5. Kurikulum 1975
Lahirnya Kurikulum 1975 berawal dari pengaruh konsep di bidang manajemen, yakni MBO (Management by Objective). Agar pendidikan lebih efektif dan efisien, Kurikulum 1975 menekankan pada tujuan, di mana mulai muncul istilah satuan pelajaran, yakni rencana pelajaran setiap satu bahasan.
Kemudian setiap satuan pelajaran dirinci menjadi: tujuan instruksional umum, tujuan instruksional khusus, materi pelajaran, alat pelajaran, kegiatan belajar-mengajar dan evaluasi. Namun kurikulum ini menuai banyak kritikan sebab guru dibuat sibuk menulis rincian apa yang akan dicapai dari setiap kegiatan pembelajaran.
6. Kurikulum 1984
Kurikulum 1984 disebut sebagai “Kurikulum 1975 yang disempurnakan”, meskipun kurikulum ini mengusung process skill approach, namun faktor tujuan tetap penting. Sejarah kurikulum Indonesia mengalami perkembangan pada masa ini sebab sudah mulai diterapkannya metode Student Active Learning.
Student Active Learning atau yang disebut dengan konsep Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA) adalah posisi siswa ditempatkan sebagai subjek belajar. Harapannya agar para siswa dapat mengamati sesuatu, mengelompokkan, mendiskusikan hingga melaporkan.
Saat diterapkan secara nasional, konsep CBSA yang telah mengalami uji coba mendapatkan banyak deviasi dan reduksi. Banyak sekolah kurang mampu yang kurang tepat dalam menafsirkan konsep CBSA.
Penolakan CBSA mulai bermunculan lantaran yang terlihat adalah suasana gaduh di dalam ruang kelas dikarenakan banyak siswa yang saling berdiskusi, adanya tempelan gambar di berbagai tempat dan yang paling menyita perhatian adalah guru yang tak lagi mengajar dengan model berceramah.
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999
Kurikulum 1994 merupakan hasil upaya untuk memadukan kurikulum-kurikulum sebelumnya. Namun perpaduan antara tujuan dan proses tersebut belum berhasil sehingga menuai banyak kritik karena beban siswa dinilai terlalu berat, dari muatan nasional sampai muatan lokal.
Pada kurikulum ini terdapat adanya perubahan sistem pembagian waktu pelajaran dari semester ke caturwulan dengan harapan siswa dapat menerima materi pembelajaran lebih banyak. Materi muatan lokal disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian, keterampilan daerah dan lain sebagainya.
Tak hanya itu, berbagai kepentingan kelompok masyarakat juga mendesak agar isu-isu tertentu dimasukkan dalam kurikulum. Sehingga Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat.
8. Kurikulum 2004
Kurikulum 2004 disebut dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KSK), di mana kurikulum ini merupakan perpaduan antara pengetahuan, keterampilan, nilai serta sikap yang ditunjukkan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kegiatan pembelajaran yang digunakan dalam KBK adalah pendekatan dan metode yang bervariasi, sumber belajar bukan hanya guru namun juga sumber belajar lainnya yang memenuhi unsur edukatif.
Struktur kompetensi dasar KBK ini kemudian dirinci dalam komponen aspek, kelas dan semester. Keterampilan dan pengetahuan dalam setiap mata pelajaran disusun dan dibagi menurut aspek dari mata pelajaran tersebut.
Halaman selanjutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya