Cara Mengelola Emosi Orang Tua dalam Mendampingi Belajar Anak di Masa Pandemi

- Editor

Selasa, 31 Agustus 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Situasi pandemi Covid-19 menjadikan tidak nyaman. Banyak orang mudah meluapkan kemarahannya gara-gara  cara hidup yang serba online. Demikian juga orang tua jadi mudah marah ketika harus melakukan pendampingan pembelajaran  anak secara online.

Di masa pandemi ini, anak-anak memang diwajibkan belajar dari rumah secara daring. Pasalnya, virus Corona ternyata juga dapat menyerang pada anak-anak juga. Para pelajar mulai  dari TK sampai perguruan tinggi  belajar dari rumah .

Langkah yang diambil oleh pemerintah Indonesia untuk melindungi anak-anak pelajar dari tertular virus adalah dengan penerapan belajar jarak-jauh. Memang sudah selayaknya pendidikan tetap harus mengedepankan nyawa agar semua terselamatkan.

Akibat dari kebijakan itu, orang tua harus mau mendampingi belajar anak dari rumah secara daring. Terlebih untuk anak yang masih duduk di bangku TK  hingga anak SD yang duduk di kelas 1, 2, 3, 4, 5, 6. Mereka semua sangat memerlukan pendampingan. Karena jika tidak diawasi dan didampingi dalam pembelajaran daring, anak justru akan bermain  game melalui ponsel daripada mengikuti pembelajaran online.

Dalam kondisi normal, orang tua bisa memasrahkan anaknya  pada guru di sekolah di mana guru berperan total sebagai pendamping. Sekarang,  posisi  guru di sekolah dalam hal pengawasan digantikan oleh orang tua siswa masing-masing . Keadaan ini ternyata dapat menguras  waktu, tenaga, biaya, serta emosi orang tua.

Emosi sedih, marah, bahagia, terkejut, tegang dan perasaan yang campur-aduk dapat dirasakan oleh orang tua. Apalagi ketika orang tua yang tidak memiliki kesiapan dalam menghadapi perubahan belajar yang dilakukan serba online ini.

Belajar secara online sendiri membutuhkan keterampilan dan berbagai sarana seperti laptop, ponsel, paket data akses internet. Semua itu dibutuhkan untuk melancarkan pembelajaran anak secara daring. Sementara itu, orang tua akan bertindak sebagai  teman, konsultan bagi anak, dan guru bagi anak. Sehingga hal ini dapat memunculkan banyak konflik yang dapat menyebabkan emosi memuncak. Untuk itulah setiap orang tua perlu mengerti banyak hal tentang cara mengelola emosi.

Kemampuan orang tua dalam mengatur perasaannya akan dapat memberikan respon tuntutan lingkungan dengan tepat. Untuk itu,  emosi orang tua harus  ditata ulang  dengan benar supaya dapat menghadapi pembelajaran secara online yang sedang dijalani oleh anak.

Adapun cara mengelola emosi orang tua terhadap anak bisa dilakukan dengan duduk bersama, untuk mengagendakan semua kegiatan seluruh anggota keluarga. Ajak anak kita menyusun  jadwal belajarnya dan membuat kesepakatan bersama dalam keluarga inti. Anak akan merasa lega dan bahagia jika diberi kepercayaan dan tanggung–jawab terkait penyusunan acara sehari-hari yang disesuaikan dengan orang tua.

Anak juga perlu diajak bicara untuk mengungkapkan apa kesulitan yang dialami  dalam pembelajaran secara jarak jauh atau online. Untuk itu, orang tua harus sabar, tidak egois, dan mau mendengarkan keluh-kesah anak. Selalu melakukan evaluasi tiap hari agar anak merasa nyaman.

Selain itu, orang tua harus bisa berdamai dengan keadaan dan penuh syukur dalam situasi apapun, tetap semangat menjalani hidup. Agenda tiap anggota keluarga harus dibicarakan bersama dan ambil keputusan yang membahagiakan semua.

Kita sebagai orang tua harus pintar-pintar dalam mengelola emosi tiap hari, terlebih di masa pandemi. Agar dapat mengelola emosi dengan baik perlu mengedepankan pola saling asah, asih, dan asuh antara anak dan orang tua. Orang tua tidak boleh menang sendiri atau bersikap otoriter kepada anak.

Ditulis oleh Ari Nurwantini (Guru di SDN Glagah)

Berita Terkait

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai
Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses
Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali
Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Berita ini 4 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 19:50 WIB

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai

Jumat, 21 Juni 2024 - 13:28 WIB

Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses

Sabtu, 15 Juni 2024 - 13:59 WIB

Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Berita Terbaru