Sejarah Perang Jawa sebagai Dasar Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme Siswa

- Editor

Selasa, 6 April 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Betapa besar keberanian rakyat Jawa memperjuangkan hak-haknya agar terbebas dari bentuk kesewenang-wenangan penjajahan Belanda pada tahun 1825-1830 M, sehingga perjuangan rakyat Jawa ini dikenal dengan “Perang Jawa”. Perang Jawa ini dipimpin oleh Pangeran Diponegoro. 

Penyebab Perang Jawa antara lain: pertama perasaan tidak puas kepada kaum bangsawan kesultanan Yogyakarta. Misalnya daerah wilayah Pekalongan dan Semarang dirampas oleh Belanda; Kedua kaum ulama semakin kecewa karena adat kebiasaan Eropa yang bertentangan dengan ajaran agama Islam; Ketiga: rakyat semakin menderita karena banyaknya pungutan pajak dan kewajiban  kerja paksa yang diterapkan; Keempat: tanah leluhur Pangeran Diponegoro terkena pelebaran jalan oleh pihak Belanda.

Perang Jawa berkobar dan berlangsung kurang lebih 5 tahun 1825-1830. Perang yang luar biasa. Pangeran diponegoro memimpin 100.000 pasukan sedangkan di pihak lawan Belanda mengalahkan 50.000 pasukan yang dipimpin Jenderal Hendrik Markus de Kock.

Perang Jawa terjadi di Jawa Tengah dan sebagian di wilayah Jawa Timur. Pangeran diponegoro mendapatkan simpati dan dukungan dari berbagai bangsawan, tokoh masyarakat, ulama, santri sampai rakyat jelata. Beliau didukung para ulama seperti Kyai Mojo, Haji Mustopo, Haji Badaruddin serta Alibasaha Sentot Prawirodirdjo.

Kemenangan telah diraih pihak Pangeran Diponegoro karena telah menerapkan strategi gerilya. Untuk menghadapi Pangeran Diponegoro pihak Belanda menggunakan strategi benteng stelsel; yakni dimana daerah yang dikuasai belanda dibangun benteng pertahanan yang nantinya satu benteng dengan benteng lainnya dihubungkan dengan jalan atau jembatan. 

Tak kurang dari 165 benteng stelsel dibangun di wilayah Semarang, Ambarawa, Muntilan, Kulonprogo, Magelang dan wilayah lainnya. Taktik ini digunakan Belanda untuk mempersempit gerak pasukan Pangeran Diponegoro.  Selama berlangsung Perang Jawa diperkirakan telah menelan korban di pihak Pangeran Diponegoro sebanyak 20.000 jiwa. Sedangkan di pihak Belanda 15.000 tentara Tewas. Kerugian materi ditaksir mencapai 20 Juta Gulden.

Pada tanggal 28 maret 1830, Pangeran Diponegoro diajak berunding oleh Jenderal Hendrik Markus de Kock di kota Magelang. Dalam acara perundingan tersebut pihak Belanda terlebih dahulu menanyakan syarat apa yang diinginkan Pangeran Diponegoro. Kemudian beliau menghendaki Negara merdeka dan menjadi pimpinan dan mengatur agama Islam di Pulau Jawa. 

Mendengar permintaan Pangeran Diponegoro ternyata Jenderal De Kock menolak dan justru menangkap Pangeran Diponegoro kemudian dibawa ke Batavia lalu dibuang ke Manado dan dipindahkan lagi ke benteng Rotterdam Makassar sampai wafat pada tanggal 8 Januari 1855.

Menumbuhkan Jiwa Nasionalisme

Perang Jawa salah satu contoh perjuangan dan pengorbanan rakyat Jawa khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Semua memberikan pengorbanan besar baik materi maupun immaterial bahkan nyawa. Mereka adalah pahlawan yang berjuang demi memperjuangkan kemerdekaan Indonesia tanpa pamrih. Mereka melakukan perjuangan fisik untuk menghapuskan kesewenangan bangsa Belanda yang datang ke bumi Nusantara.

Upaya menumbuhkan sikap nasionalisme dalam diri peserta didik dapat dilakukan melalui pembelajaran luar kelas atau kunjungan bersama ke tempat-tempat bersejarah seperti museum yang sekiranya dapat menggugah rasa nasionalisme. Sehingga peserta didik dapat meneladani kepahlawanan dari tokoh-tokoh pahlawan maupun peristiwa-peristiwa penting yang pernah terjadi di masa lampau seperti perang yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro, Alibasha Sentot Prawiridirjo Kyi Mojo. Haji Mustopo, beserta Haji Badaruddin

Pangeran Diponegoro sendiri adalah seorang tokoh yang sangat gigih membela kepentingan rakyat kecil dengan melawan penjajahan Belanda yang sangat menyengsarakan kehidupan rakyat pada masanya. Bagi masyarakat umumnya, nama Pangeran Diponegoro, Alibasha Sentot Prawirodirjo, Kyai Mojo tidak asing lagi, dikenal sebagai salah satu pahlawan nasional yang selalu dikenang.

Pembinaan nilai-nilai keteladanan tokoh Pangeran Diponegoro, dkk dari dalam diri peserta didik diharapkan dapat menumbuhkan rasa cinta tanah air dan bangsa. Semua itu dapat diawali dengan penanaman nilai-nilai nasionalisme, cinta tanah air dan bangsa yang semuanya itu dapat dilakukan oleh guru saat melakukan pembelajaran sejarah di sekolah. 

Bagi bangsa Indonesia, nasionalisme sendiri merupakan hal yang sangat mendasar. Sebab, nasionalisme telah membimbing dan mengantar bangsa Indonesia dalam mengarungi hidup dan kehidupannya. Hal itu berarti bahwa nasionalisme itu akan selalu terkait dengan perjalanan sejarah bangsa Indonesia.

Nasionalisme Indonesia secara umum bertujuan memperkuat nation building dan character building sesuai dengan falsafah dan pandangan hidup bangsa. Sedangkan tujuan lainnya adalah  konfrontasi atau menolak segala bentuk kolonialisme. Hal itu dapat dimengerti karena nasionalisme ingin mengembangkan “the human dignity”, yaitu harga diri manusia yang hilang karena kolonialisme dan imperialisme.

Sikap nasionalisme yang dapat ditanamkan pada peserta didik antara lain: cinta tanah air, menghargai jasa para pahlawan, rela berkorban untuk kepentingan bangsa dan negara, mengutamakan persatuan dan kesatuan, dan tidak kenal menyerah serta hidup selaras dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.

Dan nilai-nilai nasionalisme yang disampaikan pada peserta didik antara lain sikap yang menempatkan persatuan dan kesatuan, kepentingan dan keselamatan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan yang ditunjukkan dengan sikap demokrasi dalam pelaksanaan diskusi kelompok. 

Kesimpulan dari Perang Jawa di atas bahwa nasionalisme adalah suatu paham kesadaran seseorang (individu) dalam suatu bangsa yang berkeinginan untuk mendirikan, mempertahankan serta mengisi suatu bangsa untuk memperjuangkan kepentingan-kepentingan nasionalnya yang didorong oleh keinginan untuk hidup bersama, persamaan satu jiwa serta satu kebudayaan. 

Nilai-nilai ini harus didayagunakan, ditanamkan, dan dilestarikan mengingat besarnya negeri dengan penduduk yang beragam. Nilai-nilai yang terkandung dalam diri pahlawan sangat penting untuk diimplementasikan dalam karakter bangsa Indonesia saat ini. Selain tempaan arus globalisasi yang begitu besar, bisa dikatakan krisis moral juga sedang terjadi di negara ini. 

Ditulis oleh: Sugeng Supriyanto, S.Pd.

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 8 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis