Tidak bisa dipungkiri bahwasannya guru juga merasa senang dengan kehadiran ChatGPT. Ini karena ada banyak sekali yang bisa dilakukan dengan aplikasi tersebut untuk mempermudah proses pembelajaran. Di antaranya adalah:
1. Sumber Pembelajaran
Guru bisa menggunakan ChatGPT untuk menemukan referensi sumber pembelajaran. Tidak hanya itu, ChatGPT juga bisa mengevaluasi kualitas sumber pembelajaran atau materi tersebut. Bahkan, aplikasi AI tersebut juga dapat memberikan rekomendasi atau referensi materi sesuai kebutuhan guru.
2. Menjawab Pertanyaan
Tidak semua pengetahuan dikuasai oleh guru. Ada saatnya, guru tidak memahami suatu isu atau pertanyaa dari materi yang diajarkan. Dalam hal ini, guru bisa input soal ke ChatGPT dan mendapatkan jawabannya. Dengan begitu, proses pembelajaran tidak terhambat di tengah perjalanan.
3. Menilai Tugas Siswa
Sebagaimana poin awal, ChatGPT membantu guru untuk mengevaluasi materi pembelajaran. Ternyata, ChatGPT juga mampu menilai tugas siswa dalam bentuk materi apapun. Contohnya, menilai ejaan tugas bahasa, tata bahasa, dan sebagainya.
Sebenarnya, masih banyak lagi manfaat ChatGPT dalam bidang pendidikan bagi guru. Di antaranya adalah mengevaluasi kegiatan pembelajaran, referensi media pembelajaran, membantu oembuatan perangkat ajar, dan lainnya.
ChatGPT Bisa Merusak Pendidikan
Selain manfaat, ternyata, tidak sedikit pendidik dan pengamat lainnya menganggap bahwa ChatGPT menimbulkan mudharat. ChatGPT bisa merusak sistem pendidikan. Sebagaimana yang kita pahami, bahwa banyak pengguna yang mulai menyepelekan tugas dan melimpahkan ke aplikasi tersebut.
Sebagaimana fenomenas yang terjadi, sekarang, para siswa atau mahasiswa juga sangat mengandalkan ChatGPT. Hampir setiap pekerjaan yang selesai adalah hasil dari pemikirian ChatGPT. Itulah kenapa, ChatGPT dianggap merusak pendidikan.
Beberapa kerugian dari penggunaan ChatGPT adalah:
- Produktivitas peserta didik menurun. Ini karena peserta didik enggan berpikir dan memilih melimpahkan semuanya pada ChatGPT.
- Orisinalitas pekerjaan sangat minim. Karena hampir setugas adalah jawaban dari ChatGPT, maka siswa tidak memiliki orisinalitas terhadap suatu proses, tugas, dan karya.
- Hilangnya interaksi antara pendidik dan peserta didik. Peserta didik lebih memilih bertanya pada ChatGPT dibanding kepada guru. Sehingga, transfer pengetahuan, cerita, atau motifasi dari guru ke murid akan sangat minim.
Apapun itu, suka ataupun tidak, teknologi akan terus berkembang. Lalu, mau tidak mau, kita juga akan mengikuti dan menerapkannya dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pendidikan. Terkait perdebatan atau isu ChatGPT dalam bidang pendidikan memang sangat disayangkan. Pengguna, khususnya peserta didik harus lebih bijak dalam menggunakannya. Sementara, guru juga harus berperan, mengamati dan mengawasi setiap proses pembelajaran peserta didik.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Untuk update informasi terbaru mengenai guru dan pendidikan simak selengkapnya di Naikpangkat.com. Mari bergabung di Grup Telegram “NaikPangkat.Com – Portal Media Online”, cara klik link https://t.me/naikpangkatdotcom kemudian join.
(RAW)
Halaman : 1 2