Ditulis oleh Opin
Mahasiswa UIN Jakarta
Krisis ekonomi karena pandemi meluluhlantakkan perekonomian negara-negara dunia, tak terkecuali Amerika Serikat. Kenaikan Year on Year (YoY) inflasi AS telah mencapai 8,4 persen. Kemenkeu negara tersebut, dalam sidang The Federal Open Market Committee (FOMC), menaikkan suku bunga acuan Federal Funds sebesar 50 bps. Langkah ini ditempuh guna menjadi penawar inflasi yang melonjak terparah dalam empat dekade terakhir.
Setiap kebijakan tentu saja akan melahirkan dampak dan risiko. Sebagai negara yang memiliki pengaruh besar pada perekonomian dunia, naiknya suku bunga FED tentu saja akan menimbulkan berbagai impact utamanya bagi negara yang melakukan hubungan baik bilateral maupun multilateral dengan AS. Negara-negara berkembang menjadi yang paling rentan terhadap risiko atas naiknya suku bunga FED. Nilai tukar negara yang memiliki sangkutan utang kepada AS akan terdepresi (melemah).
Analis fundamental B-Trade, Raditya Pradana mengungkap hal ini berpotensi menyebabkan kenaikan suku bunga kredit dan deposito. Kemudian Direktur Eksekutif Jubilee USA Network, Eric LeCompte mengungkap dampak kebijakan ini juga akan memukul para pemilik toko di Sri Lanka, petani di Mozambik dan keluarga-keluarga di negara-negara miskin di seluruh dunia.
Dampak di luar negeri berkisar biaya pinjaman yang lebih tinggi sampai pada nilai mata uang yang menurun (depresiasi). Melemahnya Yen sebagai mata uang Jepang pun turut dirasakan pasalnya Yen tertekan terhadap dollar AS hingga ke level paling bawah sepanjang 24 tahun terakhir lantaran sikap.
Cina yang merupakan salah satu negara super power di dunia pun terkena imbasnya yakni saham teknologi sehingga perusahaan internet raksasanya akan lebih sensitif terhadap risiko.
Kemudian Taiwan, Korea Selatan, dan India yang merupakan di antara negara yang padat akan teknologi, mulai ditinggalkan oleh para investor karena mereka cenderung lebih memilih menjual Dollar sebanyak US$70 miliar dekade ini.
CEO Grant Thornton Indonesia, Johanna Gani, mengungkapkan meningkatnya suku bunga The Fed tentunya juga akan memberikan dampak kepada Indonesia, salah satunya pada nilai tukar. Rupiah akan terdepresiasi atau melemah karena kenaikan suku bunga acuan FED berpotensi menyebabkan beban utang pemerintah Indonesia meningkat, terutama utang dalam bentuk Dolar AS yang sedang menguat nilainya. Investor juga terus memantau obligasi Indonesia yang paling mudah goyah terhadap guncangan suku bunga AS, mengingat obligasi Indonesia masuk dalam jajaran yang berkinerja paling buruk di Asia yang penurunannya secara agregat mencapai 2,1% di bulan ini.
Untuk itu, pemerintah Indonesia tengah berupaya menanggulangi dan bersiap menghadapi risiko yang akan terjadi. BI melakukan relaksasi moneter melalui penurunan tingkat bunga, kemungkinan harus menahan semua instrumen moneter. Serta penanaman modal asing melalui kemudahan dalam berbisnis karena capital inflow ke sektor riil lebih menjamin kestabilan cadangan devisa.
Direktur Riset Center of Reform (CORE) Indonesia, Piter Abdullah menyarankan agar BI harus segera menaikkan suku bunga acuan. Jika tidak, modal asing akan semakin banyak keluar meski memang tidak besar lantaran porsi modal asing di dalam negeri memang sudah menurun. BI setidaknya harus menaikkan suku bunga acuan sekitar 25 bps atau bahkan 50 bps. Dan kenaikan suku bunga acuan BI ini ditengarai akan dapat mengembalikan dana asing yang keluar dari Indonesia.
Sementara itu, pemerintah AS telah didesak oleh berbagai negara supaya dapat cepat mengatasi permasalahan ini sehingga perekonomian kembali berjalan normal. Ketua Federal Reserve, Jerome Powell yakin bisa kembalikan inflasi AS ke 2,0%. Hal ini disampaikan di hadapan Komite Perbankan Senat AS. Federal Reserve yakin tidak akan gagal dalam tugasnya untuk mengembalikan inflasi ke tingkat 2,0%. Powell mengatakan, Federal Reserve tidak mencoba memprovokasi resesi dengan kenaikan suku bunga, meski mungkin saja terjadi. Dirinya menolak gagasan bahwa Federal Reserve memiliki rencana untuk menaikkan suku bunga lebih agresif. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.