Teori belajar SAVI oleh Dave Meier, mungkin sebagian dari kita belum terlalu familiar. Teori belajar SAVI yang dikembangkan oleh Dave Meier ini muncul karena kritiknya terhadap kecenderungan pendidikan di Barat yang memandang manusia hanya sebagai tubuh dan pikiran. Aktivitas tubuh dan pikiran dipisahkan dalam kegiatan belajar. Pembelajaran sangat kaku. Selain itu pembelajaran individual amat ditekankan. Cara berpikir ilmiah pun sangat diutamakan. Peranan media cetak dalam belajar seperti buku sumber utama sangat ditekankan.
Dalam bukunya The Accelerated Learning Handbook, Dave Meier berpendapat jika konsep guru mengenai siapa manusia yang diajarinya atau hakikat karakteristik siswa sangat menentukan sekali terhadap kegiatan belajar yang direncanakan dan diatur.
Dari penelitiannya, Dave Meier berpendapat jika manusia memiliki empat dimensi yakni: tubuh atau somatis (S), pendengaran atau auditori (A), penglihatan atau visual (V), dan pemikiran atau intelek (I). Bertolak dari pandangan ini ia mengajukan model pembelajaran aktif yang disingkat SAVI – somatis, auditori, visual dan intelektual.
SAVI merupakan singkatan dari Somatik, Auditori, Visual dan Intektual. Pembelajaran SAVI menganut aliran ilmu kognitif modern yang menyatakan belajar yang paling baik adalah melibatkan emosi, seluruh tubuh, semua indera, dan segenap kedalaman serta keluasan pribadi, menghormati gaya belajar individu lain dengan menyadari bahwa orang belajar dengan cara-cara yang berbeda. Mengkaitkan sesuatu dengan hakikat realitas yang nonlinear, nonmekanis, kreatif dan hidup.
Unsur-unsur Pendekatan SAVI dan Prinsip Dasarnya
Adapun unsur-unsur pendekatan SAVI menurut Meier (2004) adalah sebagai berikut
1. Belajar Somatik
Kata Somatic berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti “tubuh” atau mudahnya bisa dikaitkan dengan kinestetik. Belajar somatis adalah belajar dengan mengutamakan indra peraba, kinetesis, praktis melibatkan fisik dan menggunakan tubuh sewaktu belajar secara berkala.
Meier juga menguatkan pendapatnya dengan menyampaikan hasil penelitian neurologis yang menemukan bahwa pikiran tersebut di seluruh tubuh. Jadi dari temuan tersebut dapat disimpulkan bahwa dengan menghalangi pembelajar somatis menggunakan tubuh mereka sepenuhnya.
2. Belajar Auditori
Belajar Auditori merupakan belajar yang melibatkan kemampuan pendengaran yang meliputi kegiatan berbicara dan mendengar. Meier (2002) mengemukakan bahwa pikiran auditori lebih kuat daripada yang kita sadari dan telinga terus menerus menangkap dan menyimpan informasi auditori. Dengan demikian, membuat suara sendiri (berbicara sendiri), beberapa area penting di otak menjadi aktif.
Oleh karena itu, pembelajaran sebaiknya mengajak peserta didik membicarakan apa yang sedang mereka pelajari, mengajak mereka memecahkan masalah, dan mengumpulkan informasi. Beberapa siswa juga dapat (terutama yang memiliki kecenderungan auditori yang kuat) belajar dari suara, fialog, membaca keras, membicarakan kepada orang lain apa yang baru mereka alami, mendengar atau pelajari.
3. Belajar Visual
Menurut Meier (2004), setiap orang memiliki ketajaman visual yang sangat kuat. Hal ini dikarenakan didalam otak terdapat lebih banyak perangkat untuk memproses informasi visual dari pada semua indra yang lainnya. Meier mengungkapkan bahwa beberapa siswa (terutama pembelajar visual) akan lebih mudah belajar jika dapat melihat apa yang dibicarakan guru atau sebuah buku. Seperti melihat contoh dari dunia nyata, diagram, peta gagasan, gambar dari segala macam hal ketika siswa belajar.
4. Belajar Intelektual
Menurut Meier (2004), kata intelektual menunjukkan apa yang dilakukan siswa dalam pikirannya secara internal ketika siswa menggunakan kecerdasannya untuk merenungkan suatu pengalaman dan menciptakan hubungan makna, rencana dan nilai dari pengalaman tersebut. Lebih lanjut, Meler mendefinisikan intelektual sebagai penciptaan makna dalam pikiran, sarana untuk berfikir, menyatukan pengalaman, menghubungkan pengalaman mental, fisik, emosional dan intuitif tubuh untuk membuat makna baru bagian dari dirinya sendiri.
Prinsip Kegiatan Belajar Berdasarkan Prinsip SAVI
Sekarang, marilah simak pokok-pokok pikiran Meier, bagaimana prinsip kegiatan belajar berdasarkan prinsip SAVI itu.
1. Belajar somatic (S)
Belajar somatic (S), belajar dengan bergerak dan berbuat. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam kegiatan pembelajaran dengan belajar somatic,
- Membuat model dalam suatu proses.
- Secara fisik menggerakkan berbagai komponen dalam suatu proses atau sistem
- Menciptakan bagan, diagram, piktogram.
- Memeragakan suatu proses, sistem, atau seperangkat konsep.
- Mendapatkan pengalaman, lalu membicarakannya dan merefleksikannya.
- Melengkapi suatu proyek yang memerlukan kegiatan fisik.
- Menjalankan pelatihan belajar aktif (simulasi, permainan belajar, dan lain-lain)
- Melakukan tinjauan lapangan. Lalu menuliskan, menggembar dan membicarakan apa yang dipelajari.
- Mewawancarai orang di luar kelas.
- Menciptakan pelatihan pembelajaran aktif bagi seluruh kelas.
2. Belajar auditori (A)
Belajar auditori (A), kegiatan mendengar dan berbicara. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan belajar auditori.
- Membaca keras dari bahan sumber.
- Membaca paragraf dan memberikan maknanya.
- Membuat rekaman suara sendiri.
- Menceritakan kembali buku yang dibaca.
- Membicarakan apa yang dipelajari dan bagaimana menerapkannya.
- Meminta siswa memperagakan sesuatu dan menjelaskan apa yang dilakukan.
- Bersama-sama membaca puisi atau menyanyi.
3. Belajar visual (V)
Belajar visual (V), kegiatan melihat, mengamati, memperhatikan. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan belajar visual.
- Mengamati gambar dan memaknainya.
- Memperhatikan grafik atau membuatnya
- Melihat benda tiga dimensi.
- Menonton video dan film.
- Pengamatan lapangan atau secara langsung
- Dekorasi warna-warni
4. Belajar intelektual (I)
Belajar intelektual (I), kegiatan mencipta, merenungkan, memaknai, memecahkan masalah. Beberapa hal yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran dengan belajar intelektual
- Pemecahan masalah
- Menganalisis pengalaman, kasus
- Merencanakan strategis
- Membuat ide atau gagasan kreatif
- Mencari dan menjaring informasi
- Merumuskan pertanyaan
- Menerapkan gagasan
- Menciptakan makna pribadi
- Memprediksi atau memperkirakan implikasi dari suatu gagasan
Siklus pembelajaran dengan SAVI
Teori belajar SAVI (Somatis, Auditori, Visual, Intelektual) dapat dilaksanakan dalam siklus pembelajaran melalui empat tahap, yaitu
1. Tahap Persiapan
Guru membangkitkan minat siswa dengan memberikan perasaan positif mengenai pengalaman belajar yang akan datang, dan menetapkan mereka dalam situasi optimal untuk belajar. Adapun hal-hal yang dapat dilakukan antara lain:
- Memberikan pernyataan yang bermanfaat kepada siswa.
- Memberi tujuan yang jelas dan bermakna.
- Membangkitkan rasa ingin tahu.
- Menenangkan rasa takut.
- Menyingkirkan hambatan-hambatan belajar.
- Mengajak siswa terlibat penuh sejak awal.
2. Tahap Penyampaian
Tahap ini guru membantu dan memonitoring siswa menemukan materi belajar yang baru dengan cara menarik, menyenangkan, relevan,melibatkan panca indra dan cocok untuk semua gaya belajar. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain
- Berbagi pengetahuan.
- Latihan menemukan (sendiri, berpasangan atau kelompok)
- Pelatihan memecahkan masalah.
- Presentasi interaktif.
- Pengalaman belajar di dunia nyata yang kontekstual.
3. Tahap Pelatihan
Guru membantu, memonitoring dan mendampingi siswa mengintegrasikan dan menyerap pengetahuan dan keterampilan baru dengan berbagai cara. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain
- Aktivitas pemrosesan siswa.
- Usaha aktif atau umpan balik atau renungan atau usaha kembali.
- Aktivitas pemecahan masalah.
- Dialog berpasangan atau kelompok.
- Mengajar balik
4. Tahap Pemaparan Hasil
Guru membantu, memonitoring dan mendampingi siswa menerapkan dan memperluas pengetahuan atau keterampilan baru mereka pada hasil pekerjaan (tugas) siswa. Sehingga hasil belajar akan melekat dan penampilan hasil akan terus meningkat. Hal yang dapat dilakukan guru antara lain
- Aktivitas penguatan penerapan.
- Materi penguatan persepsi.
- Pelatihan terus menerus.
- Umpan balik dan evaluasi kinerja.
Ingin lebih tau tentang kebutuhan belajar siswa? Bapak dan Ibu Guru dapat ikuti pelatihan “Pembelajaran Berdiferensiasi untuk Memenuhi Kebutuhan Murid dalam Merdeka Belajar” yang diselenggarakan oleh e-guru.id