Oleh Ipan, S.Pd.I., M.Pd.I
Guru di MIN 3 Kota Medan
Akhir-akhir ini dunia pendidikan sering dihebohkan dengan berita-berita kasus murid berkelahi dengan guru. Melihat kasus ini, saya sangat miris sekali. Sampai-sampai, Menteri Pendidikan membuat kurikulum baru dengan memasukkan Pendidikan Profil Pelajar Pancasila. Kementerian Agama pun mencanangkan Profil Pelajar Rahmatan Lil Alamin.
Berbicara mengenai etika murid kepada guru, tentu di negara kita yakni Indonesia sangat menjunjung tinggi akan hal tersebut. Etika sendiri adalah aturan, norma, kaidah, ataupun tata cara yang biasa digunakan sebagai pedoman atau asas suatu individu dalam melakukan perbuatan dan tingkah laku atau disebut juga adab.
Bersama dengan ini, saya akan mencoba memberikan sedikit penjelasan terkait adab-adab atau etika seorang murid kepada guru sekaligus etika ketika belajar.
Pertama, seorang murid harus mensucikan hatinya dari perkara-perkara yang dapat mencederai atau mengotori kesungguhan niatnya dalam belajar. Niat yang tulus dan suci dalam hati akan membuat mudah dalam menerima pembelajaran.
Dalam kitab Shahih disebutkan bahwa Rasulullah SAW bersabda: “Sesungguhnya, di dalam jasad itu ada segumpal daging. Jika itu baik, maka baiklah ia. Dan, jika hal tersebut rusak, maka rusaklah ia. Ingatlah, segumpal daging tersebut adalah hati.
Kedua, seorang murid harus bisa menyingkirkan segala hal yang bisa mengganggu konsentrasi belajarnya agar mendapatkan ilmu pengetahuan.
Ketiga, seorang murid harus senantiasa rendah hati terhadap ilmu yang dipelajari, juga terhadap guru yang mengajarinya. Sebab, dengan kerendahan hati itulah ia akan mendapatkan ilmu pengetahuan.
Keempat, seorang murid hendaknya terus mengasah kecakapan akalnya, menampakkan perilaku yang baik sesuai anjuran agama, dan menjaga ilmunya dengan cara senantiasa belajar dan bisa menjadi teladan.
Kelima, seorang murid harus belajar kepada guru. Jangan belajar hanya dengan konten yang ada di internet atau dari Youtube. Bahkan belajar sendiri melalui tumpukan buku-buku. Sebab belajar dengan cara seperti itu berisiko akan membuat siswa jatuh pada kesesatan dan jurang kesalahpahaman yang disebabkan banyaknya kekeliruan dan penyelewengan pengetahuan.
Keenam, seorang murid harus dapat melihat gurunya dengan tatapan kemuliaan. Artinya, ia harus bisa memposisikan gurunya sebagai orang yang layak dihormati. Murid juga harus meyakini bahwa gurunya adalah orang yang cakap, piawai, dan mahir. Dengan demikian, ia bisa mengambil banyak manfaat dan hikmah serta materi yang diajarkan oleh seorang guru. Dan ketika akan berangkat mencari ilmu dari guru, satu hal yang musti dilakukan adalah berdoa.
Ketujuh, seorang murid harus senantiasa mencari keridhaan gurunya meskipun apa yang ia pikirkan berbeda dengan apa yang menjadi keinginan guru. Seorang murid juga tidak boleh menghindarinya saat berpapasan. Murid juga tidak boleh menyebarkan rahasia-rahasia gurunya.
Kedelapan, seorang murid tidak boleh sesuka hati masuk ke ruangan guru tanpa izin. Ketika datang ke sebuah majelis yang dibimbing oleh seorang guru, hendaknya mempersilakan yang lebih tua terlebih dahulu.
Kesembilan, seorang murid ketika memasuki ruang kelas hendaknya mengucapkan salam atau tegur sapa dengan siapa saja yang hadir.
Kesepuluh, seorang murid harus bisa menjaga mood-nya agar senantiasa bergairah dalam belajar, baik di pagi hari atau siang hari.
Kesebelas, seorang murid harus bisa menerima dan bersabar dengan ketegasan sikap dan tindakan dari guru. Kemudian seorang murid juga harus mempunyai cita-cita dan mimpi yang tinggi.
Keduabelas, seorang murid harus bisa bersabar menunggu guru yang belum datang ke ruang kelas.
Ketigabelas, seorang murid harus rajin mengulangi materi yang telah ia pelajari agar mengerti dan paham sejauh mana kebenaran pemahamannya.
Keempatbelas, seorang murid ketika akan memulai pembelajaran maka ia harus berdoa dan memohon kepada Allah SWT.
Kelimabelas, seoarang murid dalam proses belajar harus meminta bimbingan kepada guru agar mendapat arahan.
Keenambelas, seorang murid yang sudah memahami materi pembelajaran tidak boleh egois. Artinya, ia harus memberikan arahan kepada teman-temannya agar bisa memahami dengan baik juga.
Ketujuhbelas, seorang murid tidak boleh menghasud siapa pun, tidak boleh menghina siapa pun, dan tidak boleh sombong dengan ilmu pengetahuannya.
Sepintar apapun seseorang, jika ia tidak memiliki adab atau etika, maka gugurlah nilai seluruh pengetahuannya. Maka dari itu, kalian sebagai murid harus bisa melakukan kebaikan-kebaikan sehingga menjadi berkah. (*)
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!
Editor: Moh. Haris Suhud