Oleh Thomas Maman, S.Fil
Guru di SMPN 1 Buyasuri
Kehidupan adalah suatu proses yang terus berlangsung. Segala sesuatu yang hidup pasti mengalami proses menjadi. Demikian juga terkait dengan kepribadian, kognitif, serta keterampilan lainnya yang terdapat di dalam diri manusia.
Di dalam proses belajar agar dapat berkembang menjadi yang lebih baik, kita harus mempelajari lebih dalam siapakah diri ini yang sebenarnya.
Pertama, terima diri apa adanya. Tidak bisa disangkal bahwa kemampuan setiap orang dalam berbagai aspek berbeda; ada yang tingkatannya rendah, sedang, dan ada yang tinggi.
Kebiasaan manusia pun berbeda, ada yang suka berpura-pura disiplin waktu, berpura-pura baik, dan lain sebagainya. Ada anak yang pemalas, sombong, suka melemparkan kesalahan kepada orang lain, menipu, dan hal-hal negatif senada lainnya.
Jika kita mau belajar menjadi yang lebih baik, kita harus realistis dan menerima kebiasaan yang ada di dalam diri kita, baik itu terkait karakter, sifat, dan lain sebagainya.
Jika kita ingin mengetahui kadar kepribadian kita di bidang akademik, misalnya, hal tersebut dapat dibuktikan melalui hasil pekerjaan yang diperoleh seperti nilai ulangan formatif, pengamatan dalam diskusi-diskusi, tanya jawab dalam proses pembelajaran, pengumpulan tugas-tugas pada waktunya, dan seterusnya.
Jika ternyata hasil yang diperoleh belum mencapai kriteria ketercapaian tujuan pembelajaran, maka dapat dikatakan bahwa kemampuan kita rendah.
Jika kenyataannya adalah demikian, maka tetaplah bersikap baik dengan tidak boleh cemburu dengan keberhasilan teman-teman lain. Iri pada hasil yang didapatkan orang lain memang bukan hal yang baru. Namun kecemburuan seperti ini–yang mungkin sering dialami oleh banyak pelajar– tidak boleh terus berkermbang menjadi hal yang negatif sehingga memunculkan rasa tidak suka, menolak teman, minder, dan lain sebagainya.
Daripada memiliki perasaan buruk seperti iri hati dengan kelebihan-kelebihan orang lain, alangkah baiknya mencari tahu pada teman, mengapa dia bisa sukses? Dengan mencari tahu seperti itu, kita berharap agar bisa mengembangkan diri dan belajar secara positif.
Setelah sadar tentang keadaan diri sendiri, maka langkah selanjutnya tentu saja berusaha terus mengembangkan potensi diri agar lebih baik berlandaskan kenyataan-kenyataan yang ada dalam diri masing-masing.
Pengembangan diri memang harus diawali secara jujur pada diri sendiri, mengakui diri apa adanya. Setelah mengetahui kekurangan dan kelebihan, keunggulan dan kelemahan diri, maka perlu terus berusaha dan berusaha mengembangkan diri dengan belajar secara pelan-pelan dan berkelanjutan.
Misalnya kita sering mengalami masalah terkait kedisiplinan waktu, maka kita tak perlu berpura-pura lagi sebagai orang yang disiplin pada sebagian waktu namun sebenarnya kacau dalam mengatur waktu untuk kegiatan yang lainnya.
Agar terbantu untuk bisa disiplin sepanjang hari dan setiap waktu, kita dapat membuat jadwal kegiatan. Berikut ini adalah contoh penjadwalan harian yang sederhana. Jadwal ini saya buat dan diterapkan oleh anak putri saya yang sedang duduk di kelas 5 SD.
05.00 – 06.30 : Bangun pagi, rapikan tempat tidur, bantu orang tua siapkan sarapan, mandi, makan pagi.
06.30 – 13.00 : Berangkat ke sekolah dan berada di sekolah.
13.00 – 14.30 : Kembali ke rumah, makan, istirahat siang.
14.30 – 16.00 : Kerja tugas atau belajar mandiri sesi pertama.
16.00 – 17.30 : Bermain, olahraga, membersihkan rumah, membantu orang tua.
17.30 – 19.00 : Mandi dan kerja tugas atau belajar sesi kedua.
19.00 – 21.00 : Makan malam, rekreasi bersama keluarga, nonton tv, dll.
21.00 : Istirahat malam. Paling lambat pukul 22.00 sudah mulai tidur, lampu kamar harus padam.
Jadwal kegiatan di atas berlaku untuk hari Senin, Selasa, Rabu, Kamis, Jumat (non muslim). Untuk hari Sabtu dan Minggu dapat disesuaikan.
Misalnya untuk hari Sabtu, sejak bangun pagi sampai pukul 16.00, jadwal rutinitas dapat dibuat sama dengan hari aktif biasa. Selebihnya sampai jam tidur malam, kegiatan bisa dibuat bebas yang disesuaikan dengan kebutuhan keluarga.
Sementara untuk hari Minggu, pada pukul 06.00 – 10.00 bisa ditambahkan dengan berangkat ke gereja atau misa ke-2 (Kristen Katolik). Setelah itu hingga pukul 17.30 bisa dibuat bebas sesuai dengan kebutuhan keluarga. Setelah pukul 17.30 karena besoknya sudah mulai masuk sekolah, jadwal kembali normal seperti pada hari aktif Senin sampai Jumat.
Membuat jadwal kegiatan seperti di atas sangat penting. Sebab, segala yang baik pasti berawal dari pemikiran yang baik, kemudian dilanjutkan dengan menerapkannya dalam praktik nyata setiap hari.
Jangan lupa setelah melakukan berbagai kegiatan melakukan evaluasi diri. Jika ada kendala harus dicarikan solusi atau jalan keluarnya, bisa bersama teman, guru, atau orang tua. Segala sesuatunya harus dilihat secara teliti sehingga hasil evaluasinya dapat memberikan gambaran;apakah sudah ada perubahan? (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud