Tak terasa ada hal yang berbeda dengan kondisi pembelajaran di sekolah tahun atau dua tahun belakangan ini. Terutama saat ini, pembelajaran tatap muka biasanya dilakukan di sekolah menjadi kenyataan hal yang jarang dilihat. Saat ini sebagian besar kita dihadapkan pada proses pembelajaran jarak jauh. Siap tidak siap, peserta didik, orang tua dan pendidik khususnya, untuk melakukan proses pembelajaran secara pembelajaran dalam jaringan (daring).
Sebuah keniscayaan sekarang, kehadiran seorang guru di sekolah mulai berkurang intensitasnya dan sebagiannya lagi peran orang tua mulai meningkat. Peran seorang guru akan berkurang seiring interaksi langsung mulai berkurang intensitasnya antara peserta didik dan pendidik.
Dengan dirumahkannya siswa dan perubahan lingkungan pembelajaran ini, tentunya akan memiliki dampak yang sangat besar terhadap proses pembelajaran dan hasil pembelajaran siswa. Peserta didik yang sudah mulai akrab dengan teknologi Android secara tidak langsung akan mempengaruhi kepribadian mereka. Kurangnya interaksi dengan teman sebaya dan guru akan membentuk karakter peserta didik secara khusus. Di samping itu, dampak lainnya adalah terjadinya lost learning.
Lost learning adalah kehilangan kemampuan dan pengalaman belajar pada siswa. Dikutip dari Republika.co.id Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) mencatat, tanda-tanda learning lost sudah mulai terjadi, mengacu hasil asesmen diagnostik yang dilakukan guru selama pandemi Covid-19.
Secara persentase, sebanyak 47 persen sekolah atau guru mengatakan, hanya 50 persen siswa memenuhi standar kompetensi. Selain itu, sebanyak 20 persen sekolah atau guru menilai, sebagian kecil siswa memenuhi standar kompetensi. Artinya, siswa yang memenuhi standar kompetensi hanya di bawah 50 persen. Sementara itu, sebanyak 31,9 persen sekolah atau guru yang menilai siswanya sebagian besar sudah memenuhi standar kompetensi. Jika sebagian besar guru menilai siswanya tidak memenuhi standar kompetensi, artinya sudah ada kecenderungan terjadi learning lost.
Pada masa pandemi belajar secara optimal memang sulit untuk dilakukan. Terkait hal ini, sekarang guru didorong untuk mengajar tidak sesuai ketuntasan kurikulum, tapi sesuai dengan kemampuan siswa.
Namun tentu saja dalam pelaksanaan pembelajaran daring akan terdapat sejumlah tantangan yang harus dihadapi guru. Beberapa tantangan tersebut di antaranya siswa tidak mengumpulkan tugas, mengumpulkan tugas namun melebihi waktu yang disepakati, mengumpulkan tugas teman dan diklaim sebagai tugas pribadi, tidak mengikuti pembelajaran daring, siswa berbohong, hingga malas mengikuti pembelajaran.
Selain itu ada siswa yang tidak memiliki paket data untuk pembelajaran online, sinyal yang tidak stabil hingga hilang sinyal, kendala listrik yang tidak stabil yang terkadang mati mendadak. Semua itu dapat mempengaruhi kualitas pembelajaran online.
Memaksimalkan Belajar dari Rumah
Berangkat dengan kondisi tersebut di atas setidaknya beberapa hal yang dapat dilakukan di antaranya :
1. Meningkatkan peran konselor sekolah dalam memotivasi siswa baik melalui pemanggilan peserta didik ke sekolah dan home visit (konselor sekolah ke rumah).
2. Sekolah mengadakan program rutin pembinaan orang tua/wali melalui kegiatan parenting.
3. Sekolah memprogramkan belajar ke sekolah secara terbatas melalui semacam program kunjungan belajar sistem shift dan kunjungan belajar di perpustakaan.
4. Guru dan pengelola perpustakaan sekolah meningkatkan komunikasi kepada orang tua dalam meningkatkan belajar dan mengatasi hambatan belajar peserta didik.
5. Meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru baik secara daring maupun luring.
6. Sekolah meminjamkan fasilitas belajar kepada siswa baik berupa buku, alat dan bahan pembelajaran.
Pandemi Covid-19 ini setidaknya membelajarkan kita semua bahwa lingkungan terus berubah. kebiasaan baru kita dalam melaksanakan pembelajaran sekarang membutuhkan pola berfikir baru yang tidak sama seperti sebelum adanya pandemi. Peserta didik dan pendidik serta orang tua dan sekolah harus selalu siap untuk menjalankan pendidikan ini secara fleksibel dan luwes.
Terkadang pembelajaran dapat dilaksanakan di sekolah seperti biasa, namun kita juga harus siap untuk melakukan pembelajaran jarak jauh. Peserta didik dan pendidik lebih siap dalam mengadakan pembelajaran baik dilaksanakan di rumah maupun di sekolah. Lebih penting dari itu semua, bagaimana menghindari peserta didik kehilangan pengalaman pembelajaran (Lost Learning) dan dampak negatif penggunaan media teknologi Android yang tidak sehat.
Pembelajaran jarak jauh dari rumah juga membutuhkan suasana kebersamaan dan kekompakan yang dibangun atas dasar kepentingan yang sama untuk menjadikan pendidikan sebagai satu-satunya jalan untuk menjadikan diri, keluarga dan masyarakat untuk menjadi baik dan maju.
Ditulis oleh Yudi Sapriyanto, S.Pd