PBB melalui lembaga UNESCO bidang pendidikan, pengetahuan dan budaya mencanangkan empat pilar pendidikan yaitu belajar agar mendapatkan ilmu pengetahuan, belajar agar mendapatkan keterampilan, belajar agar menjadi diri sendiri, dan belajar agar bisa hidup bermasyarakat secara global.
Sejalan dengan keempat pilar tersebut, pembangunan pendidikan nasional Indonesia yang tertuang dalam tujuan kurikulum 2013 revisi 2016 mencakup kompetensi sikap spiritual agar siswa dapat menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya; dan juga kompetensi sikap sosial yakni siswa diharapkan mampu berperilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli, santun, percaya diri dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Kedua kompetensi yang dapat membentuk karakter peserta didik tersebut dapat diperoleh melalui keteladanan, pembiasaan dan budaya sekolah. Tapi masalahnya, di tengah situasi pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung lebih dari satu tahun ini semua itu sulit untuk dilakukan. Pasalnya, segala aktivitas di sekolah dibatasi untuk menekan penyebaran virus. Sehingga kegiatan belajar dilakukan secara daring.
Sebagai contoh sebuah sekolah biasanya menerapkan pendidikan karakter melalui “ 5S” yaitu Senyum, Sapa, Salam, Sopan , Santun. Kebiasaan baik tersebut biasanya ditanamkan melalui pembiasaan atau habituasi setiap hari ketika bertemu dengan guru, teman dan semua warga sekolah. Otomatis hal tersebut tidak bisa dilakukan di masa pandemi ini.
Padahal keteladanan para pendidik yang dilihat, dirasakan langsung oleh siswa adalah kunci utama pendidikan karakter. Sebab pendidikan karakter hanya dapat dicapai dengan mengedepankan keteladanan para pengajar yang disaksikan dan ditiru secara langsung oleh siswa di sekolah.
Pada dasarnya pembelajaran daring tetap dapat memberi dampak positif bagi pendidik dan peserta didik. Tapi sayangnya, kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran daring, umumnya lebih menekankan kepada proses pembelajaran atau transfer pengetahuan saja, tanpa ada lagi pembiasaan baik untuk pendidikan karakter.
Masalah ini tentu ini saja menjadi tugas bagi kita semua terutama kalangan pendidik, bagaimana caranya agar tujuan pendidikan dalam membentuk karakter peserta didik tetap dapat dicapai meskipun kegiatan pembelajaran dilakukan secara daring.
Sesuai surat edaran Mendikbud Nomor 4 Tahun 2020 menyatakan bahwa kegiatan belajar dari rumah dilaksanakan untuk memberikan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa tanpa terbebani tuntutan menuntaskan seluruh capaian kurikulum. Pendidik juga harus mampu merancang kegiatan pembelajaran daring seefektif mungkin guna keberhasilan dalam mentransfer pengetahuan dan memberi pengalaman pendidikan karakter yang diharapkan.
Guna menghidupkan kembali pendidikan karakter dalam pembelajaran daring, setidaknya terdapat dua hal yang dapat dilakukan. Pertama, membangun komunikasi yang baik dengan orang tua dan peserta didik dengan membiasakan mengucapkan salam sebelum berbicara, menyapa guru dan semua teman, menampakkan kegembiraan dengan selalu tersenyum, menggunakan kalimat sopan dan santun dalam berbicara ketika kegiatan pembelajaran berlangsung.
Kedua, mengaitkan materi pengetahuan dengan pembiasaan karakter tersebut di atas guna memastikan peserta didik memperoleh ilmu pengetahuan, keterampilan dan bisa menjadi pribadi yang sopan, santun, percaya diri dalam berinteraksi dengan orang lain.
Dua hal di atas perlu dilakukan oleh pendidik dalam pembelajaran daring. Karena pendidik yang hebat adalah pendidik yang mampu mengajar, mendidik, menginspirasi dan menggerakkan siswa agar menjadi pribadi yang lebih baik dari segi pengetahuan dan juga moral.
Ditulis oleh Sri Subekti, S.Pd (Guru di SDN 3 Karangtengah)