Pembelajaran Online di Masa Pandemi Menurut Pandangan Guru

- Editor

Jumat, 30 Juli 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Rupanya belajar online menjadi hal yang cukup mendapat perdebatan. Di satu sisi, dengan pembelajaran online tersebut membuat siswa dan guru aman dari risiko penularan virus Covid-19.  Namun di sisi lain belajar online juga membuat siswa dan guru mengalami kesulitan.

Di bawah ini saya berikan gambaran suka duka pembelajaran online di sekolah kami, yaitu di SMP Negeri 2 Andong, Kabupaten Boyolali, menurut para guru yang berhasil saya wawancarai.

Dra. Mujiyati seorang guru yang mengajar mata pelajaran Prakarya kelas 7, 8, dan 9, menceritakan suka duka mengajar selama masa pandemi. Melalui pembelajaran jarak jauh yang saat ini diterapkan kepada siswa-siswanya, muncul berbagai problematika baik itu yang dialami oleh siswa, orang tua, dan guru.

Menurutnya, kelemahan utama dalam pembelajaran daring adalah penyampaian materi yang kurang jelas. Penyampaian melalui media dan bukan secara tatap muka langsung dirasakan oleh Dra. Mujiyati di mana materi pelajaran  kurang diserap secara optimal oleh siswanya. Selain itu, banyak orang tua siswa yang protes terhadap guru ataupun pihak sekolah.

“Mereka (orang tua) merasakan betapa beratnya menyampaikan materi kepada putra-putrinya, terlebih tugas tersebut harus diselesaikan,” ungkap Dra. Mujiyati.

Dra. Mujiyati menambahkan keterbatasan orang tua siswa dalam memahami dan menjelaskan materi kepada anak-anak mereka sendiri juga menjadi salah satu kendala. Tingkat pendidikan yang berbeda-beda, faktor kesabaran, dan waktu yang tersedia, serta sarana prasarana juga menjadi beberapa hambatan yang dialami oleh orang tua.

Berbeda dengan yang dialami oleh Daryanto, S.Pd, guru mata pelajaran IPS kelas 9. Beliau menyampaikan dengan adanya pembelajaran jarak jauh, siswa menjadi kurang fokus terhadap materi pelajaran. Terlebih lagi apabila media yang dipakai kurang menarik, siswa menjadi mudah jenuh.

“Dengan banyaknya tuntutan materi yang diberikan ke siswa, terlebih metode kurikulum 13 atau kurtilas, dirasa cukup berat oleh siswa. Akan lebih mudah Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) diserap oleh siswa dibanding kurtilas,” ungkapnya.

Faktor penilaian juga menjadi kendala tersendiri. Melalui metode daring, guru tidak dapat mengetahui apakah siswa mengerjakan tugas sendiri atau dibantu oleh orang lain. Hal ini menjadikan hasil ujian perlu dipertanyakan. Sementara itu sebagian besar siswa memperoleh nilai sempurna atau 100.

Menyikapi hal tersebut, Daryanto, S.Pd menyatakan bahwa ada tolak ukur tersendiri dalam memberikan penilaian yang mendekati obyektif.

“Walaupun siswa tersebut nilainya 100, saya mengukur sesuai karakter masing-masing siswa selama pembelajaran tatap muka,” jelasnya.

Tugas pembelajaran di luar jaringan atau luring diberikan guru kepada siswa untuk diselesaikan dan dikumpulkan seminggu sekali. Hal ini dikatakan Daryanto, S.Pd. bertujuan agar siswa dapat melakukan konsultasi kepada guru terkait materi pelajaran yang dirasa sulit.

Pertemuan tersebut tentunya tetap menjalankan protokol kesehatan yang ketat seperti memakai masker, cuci tangan, pengecekan suhu tubuh saat akan memasuki area sekolah, serta jaga jarak.

Dartanto, S.Pd. menyoroti pula bantuan paket data internet dari pemerintah kepada siswa dan guru untuk pembelajaran daring. Bantuan ini dianggapnya cukup membantu meringankan beban pengeluaran.

“Paket internet sebesar 35 GB tersebut telah terserap oleh siswa sebanyak 80%. Sisanya belum bisa menerima bantuan internet dikarenakan nomor handphone yang terdaftar tidak aktif, namun kendala tersebut sudah diproses untuk segera diselesaikan,” jelasnya.

Guru Dra. Mujiyati dan Daryanto, S.Pd sama-sama berharap semoga pembelajaran tatap muka dapat segera dilaksanakan kembali karena menurut mereka pembentukan karakter siswa tidak bisa dilaksanakan melalui pembelajaran daring.

Ditulis oleh Medi Aminah, S.Pd., Guru di SMP Negeri 2 Andong Kabupaten Boyolali

Berita Terkait

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?
Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar
Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan
Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045
Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik
Peran Orang Tua dalam Mendidik Anak untuk Mensuksekan Kurikulum Merdeka
Penerapan Student Lead Conference untuk Meningkatkan Kepercayaan Diri Peserta Didik
Pembelajaran Berbasis Kearifan Lokal yang Masih Minim
Berita ini 3 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 4 September 2024 - 10:05 WIB

Chat GPT: Menguntungkan atau Merugikan Guru?

Kamis, 15 Agustus 2024 - 23:11 WIB

Mission Service Learning sebagai Pilihan Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila pada Jenjang Sekolah Dasar

Kamis, 15 Agustus 2024 - 22:44 WIB

Pentingnya Komunitas Belajar bagi Guru di Satuan Pendidikan

Rabu, 14 Agustus 2024 - 14:52 WIB

Penguatan Kemampuan Literasi untuk Menyiapkan Generasi Gemilang 2045

Selasa, 13 Agustus 2024 - 21:42 WIB

Undang-Undang Perlindungan Anak dan Dilema dalam Pembentukan Karakter Disiplin Peserta Didik

Berita Terbaru

Edutainment

5 Ciri Komunikasi Efektif dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Sabtu, 7 Sep 2024 - 11:34 WIB

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis