Oleh Lilik Permatasari, S.Pd
Guru di SMP Negeri 2 Waru
Di antara permasalahan yang sering ditemukan di sekolah adalah para siswa kesulitan bergaul, tidak bisa menghargai teman, melawan dan menghina guru, perselisihan antara teman, merusak fasilitas sekolah, membuang sampah sembarangan, menyontek saat ulangan, bolos sekolah, dan lain sebagainya. Kasus yang marak dikalangan peserta didik akhir-akhir ini yaitu perundungan (bullying) hingga pemerkosaan.
Perundungan adalah tindakan yang dilakukan oleh seseorang untuk menjatuhkan nama baik orang lain. Di zaman teknologi yang serba canggih seperti pada saat ini, orang lebih mudah dalam melakukan bullying karena bisa dilakukan melalui banyak media. Melalui media sosial, misalnya.
Di sekolah tempat di mana saya mengajar, kasus perundungan yang terjadi sangat beragam. Dan yang paling marak adalah siswa memanggil nama teman dengan sebutan nama orang tua dengan maksud membuat malu atau motif negatif lainnya.
Jika masalah ini dipandang dari perspektif pelajaran PPKn (kebetulan saya adalah guru mapel PPKn), merupakan perbuatan yang sangat tidak terpuji, tidak bertata krama, tidak beretika, dan tidak sopan santun. Di samping karena pamali, membawa nama orang tua sebagai gurauan adalah perilaku tidak menghormati dan menghargai orang tua.
Melihat masalah ini, pendidikan karakter terhadap peserta didik sangat perlu dilakukan agar menjadi pribadi yang lebih baik. Pendidikan karakter tersebut dapat dilakukan dengan beberapa cara di antaranya adalah dengan melakukan pembiasaan apel pagi, yang bertujuan sebagai pembentuk karakter peserta didik untuk meningkatkan sikap disiplin.
Bisa juga melalui pembiasaan literasi atau kegiatan keagamaan seperti melaksanakan sholat Dhuha dan Dzuhur berjamaah bagi peserta didik yang beragama Islam. Sedangkan bagi peserta didik yang beragama non-Islam diberi pendampingan baca Al-Kitab yang bertujuan sebagai pembentuk karakter peserta didik.
Diharapkan melalui pendidikan karakter tersebut, selanjutnya para siswa dapat menunjukkan sikap yang positif dalam berbagai aspek seperti hormat kepada guru, penuh kasih sayang antar teman, dan lain sebagainya.
Sebagai peserta didik memang harus menghormati dan taat kepada gurunya. Karena guru sebagai pendidik memiliki peran besar terhadap perkembangan siswa, mulai dari melakukan penguatan karakter dengan menasihati, menegur, mengarahkan, membimbing, dan mencontohkan bagaimana cara untuk bertutur kata dan bersikap yang baik.
Menjadi peserta didik juga hendaknya saling menyayangi teman-temannya. Sikap saling menyayangi ini jika diterapkan bisa menghindari masalah perundungan antara teman. Sebab dengan rasa saling sayang akan timbul perasaan untuk saling menjaga dan tidak saling menyakiti.
Peserta didik juga harus bisa menaati aturan yang berlaku di sekolah. Dengan menaati aturan yang sudah ditetapkan, dapat membentuk kedisiplinan dan ketertiban.
Yang tak kalah penting adalah sebagai siswa harus bisa jujur. Kejujuran bisa diterapkan saat mengerjakan ulangan. Prestasi memang penting, namun kejujuran harus lebih utama. Dengan kejujuran tersebut niscaya tidak akan terjadi kasus pencurian, buang sampah sembarang, dan perilaku buruk lainnya di sekolah.
Ketika belajar, peserta didik hendaklah bisa bekerja sama. Kehidupan akan menjadi guyub rukun jika terjadi kerja sama, baik dalam belajar maupun kegiatan lainnya.
Peserta didik hendaklah saling peduli. Sikap saling peduli bisa menghilangkan sifat egois dan sikap individualis.
Dan yang terakhir, sebagai peserta didik harus bisa menjaga nama baik sekolah. Hal ini sangat penting, sebab jika ada salah satu atau sekelompok peserta didik yang melakukan hal negatif, itu dampaknya bukan hanya ke peserta didik itu sendiri akan tetapi juga membawa nama sekolah.
Ini harus diingat oleh peserta didik dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di sekolah. Harapannya akan tercipta kondisi yang nyaman di antara warga sekolah dan membentuk karakter baik pada siswa itu sendiri. (*)