Kurikulum Prototipe hadir berdasarkan penjelasan dari Kepala BSKAP Kemendikbudristek Anindito Aditomo bahwa Indonesia mengalami krisis belajar sejak cukup lama, hal tersebut disampaikan melaui tulisan di akun instagramnya.
Dimana studi nasional maupun internasional menunjukan bahwa banyak siswa di Indonesia yang tidak mampu memahami bacaan sederhana atau menerapkan konsep matematika dasar.
Selain hal itu, studi tersebut juga menunjukan bahwa ada kesenjangan besar antar wilayah dan antar kelompok sosial ekonomi dalam hal kualitas belajar dimana setelah pandemin krisis belajar menjadi semakin parah atau meningkat.
Sehingga untuk menhgatasi krisis belajar maka perlu adanya perubahan yang sistemik, dengan kualitas pembelajaran yang dipengaruhi oleh kurikulum yang digunakan oleh sekolah.
Dimana kurikulum ini menentukan materi yang akan diajarkan di dalam kelas nanti dan kurikulum juga mempengaruhi kecepatan dan metode mengajar yang digunakan guru.
Nadiem Makarim menyampaikan bahwa kurikulum prototipe akan mengembalikan peran guru sebagai pemimpin pembelajaran di sekolah.
Maka dari itu Kemendikbudristek mengembangkan kurikulum prototipe yang menjadi bagian penting dalam upaya memulihkan pembelajaran dari krisis belajar yang sudah lama dialami.
Berdasarkan tulisan pada akun Instagram Nino dimana merancangan kurikulum prototipe ini dilakukan karena perlunya sebuah kerangka kurikulum nasional yang relatif ajeg dan tidak cepat berubah. Tetapi memungkinkan untuk adaptasi dan perubahan yang cepat di tingkat sekolah.
Supriyanto sebagai Pelaksana Tugas Kepala Pusat Perbukuan Kemendikbudristek menjelaskan bahwa untuk saat ini kurikulum prototipe sudah diterapkan di 2.500 sekolah atau satuan pendidikan yang tergabung dalam program Sekolah Penggerak dan SMK Pusat Keunggulan.
Selain itu juga menjelaskan karakteristik kurikulum prototipe yaitu penerapan pembelajaran dilakukan dengan berbasis proyek untuk mendukung pengembangan karakter siswa sesuai dengan Profil Pelajar Pancasila.
Melalui kurikulum ini, sekolah diberikan kebebasan atau keleluasan dalam memberikan proyek pembelajaran yang sesuai dengan lingkungan sekolah.
Dengan pembelajaran berbasis proyek akan mengembangkan karakter siswa dan memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar melalui pengalaman.
Mendikbudristek mengatakan bahwa kurikulum ini dapat mendorong pembelajaran sesuai dengan kemampuan siswa dan memberikan fleksibilitas dan ruang besar bagi kearifan lokal.
Zulfikli menjelaskan bahwa kentungan dari kurikulum prototipe adalah guru tidak dikerjar – kejar target materi pembelajaran yang padat sehingga guru dapat lebih fokus pada materi esensial yang berorientasi pada kebutuhan dan penguatan karakter siswa, metode pembelajaran yang lebih bervariasi, situasi belajar yang lebih menyenangkan bagi guru dan siswa, serta guru diberikan kesempatan untuk dapat mengeksplor potensi siswa melalui berbagai macam inovasi pembelajaran.
Seperti yang telah dijelaskan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam kurikulum prototipe terdapat tiga karakteristik yaitu berupa pengembangan karakter, berfokus pada materi esensial dan fleksibilitas perancangan kurikulum sekolah.
Daftarkan Diri Anda Pada Pelatihan “Desain dan Implementasi Kurikulum Paradigma Baru di Satuan Pendidikan” dengan Sertifikat 64JP.
Pendaftaran dapat dilakukan dengan cara KLIK DISINI.
Informasi lebih lanjut dapat menghubungi kontak dibawah ini :
088225471197 (Eka)
Penulis : Eka Susiyanti