Mengajarkan siswa bagaimana cara belajar merupakan suatu tujuan pendidikan yang sangat penting dan merupakan tujuan utama. Sangat ironis apabila kita mengharapkan siswa kita belajar, namun jarang atau tidak sama sekali mengajarkan bagaimana siswa itu belajar. Kita sering mengharapkan siswa dapat memecahkan masalah, namun sebaliknya kita tidak pernah mengajarkan bagaimana tentang pemecahan masalah tersebut.
Menurut teori konstruktivisme, belajar tidak sekedar menghafal. Agar siswa benar-benar memahami dan dapat menerapkan pengetahuan yang diperolehnya, maka siswa perlu dibiasakan untuk memecahkan masalah, menemukan sesuatu yang berguna bagi dirinya dan bergelut dengan ide-ide (Ibrahim, 2003: 3). Hal tersebut mengandung makna bahwa siswa harus aktif menemukan dan menerapkan informasi kompleks, mengecek informasi baru, membandingkan dengan aturan lama, dan memperbaiki aturan itu apabila sudah tidak sesuai.
Tugas guru adalah bagaimana membimbing siswa agar mampu mengkoordinasikan pengetahuan awal yang telah diketahui sebelumnya dengan pengetahuan baru yang diperolehnya, hal tersebut menjadi sangat penting agar terjadi pemahaman terhadap transfer ilmu pengetahuan yang diperolehnya.
Salah satu kegiatan selama proses belajar mengajar adalah memberi tugas siswa untuk mengerjakan tugas-tugas tertentu. Seringkali siswa juga diminta untuk membaca suatu topik guna menyusun suatu laporan singkat atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dalam suatu tes. Untuk memenuhi tuntutan tersebut siswa harus terlibat dalam proses-proses berpikir dan berperilaku, membaca cepat, suatu bacaan, meringkas, membuat catatan, dan sekaligus harus memonitor jalan pikiran diri mereka sendiri. Agar dapat melakukan hal di atas diperlukan strategi-strategi belajar tertentu.
Berdasarkan pengalaman, pemantauan dan diskusi yang mendalam antara penulis sebagai guru sains Biologi pada SMP Negeri 2 Wawotobi ditemukan bahwa siswa kurang aktif dalam proses belajar mengajar, hal ini dimungkinkan belum optimalnya guru-guru dalam menerapkan strategi pembelajaran, guru lebih banyak mengambil peran dalam proses belajar mengajar, tanpa lebih banyak melibatkan aktivitas siswa dalam pembelajaran.
Untuk mengatasi masalah tersebut diperlukan upaya atau strategi-strategi belajar yang sesuai. Hal ini untuk mengatasi masalah yang dihadapi sehubungan dengan rendahnya prestasi belajar siswa. Salah satu strategi yang dapat dilakukan adalah dengan mengajak siswa untuk mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep, mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama, menempatkan ide utama di tengah atau di puncak peta tersebut dan mengelompokkan ide-ide sekunder di sekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama. Strategi tersebut dinamakan Strategi pekojarasi (strategi peta konsep pohon jaringan, rantai dan siklus)
Strategi Pekojarasi atau strategi peta konsep pohon jaringan, rantai dan siklus dikembangkan oleh Lucy Daiel dalam bukunya Merril Life Science yang menjelaskan bahwa peta konsep pohon jaringan, rantai dan siklus siswa dapat belajar bagaimana membangun tiap-tiap tipe dari peta konsep ini melalui latihan, siswa akan mempunyai banyak kesempatan untuk berlatih keterampilan membuat peta konsep (Rachmadiarti, 2003: 16). Selanjutnya dijelaskan pula strategi ini dapat digunakan untuk mengulang/merangkum isi bab secara visual berkaitan dengan konsep yang dipelajari dan membuat siswa membaca dengan tujuan tertentu. Penggunaan peta konsep untuk merangkum dan bermanfaat bila ada banyak istilah kunci baru bagi siswa untuk dipelajari.
Menurut Pratiwi (2003: 12) untuk membuat strategi peta konsep seperti pekojarasi atau peta konsep pohon jaringan, rantai dan siklus terdapat urutan langkah-langkah sebagai berikut:
1). Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep
2). Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep sekunder yang menunjang ide utama tersebut.
3). Tempatkan ide utama ditengah atau di puncak peta tersebut
4). Kelompokkan ide-ide sekunder disekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ide-ide tersebut dengan ide utama.
Dalam pembelajaran dengan menggunakan strategi pekojarasi atau peta konsep pohon jaringan, rantai dan siklus sebaiknya guru menyediakan format peta konsep dan nama konsep yang akan digunakan. Cara ini bertujuan agar dalam pembelajaran lebih efisien dibandingkan dengan apabila siswa yang menyusun peta konsep sendiri, selain itu akan memudahkan guru dalam melakukan penilaian atas hasil belajar siswa terutama dalam upaya meningkatkan kemampuan pemahaman konsep.
Berdasarkan temuan penelitian yang pernah penulis lakukan, penerapan strategi pekojarasi dalam pembelajaran dapat meningkatkan pemahaman siswa pada materi pertumbuhan dan perkembangan Sains-Biologi di kelas IX SMP Negeri 2 Wawotobi. Penerapan strategi pekojarasi juga dapat melatih siswa menjadi pembelajar yang aktif, otonom dan mandiri, karena siswa berusaha memetakan konsep pengetahuan yang diperoleh dari pengetahuan abstrak menjadi konkret dan bermanfaat.
Ditulis oleh Hasin, S.Pd., M.Si., Guru di SMP Negeri 2 Wawotobi