Oleh Ai Herlina
Guru di SD Negeri Cilengo
Hati adalah pangkal dari semua perilaku manusia. Jika hatinya baik, maka perilakunya akan baik. Sebaliknya, jika hatinya buruk maka akan berakibat buruk pada manusia tersebut.
Dalam segala perilaku, kita harus selalu memperhatikan kebersihan hati. Luruskan niat kita, jangan sampai menyesal di kemudian hari. Sebagaimana Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya amalan itu tergantung niatnya dan seseorang akan mendapatkan sesuai dengan apa yang ia niatkan.”
Kita boleh memiliki cita-cita setinggi apapun. Namun semua itu harus dibarengi dengan niat yang lurus.
Semoga kisah hidup saya ini bisa menjadi pelajaran. Saya Ai Herlina, seorang guru SD yang lahir di Sukabumi, Jawa Barat. Sekarang sudah menjelang usia ke-54 tahun.
Dulu ketika diangkat menjadi guru PNS, saya masih berusia 30 tahun dengan ijazah terakhir D2 PGSD. Tentu saja saat itu saya ingin melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Ya, saya ingin kuliah lagi untuk menggapai cita-cita yang sejak kecil sudah saya idam-idamkan.
Tahun 2000, saya dan suami yang sama-sama menjalani profesi guru SD, mendaftar di salah satu perguruan tinggi di Bandung. Karena saya anak pertama dari tujuh bersaudara, saya ingin menjadi contoh buat adik-adik saya. Namun di sisi lain, juga terbersit rasa sombong dalam hati. Maka musibah itu pun datang.
Di kala melangkahkan kaki untuk memulai perkuliahan, ternyata Allah menghendaki ujian untuk saya. Mungkin inilah balasan untuk orang yang ada rasa sombong, walaupun hanya terbersit di dalam hati. Tentu saja Allah tidak suka dengan orang yang sombong karena sifat sombong hanya milik-Nya.
Di tengah perjalanan menuju kampus, saya mengalami kecelakaan yang mengakibatkan kaki saya sebelah kanan terutama bagian lutut hancur sehingga sampai saat ini saya tidak bisa berjalan dengan normal lagi. Sholat pun harus dilakukan sambil duduk.
Semuanya telah terjadi dan saya harus bisa bangkit. Bagaimanapun, banyak hikmah di balik musibah ini. Sekarang saya belajar bagaimana untuk terus menjaga hati, menghargai, serta menyayangi orang lain.
Dengan keterbatasan fisik seperti yang saya alami sekarang, saya tetap berjuang. Saya menghadapi segala ujian dengan keikhlasan, tidak putus asa, tetap belajar untuk meraih mimpi yang belum terwujud.
Akhirnya di tahun 2005, saya bisa kembali melanjutkan kuliah S1 dan lulus tahun 2008. Belum puas sampai di situ, sejak tahun 2020 saya melanjutkan kuliah S2. Berbekal dari pengalaman, apa yang saya lakukan saat ini tulus dengan niat mencari ilmu dan mencari keridhoan Allah. Alhamdulillah, di akhir tahun 2022 lalu saya bisa menyelesaikan ujian akhir yang mungkin dianggap sulit oleh sebagian orang.
Memang bukan hal yang mudah bisa menyelesaikan perkuliahan dalam waktu dua tahun. Banyak duka yang harus dilalui sampai bisa lulus dan faktanya masih banyak teman seangkatan dari kota Sukabumi yang belum menyelesaikan perkuliahan. Dalam satu kelompok belajar berjumlah 22 orang, baru 5 orang termasuk saya yang sudah lulus.
Anak-anakku yang masih sekolah apalagi yang masih belia dan duduk di bangku sekolah dasar, inilah saat terbaik untuk menuntut ilmu yaitu di saat usia kalian masih muda. Apapun yang kalian pelajari hari ini akan menjadi bekal untuk kalian di hari tua.
Belajar di waktu kecil bagai mengukir di atas batu, sedangkan belajar setelah dewasa bagaikan melukis di atas air. Pepatah itu mungkin sudah sering kita dengar dari guru-guru kita; bahwa pelajaran yang dipelajari di usia dini akan lebih mudah membekas dan melekat sampai dewasa kelak. Namun apabila kalian belajar di masa tua, mungkin pelajaran itu akan membekas sebentar lalu segera menghilang seperti melukis di atas air. Sebab ketika belajar di masa tua akan banyak faktor yang mempengaruhinya.
Belajar atau menuntut ilmu itu sangat penting. Di dalam Al Qur’an (Q.S Al-Mujadalah:11), Allah SWT berfirman “Allah mengangkat orang-orang beriman di antara kalian dan orang-orang yang berilmu beberapa derajat.” Ini artinya bahwa orang yang beriman dan yang memiliki ilmu akan Allah naikkan derajatnya dibandingkan dengan orang yang tidak beriman dan tidak memiliki ilmu. Banyak juga hadist yang menerangkan tentang keutamaan orang yang belajar ilmu.
Belajar itu ibarat seseorang yang sedang bercocok tanam. Kita akan menuai apa yang kita tanam. Bila kita menanam sesuatu yang baik, maka akan tumbuh pula hasil yang baik. Begitupun sebaliknya, apabila kita menanam keburukan, maka akan memetik hasil yang buruk. Oleh karena itu gantungkanlah cita-citamu setinggi langit. Karena kalau hanya setinggi tiang jemuran, kalian hanya akan menjadi orang yang biasa-biasa saja.
Tapi harus ingat, belajar harus dibarengi dengan niat yang tulus karena Allah dan jangan sesekali ada rasa sombong menyelinap di dalam hati kalian. Belajarlah dengan sungguh-sungguh, pantang menyerah, tidak putus asa. Tentang hasil akhirnya, kita serahkan saja kepada sang Maha Pencipta. Insya’a Allah, segala cita-cita kita akan dikabulkan. Dan jadilah penerus bangsa yang cerdas dibarengi dengan akhlakul karimah.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud