Bullying atau perundungan sudah tidak asing lagi bagi kita. Bullying sendiri merupakan salah satu bentuk perilaku agresi dengan kekuatan dominan pada perilaku yang dilakukan secara terus menerus dan bertujuan untuk mengganggu anak lain yang lebih lemah.
Ada beberapa cara dan bentuk dari bullying, salah satunya adalah bullying secara langsung yang sering kita jumpai di sekolah. Saat ini perilaku bullying sudah menjamur di lingkungan sekolah dan sulit untuk dihilangkan. Namun, kita bisa mengurangi atau mencegah bullying agar korban tidak semakin bertambah.
Bentuk Bullying di Sekolah
Menteri Pendidikan dan Budaya (Mendikbud), Nadim Makarim baru-baru ini memaparkan hasil survei karakter yang dilakukan Kemendikbud. Survei tersebut melibatkan 260 ribu sekolah yang ada di Indonesia dari tingkat SD/ Madrasah hingga SMA/SMK. Ada 3,1 juta guru dan 6,5 juta peserta didik yang dilibatkan dalam survei tersebut. Dari surver tersebut, sebanyak 24,4 persen potensi perundungan atau bullying terjadi di lingkungan sekolah.
Bentuk bullying yang terjadi di sekolah antara lain:
- Bullying secara verbal
Bullying secara verbal yaitu kekerasan yang dilakukan dengan memberikan julukan nama, makian, ejekan, cacian, penghinaan, celaan, fitnah, dan teror.
- Bullying secara fisik
Bullying secara fifik yaitu kekerasan yang dilakukan berkaitan dengan anggota tubuh seseorang seperti meludahi, memukul, memberi tamparan, mencekik, menggigit, mencakar, dan menendang.
- Bullying secara sosial atau relasional
Bullying ini terjadi karena munculnya kelompok tertentu yang bertentangan dengan individu atau kelompok lain hingga timbul pengabaian, pengucilan, dan penghindaran.
- Bullying elektronik atau cyber
Bullying elektronik atau cyber yaitu perilaku bullying yang dilakukan pelaku dengan menggunakan sarana elektronik seperti handphone, computer, website, internet, SMS, email, chatting room, media sosial, dan lain sebagainya. Bullying ini biasanya ditujukan untuk meneror korban dengan menggunakan animasi, gambar, tulisan, dan rekaman video atau film yang bersifat menyakiti, menyudutkan atau mengintimidasi.
Untuk beberapa kasus peran sekolah dan peran guru dalam mencegah bullying masih terbilang minim sekali. Banyak sekolah yang seolah-olah menutup masalah bullying dan menganggapnya sesuatu yang boleh dilakukan.
Padahal sekolah merupakan tempat yang sebagian waktunya dihabiskan oleh anak-anak selain d rumah mereka. Dalam hal ini tentu saja peran guru adalah sebagai pengganti orang tua, seharusnya guru memberikan pembelaan jika ada anak yang mengalami bullying di sekolah. Sayangnya, masih banyak guru yang kurang memperhatikan dan menganggap masalah bullying yang terjadi pada anak-anak adalah hal yang wajar.
Peran Guru dalam Mencegah Bullying di Sekolah
Seperti yang sudah kta ketahui, kasus bullying tanpa sadar terus menerus mengalami peningkatan. Hal tersebut dilakukan tanpa sadar, jika tindakan tersebut memberikan luka dan trauma kepada anak.
Nah, untuk mencegah bullying pada anak-anak di sekolah, peran sekolah dan peran guru sangatlah penting. Berikut ini beberapa peran guru dalam mencegah bullying di sekolah.
Menanggapi Masalah Bullying Secara Serius
Terkadang, guru cenderung menanggapi masalah yang terjadi antara peserta didiknya dengan biasa saja. Padahal apa yang terjadi, bisa saja merupakan salah satu bentuk bullying. Jika dibiarkan secara terus menerus, maka akan membuat siswa yang menjadi korban semakin tersudut dan tidak ada yang membantunya.
Dalam hal ini, seorang guru harus peka terhadap apa yang dialami siswanya. Jangan langsung menyalahkan salah satu pihak tanpa mencari tahu penyebabnya terlebih dahulu. Jika masalah tersebut ditangani dengan serius, tentu anak yang menjadi korban bullying akan merasa sedikit aman.
Halaman Selanjutnya
Memberi Tahu Siswa Mana yang Benar dan Salah
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya