Mengelola Emosi – Emosi merupakan hasil dari reaksi tubuh dalam menghadapi situasi tertentu. Karena pada dasarnya, emosi adalah dorongan untuk bertindak, reaksi terhadap rangsangan dari luar tubuh.
Untuk mengatur emosi, seseorang memerlukan kecerdasan emosional. Yang mempunyai arti kemampuan untuk memahami, mengendalikan, dan mengevaluasi emosi yang ada dalam diri seseorang.
Faktor kecerdasan emosional mempunyai dua pendapat, yaitu faktor dari genetik atau bukan. Beberapa penelitian melaporkan bahwa kecerdasan emosional dapat dipelajari dan diperkuat. Sedangkan ada juga yang berpendapat bahwa itu sebagai karakter bawaan.
Yang sudah pasti, kecerdasan emosional dapat dilihat dari latar belakang seseorang itu bertumbuh dan berkembang. Karena kebiasaan yang sudah dilihat dari usia dini akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan seseorang.
Kecerdasan emosional guru dapat dinilai saat mereka menghadapi berbagai macam sifat dan karakter siswanya. Karena tidak semua siswa akan berperilaku yang sama yaitu baik dan pintar di semua mata pelajaran. Pasti akan ada siswa yang istimewa dalam berperilaku. Seperti sangat aktif, tidak mematuhi peraturan, nakal, dan lain sebagainya.
Hal tersebut wajar ditemukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Dan wajar juga apabila guru akan merasa kesal terhadap perilaku tersebut. Karena itu adalah respon dari tubuh saat melihat kondisi tersebut.
Namun, untuk menghadapi situasi ini diperlukan kecerdasan emosional yang baik. Sebab, jika seorang guru merespon dengan memarahi siswa, hal tersebut akan membuat proses pembelajaran tidak kondusif. Serta akan membuat siswa merasa tidak senang dengan pribadi gurunya itu. Tentunya sebagai guru tentunya tidak mau hal itu terjadi.
Guru Harus Memiliki Kecerdasan Emosional yang Baik
Setiap guru pasti pernah merasakan emosi negatif yang sangat besar saat mengajar siswa-siswanya. Lalu yang menjadi pembeda dari setiap guru itu adalah bagaimana cara mengendalikan emosi negatif itu menjadi emosi yang positif.
Karena emosi positif dapat memperluas pemikiran dan menghasilkan ide dan strategi pembelajaran. Serta siswa akan melihat pribadi guru yang sesungguhnya.
Karena sejatinya, guru adalah role model yang siswa contoh secara tidak sadar. Karena setiap hari siswa akan memusatkan perhatiannya kepada guru untuk belajar. Maka mereka akan melihat serta mengkategorikan guru sesuai dengan perilakunya. Semua guru pasti ingin menjadi guru yang favorit bagi siswanya.
Mudah marah dan tersinggung kepada perilaku siswa, bukanlah solusi yang tepat untuk mengatasinya. Marah justru akan membuat suasana kelas menjadi tidak nyaman dan dampak ini akan dirasakan oleh semua siswa. Padahal yang mempunyai kesalahan hanya satu atau beberapa siswa saja.
Emosi siswa itu masih sangat labil. Selain dilihat dari usianya, latar belakang masing-masing siswa juga berbeda. Oleh karena itu, sikap toleransi sangat diperlukan agar menjadi pribadi yang tidak mudah emosi.
Meskipun begitu, apabila mereka salah, maka tidak boleh memaklumi perilaku buruknya. Justru disini peran guru untuk dapat mengendalikan emosi pribadi dan mendidik siswa agar memiliki perilaku yang sesuai dan benar.
Seorang guru pernah berkata “Mewajari perilaku siswa bisa menciptakan kebiasaan yang tidak baik bagi mereka. Tugas kita di sini adalah melakukan pendekatan personal, mencari tahu apa alasan siswa melakukan hal seperti itu, menasehati dan mendidiknya, sehingga nantinya tumbuh perilaku yang lebih baik.”
Jadi, adanya pemahaman tentang peran emosi dalam pembelajaran dan mengetahui cara melatih kontrol emosi yang baik bisa membantu kita dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan di kelas dan membantu kesuksesan mengajar.
Kecerdasan emosional dalam diri guru juga sangat berpengaruh terhadap salah satu kompetensi yang harus dimiliki oleh guru profesional, yaitu kompetensi sosial.
Pentingnya kecerdasan emosional adalah untuk memberikan pemahaman diri sendiri dan orang lain secara efektif, berhubungan baik dengan orang lain, dan beradaptasi dengan lingkungan sekitar agar lebih mudah beradaptasi dan menghadapi tantangan yang selalu berubah-ubah.
Peran guru agama dalam mengembangkan kecerdasan emosional dan spiritual anak sangat besar. Tetapi tidak selamanya tanggung jawab mengembangkan kecerdasan emosi siswa adalah tanggung jawab guru agama saja. Semua guru memiliki tanggung jawab yang sama.
Oleh karena itu semua guru diharapkan sudah memiliki kecerdasan emosional yang tinggi sehingga dapat membantu siswa mengasah kecerdasan emosionalnya.
Tips Mengelola Emosi Bagi Guru
Keterampilan dalam mengelola emosi sangat penting dikembangkan untuk menghadapi suatu masalah karena dalam memecahkan suatu masalah harus disertai dengan emosi yang benar-benar terkontrol.
Banyak orang yang kurang bisa mengontrol emosi pada saat menyelesaikan masalah dan ujung-ujungnya masalah yang seharusnya diselesaikan malah menjadi tambah rumit dan sulit untuk diselesaikan.
Agar pembelajaran berlangsung optimal dan menghasilkan hasil belajar yang maksimal ada beberapa cara yang dilakukan oleh guru untuk meningkatkan kecerdasan emosional dalam proses pembelajaran di kelas.
Guru diharapkan mampu mengembangkan kecerdasan emosi dalam pembelajaran sebagai salah satu pengamalan dari etika kerja profesi sebagai pendidik.
1. Kendalikan diri dan kurangi emosi negatif
Jangan pernah memberikan penilaian langsung kepada siswa yang bersikap negatif. Sebaiknya guru mencari tahu kenapa siswa bisa berperilaku seperti itu. Misalnya, mungkin siswa tidak mau mendengarkan penjelasan guru karena guru itu dalam menerangkan tidak menarik. Maka, perluaslah perspektif untuk mengurangi persepsi negatif pada siswa.
Kemudian, pasti seorang guru pernah merasa takut tidak diterima dengan baik oleh siswa-siswanya. Penyebabnya adalah karena kurang rasa percaya dirinya bahwa kita itu mampu untuk menjadi guru mereka. Oleh karena itu, guru akan tidak mengeluarkan kemampuannya secara utuh (all out).
Dengan begitu, guru harus meningkatkan rasa percaya dirinya dan harus merasa yakin dengan kemampuannya. Selain itu, guru harus selalu berusaha meningkatkan kualitas diri dan jangan malas untuk mengupgrade informasi dan pengetahuan baru.
2. Memberikan ruang untuk beristirahat sejenak dan berusaha tetap tenang
Cobalah untuk memahami apa yang sedang terjadi dengan memperhatikan reaksi fisik apa yang kemungkinan muncul. Tanda-tanda fisik seperti bagian tubuh yang merasakan sensasi, jantung berdebar kencang, atau perut terasa sakit, bisa menjadi petunjuk tentang apa yang kita alami secara emosional.
Tetap tenang dan berusaha untuk mencari tahu apa yang akan terjadi pada kita secara fisik, bisa mengalihkan fokus serta membuat sebagian kecenderungan emosi hilang.
Cara yang kedua adalah dengan mengambil nafas yang dalam secara berulang sampai kita merasakan detak jantung stabil. Hal ini akan membantu kita dalam menurunkan emosi.
Apabila gemuruh dalam dada masih dirasa, maka sebaiknya jangan mengucapkan satu kata pun. Karena biasanya yang akan terucap adalah kata-kata negatif.
3. Bersikap tegas
Sebagai guru, bersikap tegas sangat diperlukan. Agar siswa juga mengetahui bahwa mereka tidak bisa bersikap seenaknya ketika sedang berada di tempat umum. Hal ini berhubungan dengan pengelolaan kelas.
Apalagi ketika guru mendapatkan kelas yang sulit dikendalikan, siswa yang selalu mengobrol , dan tidak mengikuti pembelajaran dengan baik, maka sikap tegas ini harus guru terapkan.
Tetapi, harus selalu diingat bahwa tegas itu bukan berarti galak dan otoriter. Sikap tegas ini hanya akan muncul sesekali apabila diperlukan. Dalam kegiatan pembelajaran, sikap hangat dan humoris harus tetap ada. Guru harus selalu berusaha untuk menjadi teladan dalam menegakkan aturan dan disiplin dalam pembelajaran.
4. Optimis dan pantang menyerah menghadapi tantangan
Guru harus selalu optimis, penuh harapan, serta selalu belajar dan mencoba setiap saat untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Ketika guru merasakan kegagalan, maka guru harus tetap bersemangat dan berpikir positif.
Ingatlah selalu, bahwa guru adalah garda terdepan, karena peradaban sebuah bangsa dan ditangan kitalah calon-calon pemimpin sedang dipersiapkan. Maka, tidak ada kata menyerah bagi kita yang sedang berjuang mendidik calon pemimpin masa depan.
5. Ekspresikan emosi kedekatan dengan siswa
Menjadi seorang guru yang tegas memang bagus, tetapi dalam mendidik siswa harus diperlukan cinta dan kasih sayang serta kepedulian. Perilaku tersebut perlu diekspresikan kepada siswa agar siswa mengetahui dan merasakannya. Kemudian suasana belajar akan menjadi nyaman.
Cara mengekspresikannya bukan dengan memeluk seperti orang tua ke anak. Cukup dengan kontak mata, senyum, gerak tubuh, dan ekspresi persahabatan, itu sudah cukup.
Apalagi ketika ditambah dengan permainan intonasi dan volume suara saat mengajar. Jadi, siswa tahu kapan saat serius dan kapan saat santai. Hal ini sekaligus menunjukan bagaimana kualitas guru dalam mengelola emosi. (mfs)
Segera daftarkan diri Anda dalam Pelatihan bersertifikat 32 JP “Peningkatan Kompetensi Guru Melalui Kompetensi Sosisl-Emosional” yang akan dilaksanakan mulai tanggal 2-9 Juni 2022 menggunakan aplikasi Zoom Meeting dan Telegram.
Tunggu apa lagi? Daftarkan diri Anda sekarang juga sebelum kuota peserta penuh!