“Rindu kepada teman-temanku. Rindu kepada sekolahku. Rindu kepada guruku”
Bait kalimat di atas, mungkin adalah jeritan hati para siswa yang saat sedang merindukan pembelajaran tatap muka.
Rindu adalah perasaan seseorang yang sangat menginginkan sesuatu. Rindu tidak dapat dilihat, namun hanya dapat dirasakan. Dan rindu terhadap pembelajaran tatap muka (PTM) pada anak-anak sekolah sepertinya sudah tidak terbendung lagi, khususnya bagi anak pelajar usia dini.
Bagi anak usia dini pembelajaran secara daring sungguh tidak menyenangkan. Pasalnya, mereka tidak dapat mengekspresikan keinginan mereka secara langsung. Sementara itu, tingkat kemandirian anak usia dini tentu saja masih rendah, sehingga ketika menginginkan sesuatu masih banyak menggantungkan pada orang lain.
Dalam konteks pembelajaran, anak usia dini masih banyak bergantung pada guru dalam proses pembelajaran. Dan ketika pembelajaran dilakukan secara daring, interaksi siswa dengan guru menjadi terbatas. Hal ini membuat siswa lebih sulit memahami materi pembelajaran.
Perlu dipahami bahwa pada anak usia dini, tahap perkembangannya menurut ahli “Piaget” masuk dalam tahap praoperasional. Pada tahap ini anak berpikir pada tingkat simbolik. Jadi akan sangat sulit memberikan penjelasan materi terutama saat daring. Oleh sebab itu, kerja sama dengan orang tua sangat dibutuhkan untuk menjadi figur guru pengganti serta menjelaskan materi yang diberikan secara langsung kepada anak.
Dengan rentang konsentrasi yang relatif pendek dalam belajar, hal tersebut membuat pembelajaran daring menimbulkan ketidaknyamanan bagi anak. Selain itu, mereka tidak dapat berinteraksi atau bermain dengan teman sebaya. Padahal pada dasarnya bermain adalah hak mutlak untuk setiap anak.
Pembelajaran tatap muka masih menjadi alternatif utama dalam pembelajaran anak usia dini. Anak akan dapat mengembangkan seluruh aspek perkembangannya yaitu aspek kognitif, sosial emosional, bahasa, nilai agama dan moral, fisik motorik dan seni mereka. Tetapi akibat pembelajaran daring hal tersebut sulit untuk dicapai secara keseluruhan.
Saat pembelajaran dilakukan secara daring, beberapa siswa mengatakan, “Bunda, kapan kita belajar dan main di sekolah lagi ?”
Itu menunjukkan dan menjadi bukti betapa rindunya mereka terhadap pembelajaran yang dapat dilakukan secara langsung di dalam kelas. Mereka tentunya juga rindu dengan teman-temannya.
Tapi bagaimanapun, pembelajaran di tengah pandemi harus dilakukan sesuai dengan peraturan pemerintah. Oleh sebab itu, keadaan ini menuntut guru untuk dapat selalu kreatif dan inovatif dalam pemberian materi secara daring agar anak-anak tetap semangat, senang dan yang terpenting adalah anak mau mengikuti pembelajaran secara daring.
Semoga pandemi ini segera berakhir dan PTM dapat segera dilaksanakan kembali. Itulah pesan guru pada anak didiknya setiap kali mengakhiri pembelajaran daring. Hal tersebut diharapkan dapat menjadi salah satu penyemangat untuk anak agar tetap optimis mengikuti proses pembelajaran.
Ditulis oleh Titis Sri Rahayu, S.Pd (Guru di TK TAMAN HIJAU)