Saat itu sebelum wisuda di Universitas Khatolik Indonesia dilaksanakan, Yanuarista Satriana Hartini mendengar kabar bahwa ada pembukaan tes CPNS untuk guru. Dan memang itu impian yang ingin dituju, yaitu menjadi guru dengan status Pegawai Negeri Sipil (PNS).
Mulai saat itu, ia rajin mengunduh aplikasi untuk latihan soal-soal ujian seleksi PNS. Ia tahu bahwa dalam seleksi tersebut tidak mudah, harus bersaing dengan ribuan hingga jutaan pendaftar lainnya.
“Prinsip saya waktu itu adalah lebih baik tidak lulus daripada tidak mengikuti tes. Setidaknya saya pernah mencoba, gagal atau berhasil akan menjadi sebuah pengalaman buat saya,” ungkapnya.
Ketika tiba waktunya, perempuan kelahiran 1997 tersebut mendaftarkan diri untuk mengikuti tes PNS. Banyak hal yang harus dilalui untuk sekadar melengkapi administrasi. Namun itu tidak menjadi penghalang.
“Mulai waktu itu saya merancang apa yang akan saya lakukan untuk selanjutnya. Saya berambisi untuk lulus tes SKD (Seleksi Kompetensi Dasar), meskipun takut untuk berharap lebih. Jadi yang saya lakukan adalah selalu mencari pengalaman pada orang-orang sudah pernah mengikuti tes dan lulus pada tahun sebelumnya.”
“Kebetulan di kampung saya, jaringan telekomunikasi sangat susah, hanya ada di tempat tertentu saja. Jadi yang saya lakukan setelah beres-beres rumah adalah pergi mencari jaringan dan mendownload soal-soal yang ada di Youtube untuk dipelajari di rumah. Hal ini dilakukan nyaris setiap hari, di samping itu saya juga selalu berdoa mohon petunjuk,” kisahnya.
Keluarga Yanuarista Satriana Hartini selalu memberikan motivasi. Hingga waktu tes SKD tiba, ia mengikutinya di ibu kota kabùpaten yaitu di Labuan Bajo. Di tahap ini, ia lulus dan mendapatkan peringkat pertama.
Namun perjuangan untuk menjadi guru PNS tidak sampai di situ saja, ada lagi tes yang harus ia lalui yaitu SKB (Seleksi Kompetensi Bidang).
“Menurut saya, ini adalah babak yang terbilang sangat sengit karena karena hanya akan diambil tiga orang yang memiliki nilai tertinggi. Jadi, perjuangan harus lebih sengit dibandingkan tes sebelumnya. Namun buat saya, jika rezeki berpihak pada saya, maka apapun yang terjadi, saya pasti lulus,” ujar wanita yang menyukai membuat karya seni tersebut.
Seiring berjalannya waktu, sekitar satu bulan menuju pelaksanaan tes SKB tiba, ibunya jatuh sakit. Hal ini yang membuat pikirannya jadi kacau, dilema antara kesedihan dan juga semangat untuk selalu berjuang. Namun di sisi lain ibunya selalu memberikan motivasi untuk melanjutkan.
“Yang saya punya sekarang bukan untukmu nanti, tetaplah berjuang untuk nasibmu,” demikian kata ibu untuknya.
Sekitar tiga minggu sebelum tes, ibunya dilarikan ke rumah sakit. Tentu ia juga harus ikut menjaganya. Meskipun demikian, semangat belajarnya tidak pernah pudar sebab kata-kata dari ibunya terus terngiang dalam hatinya.
“Jadi, yang saya lakukan adalah membawa buku pegangan belajar saya dan peralatan lainnya untuk dipelajari di rumah sakit, jika ada waktu yang memungkinkan. Di rumah sakit, aktivitas saya yaitu bangun pagi untuk mandikan mama, memberi makan, lalu saat mama tidur saya mengambil kesempatan untuk mandi dan dilanjutkan belajar,” kenangnya.
“Mama juga merasa senang karena dia melihat saya tetap mampu berjuang di tengah rasa sedih yang saya rasakan. Setiap saat ketika saya memeluk mama dan menangis, mama selalu dan selalu mengutarakan motivasinya untuk saya: bahwa apa yang mama miliki bukanlah kepunyaan saya, jadi saya harus berjuang demi nasib saya.”
Dua hari menjelang waktu tes, ia kembali rumah walaupun kondisi ibunya masih sakit-sakitan. Kemudian digelar acara adat Teing Hang Empo (adat Manggarai) sebagai bentuk ucapan terima kasih dan juga memohon agar tidak ada halangan saat tes CPNS tiba.
“Satu hari sebelum pelaksanaan tes CPNS, saya pamit ke ibu kota kabupaten. Saya pergi dengan hati yang amat sedih, di mana mama masih terbaring lemah di rumah. Namun apa boleh buat, demi sebuah nasib seperti yang dikatakan mama.”
Setelah tiba di Labuan Bajo, tepatnya sore jam 17.00, ia mendapat kabar bahwa ibunya akan dilarikan ke rumah sakit terdekat dan akan dirujuk ke rumah sakit di Labuan Bajo.
Pukul 24.00, ibunya tiba di rumah sakit Siloam Labuan Bajo. Tepat pukul 01.04 pada tanggal 27 September 2020, ibunya menghembuskan napas terakhir tanpa mengungkapkan sepatah katapun.
“Perasaanku saat itu seperti teriris. Sakit sekali rasanya. Seperti sudah tak ada harapan lagi untuk bangkit.”
“Saat mama dimandikan dan sambil menunggu surat keterangan kematian dari dokter, saya mengambil selimut mama dan saya selimuti diri saya. Kemudian saya meminta petunjuk dari mama apa yang harus saya lakukan seterusnya. Tiba -tiba terlintas dalam pikiran saya motivasi dari mama. Sehingga saya tetap bertekad untuk tetap mengikuti tes.”
Pagi harinya, jenazah ibunya dibawa pulang ke kampung halaman. Sementara itu ia tetap tinggal di ibu kota karena besoknya harus mengikuti tes. Perasaannya tentu saja sangat tidak karuan, namun demi sebuah nasib ia harus tetap kuat menghadapinya.
“Hingga waktu tes tiba, saya tetap mengikutinya walaupun dengan perasaan sedih, belum siap menghadapi kenyataan dan juga perjuangan yang harus dimenangkan. Di sela-sela pengerjaan soal, bayangan wajah mama terlintas kuat. Namun saya selalu mencoba menghindarinya, selalu memohon agar memberi kekuatan dan selalu pegangan pada prinsip. Setidaknya itulah kado yang terindah untuk mama di saat-saat perjumpaan terakhir secara fisik.”
“Dan puji Tuhan, tes dapat dilalui dengan baik dan setelah dilihat nilainya saya mendapatkan skor tertinggi dan saya dinyatakan lulus tes CPNS.”
Saat ini, Yanuarista Satriana Hartini mendapat tugas di SMPN 5 Lembor Selatan dan akrab disapa dengan Bu Rista.
Meskipun saat ini sudah mengajar, namun Bu Rista tidak ingin berhenti belajar. Salah satu potensi diri yang ingin ia kembangkan adalah kemampuan menulis sehingga ia bergabung dengan e-Guru.id, platform penyedia pelatihan online untuk guru di seluruh Indonesia.
“Sebelumnya saya adalah seorang guru yang sangat malas menulis ide. Namun setelah mengikuti pelatihan yang diselenggarakan oleh e-Guru.id, saya mulai mengerti dan saya pernah membuat sebuah tulisan dalam sebuah buku yang diselenggarakan oleh e-Guru.id. Saya sangat senang. Di samping itu, saya mendapatkan sertifikat yang tentunya sangat-sangat bermanfaat untuk saya.”
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud