Praktik Baik Dwi Indriyani: Dahsyatnya Sebuah Pujian untuk Anak Didik

- Editor

Sabtu, 6 Agustus 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Dwi Indriyani, S.Pd.

 

 

“Ayo anak-anak, beri tepuk tangan buat Mas Dewa,” minta saya pada seluruh siswa.

Anak-anak pun bertepuk tangan dengan gembira, sementara anak yang bernama Dewa tampak malu-malu. Namun mulai menunjukkan rasa bangga karena dia mampu berdiri di depan kelas dengan sikap tegak dan lancar membaca teks bacaan yang ada di tangannya walau kadang masih sedikit tersendat-sendat.

Dewa adalah anak yang pernah tidak naik kelas. Berbeda dengan saudara kembarannya yang sekarang ada di bangku kelas di atasnya satu tingkat. 

Hampir di setiap kegiatan pembelajaran, Dewa selalu malu-malu untuk bersuara keras saat diminta untuk membaca sebuah teks pendek. Terlebih lagi saat diminta untuk maju tampil ke depan.

Teman-temannya sering menertawakan dirinya karena ketidakmampuannya. Padahal dia sudah besar jika dipandang dari segi fisik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.

Menangani anak seperti Dewa ini, peran seorang guru amat sangat diperlukan. Yaitu bagaimana cara guru bisa menumbuhkan keberanian dalam diri anak agar anak berani tampil di depan kelas dan mau bersuara. 

Sebuah pujian kecil, ternyata mampu menjadi cambukan dan pendorong yang amat besar dan amat berarti bagi seorang anak.

Pujian-pujian seperti “Wah! Hebat.”, “Bagus!”, “Iya, kamu sudah betul.” Ternyata mampu menggerakkan hati anak dan mampu menjadi penyemangat mereka dalam belajar.

Tentu saja bukan hanya Dewa yang akhirnya berani tampil di depan kelas karena sebuah pujian. Masih banyak peserta didik lain yang terdorong untuk tampil berkat sebuah pujian.

Pada suatu ketika, saat saya sedang menemani anak melaksanakan outbond, disapa oleh seorang ibu muda yang juga sedang mendampingi anaknya dalam rombongan kelas anak saya.

“Miss, bagaimana kabarnya?” sapanya. “Itu anaknya, ya Miss?”

Saya terpaku sejenak sambil berusaha mengingat-ingat siapakah gerangan sosok ibu muda yang menyapa dan menanyakan kabar tersebut.

“Lupa, ya Miss? Saya murid les waktu kursus private conversation.”

“Oalah. Ternyata Mbak Winda. Sedang apa di sini, Mbak?”

“Ini mengantar anak saya, Miss” jawabnya sambil menunjuk seorang anak. 

Akhirnya kami pun berbincang-bincang tentang masa lalu di mana saat itu saya berperan sebagai guru lesnya dan dia adalah seorang murid. 

“Masih ingat gak, Miss, dulu saya selalu tidak mau maju karena malu dan takut salah dalam pronunciation,” kenangnya. 

“Tapi berkat pujian-pujian, dorongan, dan semangat dari Miss, saya akhirnya berani maju dan berani bersuara dengan keras.”

“Iya, kamu memang sangat pemalu saat itu. Sekarang kamu bekerja di mana? Sudah punya anak berapa?” 

“Alhamdulillah, sekarang saya sudah berkeluarga dan dikaruniai seorang putri kecil. Sekarang saya menjadi seorang MC di sebuah wedding organizer.” 

Ia melanjutkan: “Terima kasih, Miss, karena Miss saya berani tampil dan menjadi suka dengan dunia panggung, saya tidak lagi pemalu.”

“Wow, hebat sekali!”

Siang itu kami banyak sekali berbincang, dan kami pun berpisah setelah acara outbound selesai.

Selama perjalanan pulang saya memikirkan bahwa ternyata pengaruh sebuah pujian bagi seorang anak didik mampu mengubah dunianya. Pujian mampu membuat anak yang semula bagaikan katak dalam tempurung berubah menjadi seorang Cinderella.

Pujian ternyata mampu membuat seorang anak kecil melompat kegirangan bagaikan mendapatkan sebuah hadiah istimewa. Dan pujian yang mampu mendorong seorang anak didik yang bagaikan siput menjadi sebuah mesin roket yang meluncur ke antariksa.

Perlu diingat bahwa memberikan pujian pada anak didik tak memerlukan modal, cukup dengan ketulusan hati kita sebagai seorang guru agar dapat menggerakkan hati seorang anak.

Berilah anak didik pujian yang sederhana, pujian yang tulus, pujian yang bermakna. Sanjunglah mereka, dorong semangat dan kemauan mereka dengan pujian. Hadiahi kemampuan mereka dengan pujian. Dan hargailah mereka dengan pujian.

 

NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa. 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis