Meniti Jalan Menjadi Guru: Antonius Padua Eka Wahyu Suryadi

- Editor

Sabtu, 16 April 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Antonius Padua Eka Wahyu Suryadi, S.Pd. 

Guru di SDN Jomblang 03 Semarang

Di ujung timur langit Yogyakarta pada tahun 1969 saya dilahirkan di lingkungan keluarga yang sederhana. Sehingga untuk mencapai cita-cita harus dilalui dengan penuh perjuangan hingga akhirnya berujung bahagia.

Perjuangan ini dimulai tahun 1990, di kala saya menyelesaikan studi Sekolah Pendidikan Guru (SPG), tepatnya di Pangudi Luhur, Yogyakarta, yang terkenal dengan sebutan Kidul Loji. 

Sejak saat itu, saya mencoba merantau ke kota Semarang, tanpa sanak saudara dan handai tolan di sana. Saya mencoba melamar menjadi guru di SD Pangudi Luhur, di Jalan Dokter Sutomo. Sayang ditolak karena ijazah kurang memenuhi persyaratan.

Kemudian saya pulang lagi ke Yogyakarta bekerja sebagai pramuniaga di kawasan Malioboro, tepatnya di Dinasty Fashion. Setelah tiga bulan bekerja di tempat tersebut, ada panggilan kerja di Semarang yaitu di SD ST Louis. 

Tahun 1991,  tepatnya bulan Januari, saya mulai  bekerja di sekolah yang berada di Jalan Selo Mas Raya, Semarang Utara, sebagai guru Agama Katolik merangkap  guru Olahraga dan Tari. Waktu itu honor yang saya terima kecil, namun cukup untuk makan dan minum.

Tahun 1998 ada pengurangan karyawan besar-besaran karena krisis moneter di Indonesia, dan saya kena imbasnya. 

Juli 1998, perjuangan saya lanjutkan sebagai guru wiyata bakti di SDN Bonsari 4 sebagai guru kelas tiga dengan honor yang tak kalah kecil. Untuk menekan biaya hidup, saya harus tinggal dan tidur di sekolah tersebut sampai satu tahun; ke mana-mana harus jalan kaki karena kondisi ekonomi yang tidak memungkinkan menggunakan kendaraan. 

Di tahun yang sama, saya melamar bekerja di SDN Salomo, Jalan Gedung Batu, Semarang, dekat Klenteng Sampokong. Sehingga ketika pagi saya di SDN Salomo dan siang di SDN Bongsari 4.  

Selang beberapa tahun kemudian ada pergantian Kepala Sekolah. Badai pun menghantam di mana semua guru wiyata bakti diberhentikan tanpa pesangon. Selanjutnya saya hidup pontang-panting, bekerja tanpa tujuan jelas. Saya sempat bekerja sebagai penjaga malam di Yayasan Sugiyo Pranoto. 

Di sana saya mengenal banyak orang dengan latar belakang dan karakter yang berbeda-beda. Selain kalangan guru, juga akrab dengan tukang becak, tukang ojek, dan lain-lain.  Mereka semua menjadi inspirasi saya dalam mencari rezeki dan saya sangat kagum atas semangat mereka yang luar biasa.

Pada tahun 2004, saya mencoba ikut tes guru bantu. Puji Tuhan, saya lolos dan ditempatkan di SDN Tambak Harjo sesuai tugas No. 821.1/2057 yang berada di Semarang Barat. 

Selang 2 tahun, sesuai surat tugas No. 800/ 2358, saya dipindahkan di sekolah dasar yang lebih kecil yaitu di SDN Jombang 06 sekarang jadi SDN Jombang 03. Saya mengajar kelas lima yang mayoritas berekonomi kurang. 

Dengan semangat saya terus mencoba mengembangkan karier sebagai guru. Tahun  2007, saya diangkat sebagai PNS dengan pangkat  golongan ruang II/a. Selang beberapa waktu kemudian saya melanjutkan studi di Universitas Terbuka dengan perjuangan yang tidak mudah.  

Berkat dorongan teman-teman, saya lulus tahun 2014 dengan nilai baik. Dan setelah lulus, saya mencoba mengikuti tes guru profesional yang selama dua bulan harus mengikuti diklat bandungan. 

Di diklat tersebut, saya baru mengenal bagaimana cara mengoperasikan komputer. Namun dengan bantuan teman-teman yang hebat, setelah melalui banyak rintangan,  pada akhirnya ketika tes tulis simulasi dan tes komputerisasi digelar, saya bisa lolos dan akhirnya diakui sebagai guru profesional sampai sekarang.

Kemudian tahun 2019, secara Katolik saya dapat menikah dan beli rumah serta motor yang bisa saya gunakan untuk bekerja sehari-hari.  

Puji Tuhan, sekarang saya sudah sampai golongan III/b (Pengatur Muda Tingkat I). Tahun depan kalau tidak aral melintang, bisa menjadi kepala sekolah secara profesional.

Moto saya  adalah “Maju terus pantang mundur. Rawe-rawe rantas malang malang putung.” 

Tetap semangat jadi guru walaupun sulit dan banyak rintangan. Good bless you! 

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link ini atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com  dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai
Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses
Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali
Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 19:50 WIB

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai

Jumat, 21 Juni 2024 - 13:28 WIB

Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses

Sabtu, 15 Juni 2024 - 13:59 WIB

Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Berita Terbaru