Oleh Ana Subekti, S.Pd.I.
Guru SD N Banjarharjo, Kalibawang, Kulon Progo, DIY
Segala sesuatu harus berdasarkan ilmu. Dan hanya sesuatu yang dikerjakan dengan ilmu yang akan mendatangkan kebermanfaatan.
Jika ada yang mengungkapkan bahwa untuk menjadi orang sukses tidak perlu berilmu tinggi, sesungguhnya ungkapan tersebut hanyalah alibi dari enggannya seseorang bersusah-susah dalam mencari ilmu.
Merujuk pada pentingnya ilmu, sesungguhnya ilmu yang dimiliki seseorang sangat erat korelasinya dengan karakter yang tertanam dalam dirinya. Kognisi dan afeksi, keduanya tidak dapat dipisahkan, karena pada hakikatnya kognisi merupakan proses manusia untuk mendapatkan pengetahuan dengan melalui proses mengindera, mempersepsi, mengingat, dan menggunakan akal untuk berpikir, memutuskan, dan memilih.
Dalam hal ini, afeksi dapat diibaratkan sebagai salah satu produk dari kognisi, di mana manusia berupaya untuk memikirkan segala sesuatu sebelum bertindak yang akan menjadi karakter dari manusia tersebut. Dengan demikian sebuah ilmu—khususnya ilmu agama—akan memberikan peran yang sangat signifikan dalam mengontrol akhlak manusia agar membentuk karakter individu yang mulia.
Realitanya banyak siswa saat ini yang hanya mengedepankan nilai kognitif dan mengabaikan nilai afektif. Nilai Matematika dan sains yang dikejar, sedangkan nilai agama dikesampingkan. Para siswa banyak yang berbondong-bondong dan rela berlelah-lelah untuk mengikuti les Matematika, sedangkan banyak dari mereka yang tidak dapat membaca huruf hijaiyah.
Pembelajaran ilmu umum dan agama hendaknya harus berjalan beriringan sehingga akan menciptakan manusia yang memiliki kecerdasan otak yang tinggi namun juga disertai dengan akhlak yang baik.
Sebagai seorang guru, sungguh saya merasa miris ketika melihat sebuah postingan di Instagram yang menampilkan penerapan strategi pembelajaran di jenjang SMA yang cenderung memberikan legalisasi “pacaran”.
Di dalam pelaksanaan proses pembelajaran tersebut, siswa laki-laki dan perempuan berperan sebagai sepasang mempelai dengan keduanya bergandengan tangan. Sungguh hal tersebut terlihat jelas telah diabaikan sebagian aturan dalam ilmu agama, khususnya agama Islam.
Sebagai seorang pelajar, jangan pernah lelah untuk mengejar ilmu, baik ilmu duniawi atau ilmu agama, agar dapat mencapai apa yang kamu cita-citakan. Imam Syafi’I RA mengatakan, “Jika kamu tidak sanggup menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya kebodohan.
Ilmu duniawi dan ilmu akhirat dalam hal ini adalah ilmu agama, keduanya harus saling bersinergi, tidak dapat dipisahkan. Bercita-citalah setinggi langit, bercita-citalah menjadi apa saja; menjadi dokter, guru, pengusaha, ahli hukum, presiden, dan lain sebagainya, kamu harus ingat di setiap langkahmu jangan pernah meninggalkan ilmu agama sebagai bekal utama.
Jika kelak kalian menjadi seorang dokter, jadilah dokter yang memiliki niat tulus untuk menjadi perantara mengobati, bukan sekedar dokter yang hanya mengejar materi.
Jika kelak kalian menjadi seorang guru, niatkan menjadi guru yang menjadi penerus para Nabi, yang senantiasa menyampaikan ilmu yang kau miliki, bukan sekadar menyampaikan isi modul lalu pergi.
Jika kalian menjadi seorang pengusaha, jadilah pengusaha sukses yang jujur, adil, dan tidak mengabaikan aturan syar’i.
Jika kelak kau menjadi ahli hukum, jadilah penegak kebenaran—bukan yang berpura-pura benar.
Bahkan jika kelak kalian menjadi pemimpin nomor satu di negeri ini, yaitu seorang presiden, maka jadilah pemimpin yang mengayomi, yang mengabdi bukan mencari abdi, yang melayani bukan minta dilayani.
Semua itu hanya akan dapat kalian capai jika kalian mensinergikan antara ilmu duniawi sebagai penuntun ahli dan ilmu agama sebagai pengendali. Maka kelak, mau jadi apapun dirimu, jangan pernah sekali-kali meninggalkan ilmu agama sebagai bekal utamamu.
Ilmu agama sendiri merupakan ilmu yang sangat kompleks. Di dalamnya terdapat ilmu tauhid, akhlak, ibadah, ilmu al-Qur’an, hadits, dan masih banyak lagi. Setidaknya yang harus dipegang teguh bagi seorang pelajar antara lain adalah ilmu tauhid agar selalu berpegang teguh dan tidak mudah goyah iman. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud