bahkan berbagai informasi untuk mengerjakan tugas-tugas dari sekolah sehingga cepat terselesaikan. Oleh karena itu, gadget sangat digemari dan menjadi pilihan siswa sebagai media pembelajaran. Sebagian mereka beranggapan bahwa gadget adalah sahabat terbaik yang mampu mengatasi masalah dan kebosanan yang dialami siswa tanpa harus berinteraksi sosial.
Faktanya memang gadget memberikan begitu banyak keuntungan dan kemudahan bagi pemakainya terutama siswa. Namun perlu diwaspadai jika penggunaan gadget disalahgunakan, bisa memberi dampak negatif bagi perkembangan karakter siswa.
Menurut Kemendiknas, pengertian karakter adalah watak, tabiat, akhlak, atau juga kepribadian seseorang yang terbentuk dari hasil internalisasi berbagai kebajikan yang diyakini dan mendasari cara pandang, berpikir, sikap, dan cara bertindak orang tersebut.
Survei karakter pada siswa yang dilaksanakan oleh Puslitbang Pendidikan Agama dan Keagamaan tahun 2021, indeks karakter siswa jenjang pendidikan menengah berada di angka 69,52. Ini menunjukkan adanya penurunan dibandingkan hasil indeks angka indikatif tahun 2020 (71,41).
Penyebab utama turunnya indeks karakter siswa diduga karena sistem pembelajaran jarak jauh (PJJ) yang saat ini dijalankan sebagai solusi pendidikan di tengah pandemi Covid-19. Dalam sistem pembelajaran tersebut menuntut siswa harus menggunakan gadget dalam melakukan pembelajaran.
Penggunaan gadget secara berkelanjutan atau terus menerus menjadikan siswa mengalami ketergantungan. Sehingga siswa merasa sulit berbuat apa-apa jika tanpa kehadiran gadget.
Ketergantungan pada gadget ini juga dapat berdampak pada kesehatan dan juga perilaku siswa. Pada saat ini begitu banyak siswa menggunakan gadget sampai larut malam tanpa mempedulikan waktu, apalagi bila sudah keasyikan bermain game atau aplikasi lain yang terdapat dalam gadget tersebut. Hal ini dapat menimbulkan insomnia yang disebabkan pancaran blue light yang dihasilkan oleh gadget yang dapat membuat produksi hormon melatonin dalam tubuh menurun sehingga mengurangi rasa ngantuk pada malam hari. Kondisi insomnia yang tidak diatasi dengan baik dapat memicu berbagai gangguan kesehatan baik secara fisik maupun mental.
Hal lain yang bisa terjadi akibat penyalahgunaan gadget di antaranya siswa menjadi pribadi tertutup dan kurang bersosialisasi dengan orang sekitarnya, penurunan konsentrasi pada siswa, terpengaruh perilaku kekerasan, pudarnya kreativitas, mudah terlibat pergaulan bebas. Semua itu dapat mengakibatkan kelumpuhan karakter pada pribadi siswa.
Penggunaan gadget pada siswa sejatinya membutuhkan kontrol dari orang tua siswa. Namun di sisi lain, banyak orang tua memiliki begitu banyak kesibukan yang harus diselesaikan sehingga lalai dengan tanggung jawab untuk membimbing anak-anaknya agar menjadi pribadi yang berkarakter tanpa dipengaruhi gadget.
Lebih parah lagi, banyak orang tua yang menyerahkan ‘pengasuhan’ anaknya kepada gadget sehingga anak kecanduan yang berdampak negatif terhadap kesehatan psikologi anak. Bahkan di beberapa daerah di Indonesia, diklaim terdapat sejumlah anak yang terpaksa menjalani rawat jalan di Rumah Sakit Jiwa (RSJ) akibat kecanduan terhadap internet, termasuk game di ponsel. Reaksi yang ditunjukkan oleh salah satu pasien, ketika dilarang bermain gadget, langsung menunjukkan ekspresi emosi, melempar barang, bahkan mengancam dengan senjata tajam kalau tidak dituruti permintaannya.
Begitu banyak dampak buruk dalam penyalahgunaan gadget bagi perkembangan karakter siswa. Berdasarkan pengamatan penulis sendiri, banyak siswa mengalami kemerosotan motivasi belajarnya, kurang kreativitas, dan sulit untuk konsentrasi dalam belajar, tidak bertanggung jawab, dan kurang mampu berinteraksi sosial terhadap lingkungan sekitar, akibat salah dalam cara penggunaan gadget.
Untuk mengatasi permasalahan seperti ini membutuhkan kerja sama antara pendidik, orang tua, dan masyarakat agar tumbuh kembali nilai-nilai karakter baik dalam diri siswa. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.