Permainan Tradisional Layang-Layang Tak Lekang oleh Zaman

- Editor

Minggu, 5 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Banyak permainan tradisional yang dulu selalu ramai dimainkan oleh anak-anak untuk mengisi hari-hari mereka. Jenis permainan itu di antaranya adalah gobak sodor, main tali karet, petak umpet, layang-layang, gundu, patok lele, bola bekel, engklek, membuat mobil-mobilan dari kulit buah jeruk bali, congklak, dan sebagainya.

Seiring dengan pergantian zaman, permainan-permainan tersebut mungkin tidak dikenal lagi oleh anak-anak masa kini. Jika ditanyakan kepada mereka, maka permainan tersebut tak akan dikenali apalagi dimainkan. Karena sejumlah permainan tradisional tersebut memang tidak diperkenalkan atau diajarkan kepada mereka.  Walaupun banyak permainan tradisional yang musnah ditelan waktu, ternyata masih ada satu permainan yang hingga saat ini masih dilakukan yaitu layang-layang.

Layang-layang merupakan salah satu permainan tradisional yang ada di Indonesia. Permainan layang-layang biasanya diperlukan tempat yang luas bebas hambatan agar para pemain bebas menerbangkan layang-layangnya. Makanya bermain layang-layang sering dimainkan oleh anak-anak di tanah lapang atau di persawahan yang sudah selesai panen.

Tetapi seiring berjalannya waktu, permainan layang-layang bukan hanya dimainkan oleh anak-anak tetapi juga dimainkan oleh orang dewasa termasuk orang tua.  Bermain layang-layang memang asyik dan menjadi kebanggaan tersendiri. Apalagi jika layang-layangnya mampu terbang tinggi. 

Dengan bermain layang-layang akan memberi manfaat tersendiri bagi pemainnya seperti menghilangkan kejenuhan, stress, dan bisa juga untuk berolahraga. Dengan bermain layang-layang, sudah pasti si pemain akan berlari-lari menarik ulur layang-layangnya untuk mencari arah mata angin, sehingga otot kaki akan lebih kuat dan juga baik untuk kesehatan leher serta mata.                                                                                                                                            

Bermain layang-layang termasuk permainan musiman. Bulan Agustus adalah bulan yang ditunggu-tunggu oleh pecandu permainan layang-layang. Karena bulan tersebut selain untuk menyambut hari bersejarah bagi bangsa Indonesia, yaitu momen ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, bulan Agustus biasanya juga banyak angin.

Mengapa bulan Agustus banyak angin? Karena di bulan tersebut menjadi pengantar terjadinya pergantian musim pancaroba. Pancaroba sendiri adalah masa peralihan antara dua musim utama di daerah iklim muson, yaitu di antara musim penghujan dan musim kemarau. Masa pancaroba biasanya ditandai dengan tingginya badai, hujan sangat deras, dan angin yang begitu kencang.

Angin merupakan modal utama untuk bisa menerbangkan sebuah layang-layang. Semakin banyak angin maka layang-layang akan bisa terbang tinggi, melayang, dan menari meliuk-liuk di angkasa luas.

Bermain layang-layang menjadi kesenangan tersendiri bagi pelakunya baik kesenangan lahir maupun batin. Dalam sebuah buku Permainan Tradisional Indonesia (1998), dikatakan bahwa layang-layang termasuk salah satu permainan yang berasal dari Riau. Tetapi akhirnya menyebar hingga ke pelosok tanah air.

Semua bentuk permainan tradisional termasuk layang-layang membutuhkan bahan yang cukup sederhana, murah dan meriah. Hanya bermodalkan kertas minyak, tali, lem dan bambu maka sebuah layang-layang akan bisa dibuat dan siap diterbangkan.

Bermain layang-layang biasanya tidak dilakukan seorang diri tetapi secara bergerombol atau berkelompok. Permainan ini memang pada dasarnya tidak bisa dilakukan sendiri karena harus ada yang memegang saat layang-layang akan diterbangkan. Jadi sekurang-kurangnya bermain layang-layang harus berdua. Namun untuk lebih seru, bermain layang-layang pada umumnya dilakukan beramai-ramai.

Di saat layang-layang sudah meliuk-liuk di angkasa, mereka akan mengukur sampai ketinggian berapa meter layang-layang tersebut mampu untuk terbang. Jika layang-layangnya terbang tinggi, maka akan menjadi kesenangan batin yang tak terbayarkan oleh apapun bagi si pemain layang-layang tersebut.

Dulu, layang-layang dibuat cukup sederhana. Hampir semua layang-layang berbentuk sama sehingga bisa dibilang kurang menarik. Tetapi sekarang, bentuk layang-layang cukup bervariasi. Berbagai macam bentuk layang-layang yang dibuat, mulai dari bentuk naga, kupu-kupu, orang-orangan, pesawat, ikan, burung, dan sebagainya.

Selain itu jika dulu bermain layang-layang hanya dilakukan pada sore hari, namun sekarang bermain layang-layang bisa dilakukan pada malam hari. Layang-layang yang dibuat dimodifikasi dengan tambahan bola lampu ukuran kecil serta  berwarna-warni. Hal itu membuat alangkah menariknya saat layang-layang terbang di malam hari. Walaupun bentuk layang-layang tidak terlihat, tetapi dari lampu yang dipasang akan memancarkan cahaya yang indah di malam hari. Dengan lampu kelap-kelip laksana kunang-kunang melayang di tengah gelapnya langit malam.

Bermain layang-layang, selain untuk kesenangan batin ternyata bisa memberi pesan yang bermanfaat untuk masyarakat luas. Misalnya, di masa pandemi Covid-19 ini, ada bentuk layang-layang yang menyerupai keranda dan pocong. Itu bisa menjadi pesan agar kita selalu berhati-hati dengan virus tersebut dan selalu ingat dengan kematian.

Di saat hari ulang tahun Kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-75, ada yang membuat layang-layang berbentuk burung garuda dengan warna merah putih. Layang-layang tersebut dapat meningkatkan rasa nasionalisme dan juga mengingatkan perjuangan bangsa Indonesia mencapai kemerdekaan.

Bermain layang-layang memang asyik dan menyenangkan. Dan untuk mempertahankan permainan tradisional layang-layang agar tak hilang oleh perubahan zaman, sekarang permainan layang-layang tersebut sering dilombakan dengan berbagai tema dan bentuk layang-layang yang menarik. Semoga sampai kapanpun layang-layang akan tetap menghiasi dan mewarnai langit sore kita.

Ditulis oleh Narsi,S.Pd (Guru Bahasa Indonesia SMPN I Sitiung)

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 63 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Kurikulum Pendidikan

Ramai Diperbincangkan Deep Learning, Akan Gantikan Kurikulum Merdeka?

Rabu, 13 Nov 2024 - 11:51 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis