Memasuki tahun kedua masa pandemi Covid-19 ini, peserta didik masih harus tetap belajar di rumah. Dan pendidik pun masih harus penyampaian bahan ajar dan tugas secara online.
Dengan sistem pembelajaran seperti ini, banyak mengalami kendala apalagi bagi sekolah kami yang bertempat di pedesaan. Kendala bagi peserta didik antara lain tidak semua siswa memiliki gawai, sinyal internet yang tidak bersahabat, ketidakmampuan membeli kuota internet, dan lain sebagainya.
Sementara itu kendala yang dihadapi oleh pendidik sendiri, selain masalah sinyal yang tidak maksimal, literasi penggunaan teknologi informatika masih cukup minim sehingga terkadang materi dan tugas yang disampaikan tidak dapat terkoneksi pada peserta didik dengan baik. Pembelajaran pun terasa membosankan .
Bebagai kendala seperti itu harus secepatnya ditangani pendidik dengan cara menjalin kerja sama dengan orang tua wali dan sekolah. Berbagai cara perlu ditempuh agar Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) dapat berjalan maksimal.
Upaya yang bisa dilakukan pendidik di sekolah antara lain melakukan komunikasi melalui gawai. Sementara bagi siswa yang tidak memiliki gawai, siswa tersebut datang ke sekolah secara personal untuk diberikan materi dan tugas secara luring terbatas oleh guru mata pelajaran secara bergiliran dalam jumlah kelompok 3-4 siswa. Ada kalanya pendidik harus mendatangi rumah peserta didik.
Pada pertengahan Juni 2021 kemarin, setelah rapat verifikasi kenaikan kelas 7, 8, dan kelulusan bagi kelas 9, kami dapatkan satu fakta beberapa peserta didik yang mengundurkan diri dengan berbagai alasan. Alasan yang sangat mendasar dan sekaligus menggembirakan bagi kami para pendidik adalah, peserta didik keluar dari sekolah karena ingin masuk pesantren. Artinya ada rasa optimis dari saya sebagai pendidik karena siswa tersebut masih punya kegiatan yang positif sekalipun harus mundur dari sekolah.
Saat melakukan kegiatan ujian dalam bentuk PTS, PAS, US kemarin dan yang akan datang, berbagai cara harus dilakukan lagi. Usaha perlu lebih keras lagi untuk menjalin kolaborasi dengan siswa, orangtua, agar kegiatan program sekolah dapat tercapai.
Sungguh pembelajaran daring di masa pandemi ini harus dilakukan dengan berbagai upaya dengan cara pendekatan sosial emosional agar pembelajaran secara daring dapat dilaksanakan secara maksimal. Semoga keadaan ini cepat berlalu dan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) bisa dilakukan secara normal kembali.
Ditulis oleh Indah Wulandari SMPN 1 Leuwisadeng, Kabupaten Bogor.