Sekolah semacam itu akan terus memberikan beban pada anak hingga mereka lulus. Tidak hanya sekedar memberikan tes calistung yang memberatkan, namun nantinya anak juga harus memenuhi target tes akademik yang tidak realistis, diberikan banyak tugas yang sangat membebani, hingga diharuskan mengerjakan soal berulang kali. Semua kegiatan tersebut pada akhirnya hanya akan membuat anak bosan dan jenuh dalam belajar.
Persatuan Guru Republik Indonesia atau PGRI pun turut menyuarakn peran orangtua dalam penghapusan tes Calistung untuk masuk SD. Di sisi lain, Mendikbudristek Nadiem Makarim pun mengungkapkan alasan menghapus tes calistung adalah karena anak-anak yang beralih dari PAUD/TK ke SD/MI umumnya memiliki rasa percaya diri yang rendah.
Mereka cenderung takut memasuki dunia SD yang jauh berbeda dengan TK sehingga mereka perlu didukung secara penuh dengan cara yang positif. Oleh karena itu, masa peralihan tersebut harus dilakukan secara menyenangkan agar anak-anak tidak merasa takut.
Hal ini pun didukung oleh Lucia Royanto selaku Dosen Psikologi Universitas Indonesia. Menurutnya hal pertama yang harus dikuasai anak pada masa peralihan tersebut bukanlah calistung. Ada beberapa hal yang harus lebih diutamakan, seperti mengenal agama dan budi pekerti yang harus diajarkan daripada memaksa anak menguasai calistung di usia yang masih sangat dini.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Untuk update informasi terbaru mengenai guru dan pendidikan simak selengkapnya di Naikpangkat.com. Mari bergabung di Grup Telegram “NaikPangkat.Com – Portal Media Online”, cara klik link https://t.me/naikpangkatdotcom kemudian join.
(RAW)
Halaman : 1 2