Model Pembelajaran Yang Dapat Diterapkan Pada Kurikulum Prototipe 2022

- Editor

Jumat, 24 Desember 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Model pembelajaran penting diterapkan pada pelaksanaan pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan lancar dan untuk meningkatkan pengetahuan serta kualitas pembelajaran siswa. Maka dari itu guru harus menggunakan beberapa model pembelajaran yang tepat untuk mendukung proses pembelajaran.

Beberapa model pembelajaran yang dapat diterapkan pada saat penyelenggaraan kurikulum prototipe tahun 2022 yaitu

  1. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing (Discovery Learning)

Discovery Learning merupakan sebuah proses belajar yang mana siswa dituntut untuk  mengorganisasi sendiri cara belajarnya dalam menemukan konsep. Melalui metode Discovery Learning siswa dapat mengorganisasi bahan yang dipelajari dengan suatu bentuk akhir.

Metode Discovery Learning merupakan sebuah konsep pemahaman arti dan hubungan melalui proses intuitif dengan hasil akhir berupa suatu kesimpulan. Pada konsep Belajar dengan metode Discovery Learning merupakan sebuah pembentukan kategori atau konsep yang dapat memungkinkan terjadinya generalisasi. Discovery adalah pembentukan kategori-kategori, atau lebih sering disebut sistem-sistem coding. Pembentukan kategori-kategori dan sistem-sistem coding dirumuskan demikian dalam arti relasi-relasi yang terjadi diantara obyek-obyek dan kejadian-kejadian.

Konsep metode discovery learning memiliki lima unsur yang mana siswa dikatakan memahami suatu konsep apabila mengetahui semua unsur dari konsep tersebut yakni meliputi nama, ontoh-contoh baik yang positif maupun yang negatif, karakteristik baik yang pokok maupun tidak, rentangan karakteristik serta kaidah teoritik. Pembentukan konsep merupakan dua kegiatan pengkategorisasian yang berbeda untuk menuntut proses berpikir yang berbeda pula. Seluruh kegiatan mengkategori meliputi mengidentifikasi dan menempatkan contoh-contoh dengan menggunakan dasar kriteria tertentu.

Dalam proses belajar metode discovery learning ini membutuhkan partisipasi aktif dari tiap siswa untuk mengenal dengan baik adanya perbedaan kemampuan. Untuk menunjang proses belajar perlu lingkungan memfasilitasi rasa ingin tahu siswa pada tahap eksplorasi. Lingkungan ini dinamakan Discovery Learning Environment yakni  lingkungan dimana siswa dapat melakukan eksplorasi, penemuan-penemuan baru yang belum dikenal atau pengertian yang mirip dengan yang sudah diketahui. Lingkungan seperti ini bertujuan untuk melatih siswa dalam proses belajar agar dapat berjalan dengan baik dan lebih kreatif.

Untuk memfasilitasi proses belajar yang baik dan kreatif harus didasarkan pada manipulasi bahan pelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan kognitif siswa. Manipulasi bahan pelajaran bertujuan untuk memfasilitasi kemampuan siswa dalam berpikir sesuai dengan tingkat perkembangannya.

Perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan oleh konsdisi lingkungan, yaitu: enactive, iconic, dan symbolic. Tahap enactive yakni seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upaya untuk memahami lingkungan sekitarnya, Sehingga untuk memahami dunia sekitarnya anak menggunakan pengetahuan motorik, misalnya melalui gigitan, sentuhan, pegangan, dan sebagainya. Tahap iconic yakni dimana seseorang dapat memahami objek-objek atau dunianya melalui gambar-gambar dan visualisasi verbal. Sehingga dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi). Tahap symbolic yakni ketika seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya dalam berbahasa dan logika. Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa, logika, matematika, dan sebagainya.

Komunikasi dilakukan dengan menggunakan banyak simbol. Semakin matang seseorang dalam proses berpikirnya maka semakin dominan sistem simbolnya. Secara sederhana teori perkembangan dalam fase enactive, iconic dan symbolic. Fase ecnative merupakan suatu proses dimana siswa menjelaskan sesuatu melalui perbuatan. Fase iconic merupakan saat siswa dapat menjelaskan keseimbangan pada gambar atau bagan. Pada fase symbolic siswa menggunakan bahasa untuk menjelaskan prinsip keseimbangan.

Dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning guru berperan sebagai pembimbing dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk belajar secara aktif yang mana guru harus dapat membimbing dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan pembelajaran. Kondisi seperti ini akan mengubah kegiatan belajar mengajar yang semula berorientasi pada guru menjadi berorientasi pada siswa.

Pada metode Discovery Learning ini bahan ajar tidak disajikan dalam bentuk akhir namun siswa dituntut untuk melakukan berbagai kegiatan menghimpun informasi, membandingkan, mengkategorikan, menganalisis, mengintegrasikan, mereorganisasikan bahan serta membuat kesimpulan-kesimpulan.

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran penemuan terbimbing (discovery learning) yakni pertama guru harus merumuskan masalah yang akan diberikan kepada siswa dengan data secukupnya yang mana perumusaannya harus jelas dan hilangkan pernyataan yang multi tafsir.

Kedua berdasarkan data yang diberikan guru siswa dituntut untuk menyusun, memproses, mengorganisir, dan menganlisis data tersebut. Dalam hal ini guru dapat memberikan bimbingan sejauh yang diperlukan saja yang mana bimbingan lebih mengarah pada langkah yang hendak dituju melalui pertanyaan-pertanyaan.

Ketiga siswa menyusun prakiraan dari hasil analisis yang dilakukannya apabila dipandang perlu prakiraan yang telah dibuat siswa tersebut hendaknya diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa, sehingga akan menuju arah tujuan yang hendak dicapai.

Keempat apabila telah diperoleh sebuah kepastian tentang kebenaran prakiraan tersebut, maka verbalisasi prakiraan sebaiknya disrahkan juga kepada siswa untuk menyusunnya. Disamping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran prakiraan.

Kelima apabila siswa sudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru menyediakan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa apakah hasil penemuan itu benar.

2. Model Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran Berbasis Proyek atau Project Based Learning merupakan sebuah metode pembelajaran yang menggunakan proyek/kegiatan sebagai media. Pada metode ini peserta didik melakukan eksplorasi, penilaian, interpretasi, sintesis, dan informasi untuk menghasilkan berbagai bentuk hasil belajar.

Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalaman peserta didik dalam beraktifitas secara nyata. Pembelajaran Berbasis Proyek dirancang untuk digunakan pada pembelajaran yang memiliki permasalahan komplek sehingga peserta didik perlu melakukan insvestigasi untuk memahaminya.

Proses pembelajaran pada model pembelajaran berbasis proyek dimulai dengan memunculkan pertanyaan penuntun dan membimbing peserta didik pada sebuah proyek kolaboratif yang mengintegrasikan berbagai subjek (materi) dalam kurikulum. Pembelajaran Berbasis Proyek memberikan kesempatan kepada para peserta didik untuk menggali konten (materi) dengan menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi diri peserta didik masing-masing dengan melakukan eksperimen secara kolaboratif. Pembelajaran Berbasis Proyek merupakan investigasi mendalam tentang sebuah topik yang terjadi secara nyata.

Karakteristik pembelajaran berbasis proyek yakni peserta didik dapat membuat keputusan tentang sebuah kerangka kerja, peserta didik akan dihadapkan pada permasalahan atau tantangan yang diajukan, peserta didik dapat mendesain proses pembelajaran untuk menentukan solusi dari permasalahan yang diajukan, peserta didik secara kolaboratif dapat bertanggungjawab untuk mengakses dan mengelola informasi untuk memecahkan permasalahan, proses evaluasi dijalankan secara kontinyu, peserta didik dapat melakukan refleksi secara berkala dari aktivitas yang sudah dijalankan, produk akhir dari aktivitas belajar dievaluasi secara kualitatif, situasi pembelajaran sangat toleran terhadap kesalahan dan perubahan.

Mau Menyusun KTI INOBEL Untuk Kenaikan Pangkat Dengan Mudah dan Cepat?

Ikutilah WORKSHOP 35JP SPESIAL “Mudah & Cepat Menyusun KTI Inovasi Pembelajaran” (Dapatkan bonus E-book Premium Rahasia & Kunci Sukses Inobel) yang diselengggarakan oleh gurujuara.com

Penulis : Erlin Yuliana

Berita Terkait

4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!
Mendikdasmen Kembali Mengungkapkan Pentingnya Deep Learning untuk Diterapkan Kedepannya!
Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan e-Kinerja Guru dan Kepala Sekolah Saat Penguploadan Dokumen 
Gebrakan Mendikdasmen Memudahkan Syarat Pencairan Tunjangan Sertifikasi Mulai Tahun 2025
Ini Perbedaan Pengelolaan Kinerja Sebelumnya dengan Pengelolaan Kinerja 2025
Ini 3 Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2025 Kini Menjadi Lebih Sederhana
Link- Link Penting untuk Pendaftaran Seleksi Administrasi PPG Guru Tertentu Tahun 2024
Alur Seleksi Administrasi PPG Guru Tertentu 2024 : Panduan Lengkap
Berita ini 68 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 18 Desember 2024 - 13:26 WIB

4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!

Selasa, 17 Desember 2024 - 10:15 WIB

Mendikdasmen Kembali Mengungkapkan Pentingnya Deep Learning untuk Diterapkan Kedepannya!

Jumat, 13 Desember 2024 - 10:13 WIB

Jangan Sampai Salah, Ini Perbedaan e-Kinerja Guru dan Kepala Sekolah Saat Penguploadan Dokumen 

Kamis, 12 Desember 2024 - 11:07 WIB

Gebrakan Mendikdasmen Memudahkan Syarat Pencairan Tunjangan Sertifikasi Mulai Tahun 2025

Selasa, 10 Desember 2024 - 09:43 WIB

Ini 3 Pembaruan Pengelolaan Kinerja Guru, Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah 2025 Kini Menjadi Lebih Sederhana

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis