Peran Guru dalam Membangun Revolusi Mental Pendidikan

- Editor

Rabu, 6 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Revolusi mental dan pendidikan merupakan dua hal yang saling berkaitan karena pendidikan adalah langkah awal dari proses revolusi mental itu sendiri. Melalui pendidikan, seorang individu bersentuhan dengan unsur-unsur pembelajaran yang akan berpengaruh pada pembentukan karakternya di kemudian hari. 

Proses ini dikenal sebagai proses pembelajaran dengan harapan karakter baik dapat dimiliki oleh seseorang sebagai bekal untuk menjalani kehidupan sebagai individu maupun makhluk sosial.

Begitu lekatnya proses pendidikan dan pembentukan karakter manusia, maka sekolah merupakan tempat yang sangat potensial dalam menerapkan pendidikan karakter. Sekolah adalah lingkungan yang seluruh perangkatnya berangkat dengan visi yang sama. 

Di sekolah, guru maupun murid dan seluruh perangkat sekolah dibiasakan untuk menjalankan seluruh kegiatan secara tertib dan teratur setiap harinya. Jika ada pelanggaran atas aturan yang berlaku maka akan dikenakan sanksi dan ini berlaku bagi semua warga sekolah.

Pembiasaan yang positif dan berlangsung secara kontinyu tentu memudahkan terwujudnya lingkungan yang berbudi pekerti. Tidak berhenti sampai di situ, nilai-nilai keluhuran budi pekerti saat ini juga dituangkan dalam porsi yang lebih besar melalui Kurikulum 2013. Hal ini penting supaya guru memiliki acuan dalam menciptakan iklim pembelajaran yang efektif, efisien, kreatif, inovatif, dan menyenangkan bagi siswa.

Program Pendidikan Kewarganegaraan

Sesuai Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 5 (ayat 1) yang menyatakan bahwa setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Dengan kata lain, tidak ada pengecualian atas kesamaan hak dalam memperoleh pendidikan. Kesamaan hak tersebut, tertuang dalam sistem pendidikan nasional yang berfungsi untuk memberdayakan setiap warga Negara agar mendapat peran yang sama secara baik dan bertanggung jawab dalam proses pendidikan.

Ada tiga aspek yang mempengaruhi tindakan seseorang dalam memberikan sumbangsihnya kepada bangsa dan negara. Pertama, aspek sosiologis yang diartikan sebagai kemampuan seseorang untuk memahami realitas sosial. Kaitannya dengan proses pendidikan misalnya yaitu ketika seorang siswa sebagai individu mampu menganalisa fenomena sosial yang ada di sekitarnya dan dapat menghasilkan respon yang cermat atas fenomena tersebut. 

Jika siswa mampu melewati tahap ini maka secara otomatis harmonisasi kehidupan bernegara dan bermasyarakat tentu dapat tercapai. Lebih lanjut, individu yang mampu memilah segala bentuk perilakunya agar tidak bertentangan dengan norma yang berlaku disebut sebagai manusia yang beretika.

Dalam konteks pendidikan, sikap demokratis bisa diterapkan dalam kegiatan belajar mengajar di ruang kelas. Misalnya saat guru bernegosiasi dengan siswa dalam memberikan pemahaman yang benar akan nilai-nilai demokrasi. 

Pendidikan merupakan bentuk investasi yang diharapkan dapat memberikan nilai balik berupa profit dan benefit. Profit diukur dari peningkatan kualitas hidup sejak seseorang menuntaskan pendidikan. Sementara benefit adalah besarnya manfaat yang diberikan seseorang kepada masyarakat atas pendidikan yang telah diperolehnya.

Peran Guru

Untuk menciptakan siswa yang berkarakter, tentunya kita harus memiliki guru yang berjiwa kreatif dan inovatif terlebih dahulu. Oleh karena itu, pemerintah terus berupaya untuk mengembangkan sistem pemberian insentif dan sistem pelatihan agar para guru semakin bersemangat dalam mengabdikan dirinya di dunia pendidikan Indonesia. 

Guru sebagai pemeran utama walaupun bukan satu-satunya dituntut dapat bertugas secara professional dalam menjalankan peran transferring, transforming, dan transcending dalam proses pendidikan. Walaupun mempunyai tujuan yang berbeda tetapi ketiga peranan tersebut sangat berpengaruh dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkarakter.

Profesionalisme guru adalah kata kunci untuk menjamin efektivitas pencapaian target dalam proses pengajaran. Penekanannya diarahkan tidak hanya pada penguasaan materi namun juga yang tidak kalah penting adalah penguasaan metode pembelajaran. Proses pengajaran akan terasa ada hasilnya saat siswa memahami materi yang disampaikan sehingga guru dituntut mampu menemukan cara-cara inovatif dalam mengeksplorasi materi pengajaran agar siswa menyerap seluruh konten mata pelajaran dengan optimal.

Tingkat efektivitas penguasaan materi pada siswa dipengaruhi oleh cara guru mengejawantahkan mata pelajaran. Guru yang kreatif mampu mengembangkan dan menumbukan daya nalar siswa yang dalam kurikulum 2013 disebut dengan Higher Order Thinking Skill (HOTS). 

Dengan begitu, siswa akan terstimulasi untuk berpikir menggunakan metode anti-thesa dan synthesa. Metode ini mengarahkan seseorang untuk memilah seluruh informasi yang diterimanya guna menghasilkan kesimpulan tertentu berdasarkan data pendukung yang komprehensif. Pola pikir seperti ini jika berlangsung terus menerus akan mengoptimalkan fungsi penalaran seseorang.

Ilmu itu bernilai saat dapat memberikan manfaat bagi kehidupan. Dalam arti luas, tahapan ini berlangsung ketika seluruh materi pembelajaran berdampak positif bagi kelangsungan hidup manusia baik sebagai individu maupun sebagai warga masyarakat. Muara dari proses pendidikan itu sendiri adalah ketika seluruh nilai-nilai yang terkandung dalam materi pembelajaran dapat meningkatkan kepedulian siswa terhadap lingkungan.

Kaitannya dengan pembangunan karakter, rasa kepedulian merupakan modal awal untuk membangun kemajuan suatu bangsa dan menghadapi persaingan global. Individu yang memiliki kepedulian secara otomatis akan tergerak untuk mengatasi masalah bangsanya dan rela mengorbankan seluruh potensi dirinya untuk bangsa dan negara.

Pencapaian hasil belajar tingkat tertinggi adalah kepercayaan pada suatu kebenaran hakiki. Dengan adanya kebenaran hakiki, maka guru dan siswa dalam proses pendidikan bersama-sama melakukan interpretasi secara menyeluruh demi memperoleh pemahaman yang benar dalam menyikapi suatu fenomena tertentu.

Berita Terkait

Kriteria Sekolah Swasta yang Bisa Menerima Redistribusi Guru ASN
Guru ASN Bisa Mengajar di Sekolah Swasta, Ini Kriterianya! Apakah Anda Termasuk?
Telah Terbit Permendikdasmen 1 Tahun 2025 tentang Redistribusi Guru ASN (PNS dan PPPK) Pada Satuan Pendidikan Masyarakat
Hanya Di Tanggal 21 Januari, Semua Guru TK, SD, SMP dan SMA/SMK Jangan Sampai Ketinggalan!
[Breaking News] Siaran Pers BKN Kriteria Pelamar Tambahan Seleksi PPPK Guru, Ada Kesempatan Ikut Seleksi PPPK Tahap II
Tahun 2025 Guru Sertifikasi Maupun Non Sertifikasi Akan Sejahtera dengan Program Prioritas Mendikdasmen
Guru Wajib Tahu, Poin Penting dalam PermenPANRB Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru
4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!
Berita ini 69 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 20 Januari 2025 - 18:16 WIB

Kriteria Sekolah Swasta yang Bisa Menerima Redistribusi Guru ASN

Senin, 20 Januari 2025 - 17:51 WIB

Guru ASN Bisa Mengajar di Sekolah Swasta, Ini Kriterianya! Apakah Anda Termasuk?

Senin, 20 Januari 2025 - 12:27 WIB

Telah Terbit Permendikdasmen 1 Tahun 2025 tentang Redistribusi Guru ASN (PNS dan PPPK) Pada Satuan Pendidikan Masyarakat

Senin, 20 Januari 2025 - 11:43 WIB

Hanya Di Tanggal 21 Januari, Semua Guru TK, SD, SMP dan SMA/SMK Jangan Sampai Ketinggalan!

Sabtu, 11 Januari 2025 - 15:04 WIB

Tahun 2025 Guru Sertifikasi Maupun Non Sertifikasi Akan Sejahtera dengan Program Prioritas Mendikdasmen

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis