Oleh Dwi Indriyani, S.Pd.
“Ayo anak-anak, beri tepuk tangan buat Mas Dewa,” minta saya pada seluruh siswa.
Anak-anak pun bertepuk tangan dengan gembira, sementara anak yang bernama Dewa tampak malu-malu. Namun mulai menunjukkan rasa bangga karena dia mampu berdiri di depan kelas dengan sikap tegak dan lancar membaca teks bacaan yang ada di tangannya walau kadang masih sedikit tersendat-sendat.
Dewa adalah anak yang pernah tidak naik kelas. Berbeda dengan saudara kembarannya yang sekarang ada di bangku kelas di atasnya satu tingkat.
Hampir di setiap kegiatan pembelajaran, Dewa selalu malu-malu untuk bersuara keras saat diminta untuk membaca sebuah teks pendek. Terlebih lagi saat diminta untuk maju tampil ke depan.
Teman-temannya sering menertawakan dirinya karena ketidakmampuannya. Padahal dia sudah besar jika dipandang dari segi fisik dibandingkan dengan teman-teman sekelasnya.
Menangani anak seperti Dewa ini, peran seorang guru amat sangat diperlukan. Yaitu bagaimana cara guru bisa menumbuhkan keberanian dalam diri anak agar anak berani tampil di depan kelas dan mau bersuara.
Sebuah pujian kecil, ternyata mampu menjadi cambukan dan pendorong yang amat besar dan amat berarti bagi seorang anak.
Pujian-pujian seperti “Wah! Hebat.”, “Bagus!”, “Iya, kamu sudah betul.” Ternyata mampu menggerakkan hati anak dan mampu menjadi penyemangat mereka dalam belajar.
Tentu saja bukan hanya Dewa yang akhirnya berani tampil di depan kelas karena sebuah pujian. Masih banyak peserta didik lain yang terdorong untuk tampil berkat sebuah pujian.
Pada suatu ketika, saat saya sedang menemani anak melaksanakan outbond, disapa oleh seorang ibu muda yang juga sedang mendampingi anaknya dalam rombongan kelas anak saya.
“Miss, bagaimana kabarnya?” sapanya. “Itu anaknya, ya Miss?”
Saya terpaku sejenak sambil berusaha mengingat-ingat siapakah gerangan sosok ibu muda yang menyapa dan menanyakan kabar tersebut.
“Lupa, ya Miss? Saya murid les waktu kursus private conversation.”
“Oalah. Ternyata Mbak Winda. Sedang apa di sini, Mbak?”
“Ini mengantar anak saya, Miss” jawabnya sambil menunjuk seorang anak.
Akhirnya kami pun berbincang-bincang tentang masa lalu di mana saat itu saya berperan sebagai guru lesnya dan dia adalah seorang murid.
“Masih ingat gak, Miss, dulu saya selalu tidak mau maju karena malu dan takut salah dalam pronunciation,” kenangnya.
“Tapi berkat pujian-pujian, dorongan, dan semangat dari Miss, saya akhirnya berani maju dan berani bersuara dengan keras.”
“Iya, kamu memang sangat pemalu saat itu. Sekarang kamu bekerja di mana? Sudah punya anak berapa?”
“Alhamdulillah, sekarang saya sudah berkeluarga dan dikaruniai seorang putri kecil. Sekarang saya menjadi seorang MC di sebuah wedding organizer.”
Ia melanjutkan: “Terima kasih, Miss, karena Miss saya berani tampil dan menjadi suka dengan dunia panggung, saya tidak lagi pemalu.”
“Wow, hebat sekali!”
Siang itu kami banyak sekali berbincang, dan kami pun berpisah setelah acara outbound selesai.
Selama perjalanan pulang saya memikirkan bahwa ternyata pengaruh sebuah pujian bagi seorang anak didik mampu mengubah dunianya. Pujian mampu membuat anak yang semula bagaikan katak dalam tempurung berubah menjadi seorang Cinderella.
Pujian ternyata mampu membuat seorang anak kecil melompat kegirangan bagaikan mendapatkan sebuah hadiah istimewa. Dan pujian yang mampu mendorong seorang anak didik yang bagaikan siput menjadi sebuah mesin roket yang meluncur ke antariksa.
Perlu diingat bahwa memberikan pujian pada anak didik tak memerlukan modal, cukup dengan ketulusan hati kita sebagai seorang guru agar dapat menggerakkan hati seorang anak.
Berilah anak didik pujian yang sederhana, pujian yang tulus, pujian yang bermakna. Sanjunglah mereka, dorong semangat dan kemauan mereka dengan pujian. Hadiahi kemampuan mereka dengan pujian. Dan hargailah mereka dengan pujian.
NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.