Perubahan Pendidikan di Masa Pandemi Covid-19

- Editor

Rabu, 4 Agustus 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Masa pandemi Covid-19 adalah masa tersulit yang mungkin pernah dihadapi oleh hampir sebagian besar umat manusia di dunia. Bagaimana tidak? Pandemi Covid-19 telah mengubah segala hal. Perubahan rutinitas hidup manusia menjadi salah salah satu fakta yang tak bisa dihindari. Ini tentu karena perubahan terjadi di hampir semua aspek kehidupan. Salah satu dari sekian aspek kehidupan yang turut mengalami perubahan akibat pandemi ini adalah dunia pendidik.

Bicara tentang perubahan dalam dunia pendidikan di saat normal memang wajar. Hal ini karena perubahan di dunia pendidikan biasanya terjadi secara berkala dalam jangka waktu tertentu. Lihat saja perubahan yang biasa terjadi berkaitan dengan kurikulum pendidikan. Fakta menunjukan bahwa perubahan kurikulum hampir selalu terjadi ketika terjadi pergantian menteri pendidikan. Tentu ini bukan hal baru lagi untuk pendidikan kita di Indonesia.

Wajar terdapat perubahan tersebut karena memang visi dan misi pendidikan dimaknai kembali sesuai dengan tuntutan dunia. Jika tidak demikian maka pendidikan kita akan tetap berjalan di tempat. Namun harapannya adalah agar semua perubahan yang terjadi itu bersifat proges, bukan sebaliknya.

Di masa pandemi ini perubahan yang terjadi seperti perubahan yang tidak diharapkan. Namun perubahan ini tampaknya memiliki dampak positif. Sebagai contoh, ketika dunia pendidikan kita mengusahakan supaya teknologi wajib digandeng untuk memudahkan terwujudnya pendidikan yang selaras dengan zaman, namun selalu saja muncul alasan untuk mencegah terjadinya perubahan tersebut. Ada yang berargumentasi bahwa kita belum siap untuk menggandeng teknologi untuk mewujudkan visi pendidikan. Lebih parah lagi, ketika alasannya adalah karena teknologi dianggap dapat membawa dampak buruk bagi anak-anak didik.

Saat ini pandemi Covid -19 mengubah semua alasan-alasan tersebut. Dengan pandemi ini, akhirnya semua sadar bahwa teknologi adalah satu-satunya alat yang wajib dipakai untuk membuat dunia pendidikan kita terus dapat berjalan, kalau tidak ingin tetap berjalan di tempat atau malah bergerak mundur.

Akhirnya, perubahan demi perubahan pun terus terjadi. Kurikulum berubah, metode pembelajaran berubah dan gaya pendampingan orang tua terhadap anak pun ikut berubah pula.

Perubahan Kurikulum

Perubahan kurikulum nampak jelas terjadi di masa pandemi ini. Perubahan kurikulum ini walaupun nampak tidak terlalu signifikan tetapi mengalami penyesuaian-penyesuaian berdasarkan situasi dan kondisi.

Ujung dari kurikulum darurat ini adalah pengurangan kompetensi dasar untuk setiap mata pelajaran. Pengurangan ini tentu saja karena situasi pandemi yang tidak memungkinkan terealisasinya semua kompetensi dasar yang ada pada kurikulum normal yang sudah berjalan. Alasan mendasari pengurangan kompetensi dasar pada kurikulum darurat yakni supaya seluruh proses pembelajaran di masa pandemi ini cukup berfokus pada kompetensi esensial dan juga kompetensi prasyarat untuk kelanjutan pembelajaran di tingkat selanjutnya.

Kendatipun pemerintah menelurkan kurikulum darurat ini namun tetap bukan merupakan suatu kewajiban untuk diterapkan. Pemerintah masih memberi kesempatan untuk setiap sekolah untuk menentukan pilihan satu dari tiga opsi pelaksanan kurikulum. Sekolah bisa tetap menggunakan kurikulum nasional 2013, atau menggunakan kurikulum darurat (dalam kondisi khusus), atau juga melakukan penyederhanaan kurikulum secara mandiri.

Walaupun terdapat opsi untuk sekolah menentukan pilihan, tetapi intinya pelaksanaan kurikulum pendidikan di sekolah harus bertujuan memudahkan semua komponen pendidikan. Dampak negatif akan terjadi bila sekolah tetap memaksakan penerapan kurikulum nasional 2013 yang normal sementara kondisi pandemi tidak memungkinkan pelaksanaan secara utuh.

Tentu banyak sekali kesulitan yang akan dihadapi oleh para pendidik, peserta didik dan juga orang tua. Untuk itu, maka opsi yang diberikan oleh pemerintah berkaitan dengan penerapan kurikulum pendidikan harus dibaca dalam kacamata merdeka belajar.

Perubahan Metode Pembelajaran

Dampak yang paling jelas dari perubahan kurikulum di masa pandemi adalah perubahan metode pembelajaran. Penerapan metode pembelajaran tatap muka seperti yang biasa terjadi pada situasi normal tentu bukan lagi menjadi pilihan di masa pandemi. Ini tentu saja berkaitan dengan risiko penularan Covid-19. Untuk itu perubahan metode pembelajaran dari tatap muka menuju pembelajaran daring menjadi suatu keharusan mutlak. Tentu ini bukan merupakan hal yang mudah mengingat para pendidik sudah merasa nyaman dengan metode pembelajaran tatap muka yang selama ini berjalan.

Namun, kondisi yang berubah memaksa para pendidik untuk mau tak mau mengubah metode pembelajaran. Para pendidik walaupun tertatih-tatih untuk belajar hal baru, tetapi diharapkan harus bisa melakukan hal tersebut. Pendidik sebagai agen perubahan tidak boleh mengenal kata menyerah. Inilah yang menjadi alasan kuat bagi para pendidik untuk mulai belajar menerapkan pembelajaran daring.

Pembelajaran daring di masa pandemi mutlak terjadi. Namun harus diakui bahwa itu semua butuh proses. Para pendidik harus pelan-pelan mengakrabkan diri dengan aneka tools yang bisa dan cocok dipakai dalam pembelajaran. Tentu ini akan mudah bagi para pendidik yang sudah melek dengan teknologi, namun akan menjadi PR yang sangat besar bagi yang masih awam dengan teknologi, khususnya komputer atau laptop.

Kendatipun banyak rentetan persoalan yang mencuat akibat penerapan pembelajaran daring tetapi itu tidak berarti membuat guru mengambil langkah mundur. Tentu  awalnya pasti tidak mudah.

Pengalaman tersebut dalam pembelajaran daring pun saya alami sendiri di sekolah. Awal-awal ketika para pendidik diwajibkan beralih menuju pembelajaran daring, saya pun mulai cemas. Apakah saya bisa? Apa pembelajaran daring ini bisa berjalan efektif? Apa tidak ada kendala nanti? Sesungguhnya masih banyak pertanyaan bernada cemas lainnya.

Namun, berkat kemauan untuk belajar menekuni hal-hal baru akhirnya bisa walaupun tidak sampai tingkat mahir. Prinsip saya, trial and error itu mutlak.  Tanpa itu maka saya tidak mungkin bisa belajar sesuatu. Itulah alasan saya terus bertahan dengan aneka perubahan metode pembelajaran daring yang berjalan di sekolah.

Awalnya, saya bersama teman-teman tenaga pendidik lain mencoba menerapkan pembelajaran daring dengan menggunakan aplikasi Zoom. Teknik tersebut berjalan kurang lebih dua minggu dan kemudian ketika dievaluasi kembali ternyata kurang efektif. Banyak teman pendidik yang mengalami kendala dengan jaringan  internet dan juga gangguan pada laptop dan handphone yang dipakai untuk Zoom.

Tidak cuma pendidik yang mengalami itu, kendala terparah justru dialami oleh peserta didik. Selain persoalan umum mengenai jaringan internet yang tidak stabil, muncul pula keluhan data internet cepat habis terpakai hanya dalam hitungan jam.  Belum lagi terdapat sebagian peserta didik yang belum memiliki handphone sehingga mereka harus bergabung bersama teman-teman lain.

Melihat permasalahan–permasalahan saat menggunakan aplikasi Zoom maka kemudian kami beralih ke aplikasi Google Classroom. Aplikasi ini diterapkan tentu setelah proses simulasi bersama dengan peserta didik. Awalnya berjalan baik, namun ternyata tidak bisa menjawab beberapa persoalan.

Kemudian beberapa guru termasuk saya akhirnya beralih ke aplikasi yang sudah sedikit akrab di kalangan peserta didik, yakni aplikasi Whatsapp. Walaupun aplikasi Whatsapp biasa digunakan, itu bukan berarti tanpa kendala. Namun, karena kendala yang dihadapi masih tergolong bisa diatasi  maka aplikasi tersebut masih terus berjalan sampai saat ini.

