Oleh Ari Nurwantini, SPd.SD.
Guru di SDN Glagah, Kota Yogyakarta
Sejak terjadi pandemi Covid -19 dari pertengahan tahun 2019 sampai akhir tahun 2021, para pelajar tidak bisa belajar secara tatap muka. Dunia kerja pun demikian, dibatasi semua interaksi secara tatap muka.
Kondisi yang demikian, membuat banyak orang tua siswa bingung karena dari sisi ekonomi melemah; banyak yang di-PHK dan usaha yang dijalankan banyak yang bangkrut. Untuk bangkit dari kondisi tersebut sangat sulit karena dalam menjalani hidup sehari-hari harus mematuhi protokol kesehatan yang menghimpit, sosialisasi antar manusia dibatasi.
Situasi ini membuka pemikiran baru untuk mengubah pola didik. Kami duduk bersama untuk memecahkan masalah di tengah pandemi yang berdampak pada ekonomi dan pembelajaran. Lalu diputuskan bersama bahwa pembelajaran di sekolah dilakukan melalui Zoom dan video call. Guru bersama para wali murid serta pihak sekolah memutuskan bersama bahwa setiap pekan tiga kali akan dilakukan pertemuan virtual melalui Zoom, serta menonton program televisi pendidikan sesuai kelasnya setiap hari.
Dalam pembelajaran online, pada pagi hari guru mengirimkan materi pembelajaran dalam bentuk video serta penjelasan agenda harian, tujuan pelajaran tiap muatan. Adapun kegiatan siswa dimulai dari pukul 07.00 WIB sampai 13.00 WIB. Anak dituntut untuk bertanggung –jawab akan tugasnya setiap hari.
Setelah satu bulan berlangsung pembelajaran daring , kami mengalami kendala secara keuangan. Jika harus mengadakan pembelajaran via Zoom dalam durasi tertentu tentu saja membutuhkan paket data yang harus dibeli secara mandiri. Akibatnya, dari sisi ekonomi harus dibenahi agar pembelajaran online tetap dapat berlangsung.
Anak-anak kami ajak menanam sayuran dan tanaman obat untuk meringankan keuangan orang tua. Setiap anak menanam tanaman sayuran dan tanaman obat dengan memakai barang bekas untuk potnya. Anak –anak ada yang menanam sawi, slada, cabe, kenikir, katu, bayam, terong, tomat, seledri, kangkung, salam, serai.Tanaman obat yang ditanam berupa kunyit, jahe, temu lawak, temu ireng, kencur, lengkuas. Tiap anak memiliki kebun sayuran sehingga keluarganya tidak perlu beli sayuran karena dapat memetik di pekarangan sendiri. Bisa juga hasil tanaman dijual di sekitar kampung dengan sistem online sehingga menghasilkan uang. Nah, uang tersebut kemudian dapat digunakan untuk beli pulsa. Masalah ekonomi pun teratasi.
Ketika pandemi Covid-19 sudah cukup mereda dan peserta didik mulai berangkat ke sekolah, kebiasan menanam ini terus dilakukan. Awal Januari 2022 lalu, anak-anak membawa tanamannya masing-masing untuk diletakkan di kebun kelas. Mereka bahagia melihat tanamannya hidup dan bisa dijual atau untuk dimasak sendiri.
Dengan pengalaman tersebut, anak-anak saling bercerita suka dukanya menanam sayuran. Dan pembiasaan seperti ini dapat menanamkan rasa cinta lingkungan dan belajar jualan secara online bersama orang tuanya.
Rupanya, berjualan tanaman secara online ini tetap dilanjutkan sampai tahun 2022 oleh anak-anak bersama orangtuanya. Tanaman yang mereka jual di antaranya sayuran sawi, selada, bayam, kenikir, terong, seledri, loncang, cabe, dan tomat; Sedangkan tanaman obat terdiri dari kunyit, jahe, lengkuas, daun salam, kencur, temu lawak. Dengan begini, mereka jadi memiliki jiwa bisnis dan mandiri, serta sayuran untuk masak sendiri tercukupi dari kebun sendiri.
Selain itu, bahkan ada yang beternak ikan nila dan lele menggunakan ember besar. Hasilnya mereka jual juga untuk menambah pendapatan orang tua.
Pandemi ini telah menuntun anak-anak jadi bisa bercocok tanam dan berjualan membantu ayah dan ibu mereka di sela belajar secara daring. Pandemi ini telah membentuk anak cinta tanaman dan memupuk jiwa bisnis untuk mempertahankan hidup.
Kini 28 peserta didik kami telah meletakkan satu-satu tanaman di samping kelas 3 untuk dijadikan taman kelas,sehingga udara segar dan halaman kelas jadi hijau. Kami mengizinkan masyarakat umum untuk mengambilnya tapi harus menggantinya dengan tanaman baru agar SDN Glagah tetap segar.
Kegiatan bercocok tanam ini kemudian dijadikan kegiatan untuk setiap jenjang kelas. Di akhir semester, kami mengadakan pameran dan kami berjualan tanaman di acara Jumat Pon di tahun ini. Semua wali murid dan masyarakat sekitar boleh beli dagangan kami.
NOTE: Tulisan ini juga dipublikasikan dalam format buku antologi “Praktik Baik”—yang berisi kisah dan pengalaman terbaik para guru dalam mengatasi masalah yang dihadapi dalam proses mendidik siswa.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud, S.S.