Oleh Delvina Bidari, S.S.
SD AVICENNA JAGAKARSA
Seperti biasa sebelum pembelajaran daring dimulai, Bu Guru Lina (40) menyapa murid-muridnya. Bu guru menanyakan kabar dan berbincang ringan dengan mereka. Bu guru heran saat melihat Akhtar (8) muridnya tampil beda hari itu.
“Akhtar, tumben hari ini kamu pakai kacamata?” tanya Bu guru Lina.
“Iya, Bu. Aku sekarang pakai kacamata. Kemarin aku periksa ke dokter. Katanya mataku minus, Bu!” jawab Akhtar.
Bu guru Lina heran dan kembali bertanya, “Kamu minus berapa, Nak”
“Aku minus 3, Bu.” jawab Akhtar lagi.
Betapa terkejutnya Bu guru Lina. Dia tidak menyangka Akhtar tiba-tiba minus 3. Kemudian Bu guru ingat saat dilaksanakan PTM-T, Akhtar meminta duduk paling depan karena mengeluh tidak dapat melihat tulisan di papan tulis dengan jelas.
“Kenapa kamu bisa tiba-tiba minus 3?” tanya Bu guru penasaran.
“Aku sering main game di hp, Bu.’ jawab Akhtar.
Kisah Bu guru Lina dan Akhtar adalah sedikit kisah serupa yang dialami oleh anak-anak yang menggunakan gadget secara berlebihan.
Memang saat ini gadget tidak hanya disukai oleh kalangan orang dewasa, bahkan anak-anak pun sudah umum menggunakan gadget di dalam keseharian mereka.
Penggunaan gadget bagi kalangan siswa sendiri bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi penggunaan gadget dapat membantu proses pembelajaran dan sebagai sarana rekreasi bagi anak, namun penggunaannya juga memiliki efek negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan gadget secara berlebihan.
Dikutip dari laman bssn.go.id, anak-anak yang terlalu lama menggunakan gadget dapat memiliki perilaku SSD atau Screen Dependency Disorder. SSD adalah perilaku anak-anak yang kecanduan gadget. Salah satu ciri anak dengan gangguan SSD adalah selalu mengambil gadget ketika bangun tidur dan saat makan di meja dengan mata tetap menatap layar gadget.
Selain kecanduan gadget, efek negatif yang dapat ditimbulkan dari penggunaan gadget berlebih pada anak adalah sebagai berikut:
Bisa Membuat Mata Minus
Selama pandemi, anak-anak lebih banyak berada di rumah. Dan bermain gadget menjadi hiburan yang sangat digemari. Mereka ‘mabar’ dengan teman-teman sebaya di jagat maya. Bahkan, terkadang mereka membuat janji untuk ‘mabar’ selepas pembelajaran daring.
Mengurangi Gerak Aktif
Saat bermain gadget, anak-anak biasanya betah duduk atau bersandar dalam waktu lama. Ketika sudah asyik bermain gadget, mereka enggan beranjak dari posisinya.
Kemampuan Motorik Berkurang
Kurangnya waktu anak-anak untuk beraktivitas di luar rumah untuk berinteraksi dengan teman-teman sebayanya dan lamanya mereka menggunakan gadget menyebabkan anak-anak kurang memiliki kesempatan untuk mengembangkan kemampuan motorik halus (menulis, memotong, menggambar dll.) dan motorik kasarnya (berjalan, melompat, berlari, dan lain-lain).
Meskipun gadget memiliki dampak negatif bagi anak-anak, namun kita tidak dapat sepenuhnya menghilangkan gadget dari keseharian anak-anak. Peran orang tua dan kerja sama dengan pengasuh atau orang dewasa di rumah sangatlah penting untuk membantu anak-anak dapat menggunakan gadget dengan baik.
Berikut beberapa cara yang dapat dilakukan agar anak tidak menggunakan gadget secara berlebihan:
1. Menjadi contoh bagi anak
Orang tua adalah contoh dan panutan bagi anak-anak. Jika kita menghendaki anak-anak dapat menggunakan gadget dengan bijaksana, tentu sebagai orang tua sebaiknya memberikan contohnya. Jangan sampai orang tua menegur anak untuk mematikan gadget tetapi justru orang tua tetap bermain gadget.
2. Memberi batasan waktu menggunakan gadget
Untuk anak-anak usia 6 tahun ke atas, orang tua dapat membuat kesepakatan dengan anak-anak kapan mereka boleh menggunakan gadget dan berapa lama durasi yang diperbolehkan. Misalnya, anak-anak boleh menggunakan gadget di akhir pekan dengan durasi maksimal 2 jam.
3. Memberi jadwal penggunaan gadget
Jadwalkan waktu untuk anak bermain gadget. Misalnya, anak-anak dapat menggunakan gadget sebelum makan malam.
4. Melakukan aktivitas bersama anak
Selain memberikan jadwal untuk bermain gadget, tentunya akan lebih baik jika anak-anak juga melakukan aktivitas bermain baik di luar atau di dalam rumah. Jika anak-anak tidak diperbolehkan bermain gadget, tentu mereka akan mencari alternatif kegiatan lain. Orang tua dapat melakukan kegiatan bersama anak-anak seperti bermain bulu tangkis, membuat kue, merawat tanaman, mencuci mobil atau melakukan permainan tradisional seperti congklak, ular tangga, dan lain-lain.
Kesabaran dan konsisten tentulah sangat dibutuhkan dalam menerapkan peraturan di rumah. Anak-anak membutuhkan waktu untuk menyesuaikan diri dengan aturan yang diberikan oleh orang tua. Dengan kesabaran dan memberikan penjelasan dan penguatan, anak-anak akan dapat menyesuaikan diri dengan baik. Berikan pujian saat mereka berhasil menahan diri untuk tidak bermain gadget di luar jadwal yang telah ditentukan.