Intinya, bahwa apapun metode pembelajaran daring yang dipakai, sejauh masih bisa memungkinkan proses pembelajaran bisa berjalan maka wajib diteruskan. Hal ini karena memang setiap aplikasi pembelajaran daring itu pasti punya kelebihan dan kekurangan dalam penerapanya. Namun, apapun yang terjadi kita harus terus bergerak maju sehingga tidak ada yang dikorbankan karena alasan-alasan teknis tertentu.

Perubahan Gaya Pendampingan Orang Tua

Perubahan kurikulum dan metode pembelajaran di masa pandemi memang tak selamanya mendatangkan hal yang positif. Terdapat pula hal negatif yang sulit untuk dihindari.  Selain dialami para pendidik dan peserta didik, para orang tua pun mengalaminya.

Sejak diberlakukan pembelajaran daring, di satu sisi para orang tua merasa senang karena anak-anak mereka berada di rumah sehingga bisa terhindar dari penularan Covid-19. Namun, ketika pembelajaran daring mulai dijalankan, banyak sekali para orang tua yang depresi. Orang tua yang biasanya menyerahkan secara penuh urusan pendidikan anak pada para pendidik, kini harus mendapat peran baru yang wajib dijalankan, yakni mendampingi anak belajar di rumah.

Untuk orang tua yang berpendidikan saja mengeluh dengan tugas baru yang demikian rumit, apalagi dengan orang tua yang kurang berpendidikan. Bagaimana jadinya pembelajaran daring bisa berjalan efektif sementara secara psikologis para orang tua belum siap untuk mendampingi anak-anak.  Kondisi yang ada semakin diperparah jika dalam keluarga terdapat lebih dari satu anak yang harus didampingi oleh orang tua dalam pembelajaran daring.

Saya sendiri sebagai  orang tua sebenarnya merasakan hal yang sama. Dalam pembelajaran daring terdapat banyak sekali tugas yang diberikan oleh para pendidik, tentu sebagai orang tua saya merasa kesulitan. Namun, kesulitan yang saya alami mungkin tidak seberapa karena saya menyediakan handphone yang selalu terisi data jaringan internet sehingga memudahkan pendampingan anak-anak dalam mengerjakan tugas-tugas sekolah.

Namun, keluhan terparah sesungguhnya dirasakan oleh orang tua yang kekurangan secara ekonomi. Bagaimana bisa membayangkan jaringan internet, sementara handphone Android saja belum ada. Ini tentu membuat orang tua harus kerja ekstra entah dengan mendatangi rumah pendidik supaya bisa mengambil tugas. Kemudian setelah anak menyelesaikan tugas tersebut, menyerahkannya kembali pada guru.

Saya bisa membayangkan betapa beratnya beban orang tua di masa pandemi ini. Orang tua selain menjalankan tugas-tugas pokok rumah tangga, namun mau tak mau harus siap dengan segala cara untuk mendampingi anak dalam pembelajaran daring. Inilah salah satu alasan mengapa para orang tua selalu mendoakan agar pandemi Korona ini cepat lenyap dari muka bumi ini sehingga beban persoalan bisa berkurang.

Memang benar bahwa dunia selalu berubah setiap saat. Namun, masa pandemi ini menjadi ujian terberat bagi dunia pendidikan. Semua komponen yang berkaitan dengan pendidikan mau tak mau harus siap dengan perubahan ini.

Ditulis oleh: Yohanes Kewa, S.Fil

Biodata Singkat

Yohanes Kewa, lahir 14 Juli 1980 di Gero, Boawae, Nagekeo, NTT. Pada tahun 2007 menyelesaikan studi Filsafat di STFK Ledalero. Saat ini mengabdi sebagai guru (ASN) di SMAN 1 Bola, Maumere, NTT.

Sejak kuliah sudah berminat dengan dunia tulis- menulis. Beberapa artikel pernah dimuat di surat kabar mingguan DIAN (sekarang surat kabar itu sudah tidak ada lagi), surat kabar harian Flores Pos, dan Majalah Cakrawala Pendidikan NTT.

Buku antologi: School Booster (2021), Hamil, Sekolah dan Daring (2021), Ibu, Antara Karir dan Keluarga (2021), TIPS & TRIK Mengatasi Kejenuhan Mengajar (2021), Simfoni Dua Hati (2021), Mendidik Indonesia (2021) dan Kuncup Rekah Dandelion (2021).

Jika ingin berinteraksi dengan penulis bisa melalui WA/Telegram : 081339833039

Berita Terkait

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif
Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Berita ini 13 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 18 November 2024 - 20:12 WIB

Pemanfaatan Teknologi untuk Pembelajaran Kreatif dan Interaktif

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis