Penggunaan Metode CRAFT dan Mind Mapping dalam Pembelajaran

- Editor

Minggu, 13 November 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Adakalanya, seorang siswa tidak semangat belajar. Ini tidak sekadar karena mereka kurang menguasai pelajaran, tetapi juga masalah mental dan kepercayaan diri. Maka, tugas guru adalah membobol mental block tersebut. Tujuannya adalah agar siswa mau membangun citra diri dan aktif mengikuti pembelajaran. Dalam hal ini, guru bisa menggabungkan dua metode, yaitu metode CRAFT dan Mind Mapping. Berikut penjelasan lengkapnya:

Metode Craft

CRAFT adalan bentuk akronim dari perpaduan beberapa kata, yaitu Cancel, Replace, Affirmation, Focus dan Train. Pelopor metode ini adalah Mardigu WP, tepatnya pada tahun 2017. Metide CRAFT sendiri merupakan suatu teknik untuk mengendalikan diri/individu/jiwa. Artinya, metode ini diaplikasikan untuk membentuk mental dan kepribadian yang kuat. Dengan kata lain, CRAFT adalah metode yang membantu membentuk citra diri (self-image).

Dalam pembelajaran CRAFT dapat memotivasi siswa agar lebin yakin terhadap pemikiran, kepribadian, dan juga kemampuannya. Dalam artian, guru bisa memanfaatkannya untuk menghilangkan mental block yang dialami siswa.

Seperti yang kita ketahui bahwa terkadang, siswa tidak merasa yakin dengan kemampuannya. Bahkan, ada pula siswa yang berasumsi bahwa dirinya memang bisa padahal belum mencoba. Biasanya, hal ini terjadi karena mereka mendapat cap seperti itu sejak usia dini. Misalnya, orang tua menganggapnya kurang berkompeten dalam bidang matematika, teman menganggapnya pemalu, dan masih banyak. Anggapan-anggapan tersebut sangat menancap dan guru wajib memecahkan.

Berikut peran dan cara metode CRAFT

Cancelling

Pertama, guru harus melakukan cancelling. Dalam hal ini, cancelling merupakan penolakan terhadap hal-hal yang membuat siswa mengalami mental block. Pemikiran-pemikiran buruk terhadap diri sendiri harus dihilangkan. Bagaimana caranya? Guru bisa membiasakan siswa untuk menghilangkan asumsi tersebut.

Misalnya, siswa sering mengeluh saat hendak mengerjakan tugas, seperti menganggap dirinya tidak bisa, takut, dan lainnya. Saat hal ini terjadi, guru bisa langsung mengingatkan agar tidak mengucapkan kalimat itu lagi. Sebisa mungkin, guru meminimalisir agar ke depannya, siswa tidak lagi memakai kata negatif untuk menilai diri sendiri.

Replacing

Guru tidak sekadar mencegah perkataan buruk siswa terhadap diri sendiri. Namun, guru juga harus mengarahkan siswa agar mengganti asumsi buruk menjadi asumsi baik. Misalnya, siswa yang terbiasa mengucapkan ‘tidak bisa’ saat mengerjakan tugas bisa menggantinya dengan kalimat ‘aku pasti bisa.’

Hal ini tidak cukup jika pengaplikasiannya satu atau dua kali. Guru harus terus mengontrol dan mengingatkan agar mengganti ucapan buruk menjadi ucapan yang baik. Dengan begitu, siswa akan terbiasa berpikiran positif terhadap diri sendiri. Bahkan, secara perlahan, mereka juga akan yakin dengan kemampuannya.

Affirmation

Setelah cancelling dan replacing adalah affirmation. Apa itu? Secara etimologi, Affirmasi sendiri merupakan peneguhan, penegasan, atau penatapan positif. Artinya, siswa butuh terus menegaskan atau menguatkan harapan dan mimpinya. Guru bisa mengarahkan agar siswa mengurai ulang apa yang menjadi harapan terbesarnya. Setelah itu, siswa bisa memantapkan dalam hati bahwa mereka pasti bisa mencapainya.

Misalnya, dalam pembelajaran, siswa mengurai apa yang belum dikuasai dalam pelajaran matematika. Setelahnya, siswa harus mantap untuk mempelajarinya dan yakin bahwa mereka pasti bisa menguasainya. Ini yang nantinya termasuk gabungan antara metode CRAFT dan Mind Mapping. Dengan begitu, semua harapan lebih terarah serta lebih mudah mencapainya.

Focus

Jika siswa sudah menegaskan apa saja yang hendak dipelajari dan dikuasai, siswa bisa membuat konsep untuk menggapainya. Dalam hal ini, siswa harus konsisten dan fokus. Misalnya, saat belajar bahasa Inggris, siswa ingin memguasai kosa kata, maka, setiap hari, siswa bisa fokus dan konsisten menghafal minimal 10. Tentunya, guru bisa terus memandu agar mereka tidak lengah.

Training

Yang terakhir adalah training. Training berarti latihan. Maka, siswa harus melakukan langkah awal sampai akhir terus-menerus. Khususnya, siswa harus terus berlatih dan mempelajari apa yang menjadi harapan terbesarnya. Dalam hal ini, guru bisa memfasilitasi siswa, seperti mengadakan seminar, training, atau lainnya.

Halaman Selanjutnya

Metode Mind Mapping

Berita Terkait

Peran Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Kolaborasi Guru
Contoh Bentuk Kegiatan Kolaborasi Guru dan Siswa yang Dapat Anda Terapkan
Strategi Meningkatkan Kolaborasi Guru di Sekolah sebagai Kunci Sukses Pendidikan
Tantangan Guru dalam Mengelola Kelas dalam Pembelajaran Abad 21
Tips Ampuh Mengatasi Gangguan Kelas dan Jaga Fokus Siswa Tetap Optimal
Ciri-Ciri Guru Tidak Mampu Mengelola Kelas dengan Baik, Ini Solusinya!
Model-Model Pengelolaan Kelas yang  Inovatif Dapat Guru Gunakan di Kelas
Cara Pengelolaan Kelas yang Kreatif Mendorong Literasi dan Numerasi Siswa
Berita ini 60 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 12 September 2024 - 10:58 WIB

Peran Kepala Sekolah dalam Membangun Budaya Kolaborasi Guru

Rabu, 11 September 2024 - 21:34 WIB

Contoh Bentuk Kegiatan Kolaborasi Guru dan Siswa yang Dapat Anda Terapkan

Rabu, 11 September 2024 - 21:20 WIB

Strategi Meningkatkan Kolaborasi Guru di Sekolah sebagai Kunci Sukses Pendidikan

Selasa, 10 September 2024 - 12:28 WIB

Tantangan Guru dalam Mengelola Kelas dalam Pembelajaran Abad 21

Selasa, 10 September 2024 - 11:41 WIB

Tips Ampuh Mengatasi Gangguan Kelas dan Jaga Fokus Siswa Tetap Optimal

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis