Pertama, pemanasan dengan cara menyiapkan diri untuk bermain peran dalam sebuah kondisi yang ditentukan.
Kedua, memilih pemain yang akan berperan yaitu yang tidak asertif atau yang memiliki sikap tidak menghormati orang lain.
Ketiga, menata setting tempat untuk bermain peran. Hal ini bisa dilakukan dengan menyiapkan beberapa perlengkapan yang mendukung suasana peran seperti meja, kursi, buku, atau barang-barang lain yang dapat dijadikan sebagai properti.
Keempat, memilih pengamat sebagai observer untuk mengamati jalannya bermain peran selama berlangsung.
Kelima, memulai bermain peran dalam hal ini bermain peran dalam kaitannya hubungan dengan orang lain, dan menjadi poin utama ialah berperan dengan menunjukkan perilaku asertif beberapa kali hingga dari perkataan maupun perilakunya menunjukkan perilaku asertif.
Keenam, diskusi terhadap permainan peran yang sudah dilaksanakan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui apakah peran yang dilakukan sudah mengarah kepada perilaku asertif dan menghormati orang lain atau belum.
Ketujuh, bermain peran ulang yakni dengan harapan agar lebih baik dari sebelumnya. Jika pada saat bermain peran sebelumnya masih belum menunjukkan contoh perilaku asertif dan menghormati orang lain, maka pengulangan bermain peran dilakukan agar sesuai dengan tujuan awal dilakukannya bermain peran.
Kedelapan, diskusi kaitannya dengan realitas. Pada langkah ini bisa dengan melakukan evaluasi yang berhubungan dengan aktivitas sehari-hari yang pernah dilakukan. Misalnya saja ketika ada yang pernah berperilaku tidak asertif dan kemudian menyadari juga bahwa ketidakasertifan itu seperti tidak menghormati orang lain. Lalu dari keadaan demikian didiskusikan dengan apa yang sudah dilakukan dari bermain peran.
Kesembilan, menceritakan pengalaman selama bermain peran. Pengalaman yang diperoleh dapat berupa hasil pemahaman baru yang didapat maupun perasaan yang dirasakan setelah bermain peran.
Dari beberapa langkah dalam role playing, intinya ialah ketika mulai bermain peran itu sendiri. Untuk melatihkan perilaku asertif, peran disini lebih kepada peran spontan dimana disajikan kondisi tertentu untuk kemudian bermain peran. Dalam hal ini bermain peran spontan akan melatih ketrampilan dalam berperilaku baik dengan diri sendiri maupun hubungannya dengan orang lain. Penulis memiliki gagasan bahwa teknik Role playing bisa digunakan untuk membantu siswa dalam penguatan karakter hormat kepada orang lain.
Demikian tadi ulasan mengenai teknik bermain peran (role playing) untuk meningkatkan perilaku asertif siswa. Dengan adanya artikel ini besar harapannya bisa menjadi landasan para guru untuk membantu siswa meningkatkan perilaku asertif di sekolah. Selain itu semoga artikel ini menambah wawasan bagi siapapun pembacanya.
Anda Seorang Guru?
Ingin Bisa Membuat Artikel Populer untuk Kenaikan Pangkat?
Ayo Segera Mendaftar Pelatihan Reguler (32 JP) dan Bersertifikat!
(GST/GST)