Merdeka Mendidik Anak Usia Dini dengan “Meja Sakti”

- Editor

Sabtu, 10 September 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh  Siti Afri Lailatin, S.Pd.

Guru TK Al Irsyad Al Islamiyyah Situbondo

 

 

Mendidik adalah suatu kegiatan berproses yang seharusnya tidak membuat kita jadi terbebani. Mendidik bukan hanya memberikan ilmu dan menambahkan pengetahuan, tapi bagaimana seorang guru dapat menjadikan anak didiknya berilmu dan berkarakter; bagaimana dapat menanamkan budi pekerti agar mereka dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapan guru dan utamanya orang tua, yaitu menjadi anak-anak  yang berakhlak, berilmu, berkarakter sesuai dengan budaya bangsa serta berkarakter Pancasila.

Mendidik juga membutuhkan keahlian seorang guru. Dalam mendidik, guru harus memiliki “meja sakti”, karena dengan meja sakti tersebut maka proses mendidik akan lebih berdampak pada anak didik untuk menjadi generasibangsa yaitu menjadi anak bangsa yang berkarakter, inovatif, serta kreatif karena. 

Mari sekarang kita telaah bersama  “meja sakti” apa yang dimaksud, yang harus dimiliki seorang guru untuk berhasilnya dalam mendidik,  utamanya guru TK (Taman Kanak-Kanak). 

Menjadi guru TK kadang dianggap remeh, karena dianggap hanya sekadar guru yang bermain, tepuk dan bernyanyi.Padahal justru sebaliknya, menjadi guru anak-anak usia dini tidak segampang yang dibayangkan. Untuk terjun ke dunia guru TK harus mempunyai meja sakti kenapa harus punya meja sakti. 

Meja sakti yang dimaksud adalah: pertama, seorang guru TK harus mempunyai (me)ntal ba(ja). Hal ini yang akan membuat seorang guru dapat mengekspresikan isi pikiran dan  berani menyuarakan pendapat demi kebaikan anak didik. 

Kedua, (sa)bar. Kesabaran dalam mendidik anak usia dini haruslah dimiliki seorang guru. Seperti yang kita tahu bahwa anak-anak kecil dapat bertingkah semaunya, dan itu menuntut kesabaran yang tinggi dari seorang pendidik.  

Ketia, (k)reatif. Tentunya guru  harus berusaha untuk kreatif untuk memunculkan ide-ide cemerlang guna menunjang berhasilnya mendidik anak usia dini. 

Terakhir, inova(ti)f. Ini berguna meningkatkan dan memotivasi anak didik agar dapat lebih berkualitas.

Dalam mendidik anak ini kita perlu memiliki prinsip kemerdekaan. Jika kita telaah, arti kata “merdeka” artinya tanpa ada beban dalam menjalani kehidupan dan tidak ada rasa takut. Sehingga di dalam mendidik kita bebas mengajak anak didik kita untuk mencapai tujuannya ke mana mereka akan melangkah, ke mana mereka akan diarahkan, ke mana mereka akan berjalan seperti yang kita harapkan sebagai guru yang menginginkan anak didiknya dapat mempunyai keberanian mengeluarkan inovasinya mempunyai keberanian untuk berkreasi serta menuangkan kreatifitasnya. Seperti yang tertuang dalam konsep merdeka belajar menurut Ki Hajar Dewantara mendidik dan mengajar  adalah proses memanusiakan manusia, sehingga harus memerdekakan manusia dan segala aspek kehidupan baik secara fisik, mental, jasmani, dan rohani. 

Di dalam proses mendidik yang merdeka, kita harus tetap dengan tujuan menjadikan anak bangsa berkarakter, disiplin, memiliki kreativitas agar mereka berani memunculkan inovasi-inovasi tanpa ada tekanan dan rasa takut sedikit pun untuk mengembangkan apa yang ada di dalam pikirannya. Sebab dengan ide kreatif anak bangsa tersebut dapat memunculkan hal-hal yang baik, hal-hal yang bermanfaat, hal-hal yang dapat membangun jiwa dan pikiran mereka untuk lebih maju, tidak hanya berdiam diri berdiam di satu titik tapi melangkah untuk menambah pengetahuan. 

Meskipun merdeka, tidak berarti bebas tanpa aturan. Anak-anak juga perlu arahan dan bimbingan yang kuat dari seorang guru. Jadi  anak-anak tidak boleh memaknai merdeka dengan kebebasan tanpa batas. Jangan sampai apa yang mereka lakukan dan dianggap benar akan tetapi justru terjerumus pada hal-hal yang negatif. 

Seorang guru perlu melakukan pengarahan yang dapat membuat mereka mengerti akan banyak hal yang bermanfaat untuk menumbuhkan inovasi baru, kreativitas baru, di mana mereka bebas memilih apa yang mereka inginkan; kegiatan apa yang mereka inginkan. Anak didik bebas memilih kegiatan yang akan mereka lakukan walaupun di sana juga sebenarnya ada batasan-batasan secara samar karena dalam pembelajaran juga ada tema dan topik yang mana guru sudah menyiapkan pembelajaran-pembelajaran atau kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan pada saat itu. 

Tapi jika ada di antara salah satu anak didik menginginkan melakukan hal di luar topik atau tema tapi itu dapat menunjang kreativitas maka kita tidak harus melarangnya tapi justru mendukungnya. Nah, dari situlah akan tumbuh bibit-bibit anak bangsa  yang  inovatif  dan  kreatif  tanpa  ada tekanan bahwa mereka harus melakukan apa yang sudah disiapkan guru, apa yang sudah ada di depan mereka. 

Kadangkala  anak-anak melakukan apa saja sesuai yang ada di dalam pikiran mereka. Jika hal itu positif,  maka haruslah mendukungnya dan mengarahkannya. Tapi jika hal itu negatif, kita harus memberi arahan yang tepat bahwa apa yang mereka lakukan adalah tidak benar dengan kalimat yang dapat mereka mengerti.

Menjadi guru merupakan profesi yang patut kita syukuri, karena profesi tersebut dapat sebagai ladang ibadah. Sebab berprofesi sebagai guru dituntut untuk mendidik dan membimbing anak-anak sehingga menjadi anak yang berpengetahuan, berkarakter, dan berakhlak mulia. Tidak mudah seperti yang dibayangkan, lebih-lebih untuk menjadi seorang guru di taman kanak-kanak. (*)

 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.

 

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru