Meniti Jalan Menjadi Guru: Delvina Bidari

- Editor

Jumat, 15 April 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh Delvina Bidari, S.S. 

Guru di SD Avicenna Jagakarsa

Sore itu, seperti biasa di akhir pekan, Papa mengajak saya jalan-jalan. Kali ini Papa membonceng saya dengan motor ‘laki’ kesayangannya. Saya duduk di  bagian depan. Saat itu saya belum begitu tinggi sehingga masih bisa duduk di depan tanpa menghalangi pandangan Papa. 

Papa senang mengajak saya mengobrol sambil berkendara. Biasanya sambil melaju dengan kecepatan sedang, kami mengobrol ini itu. Mungkin baginya ini adalah ‘quality time’ bersama putri sulungnya.

Saat kami melaju melintasi jalanan kota, tiba-tiba Papa bertanya tentang hal yang tidak saya pikirkan sebelumnya.

‘Nduk, mbesuk yen wis gedhe pingin dadi apa?” tanya Papa. 

Di usia saya yang saat itu masih sekitar tujuh tahun, saya belum mengerti benar apa itu cita-cita. Spontan saya menjawab, “Guru, Pa!”  

Saat itu saya merasa jawaban itu adalah jawaban yang umum diberikan oleh anak seusia saya. Dan biasanya orang tua akan bereaksi dengan memberikan pujian, “Wah, pinter!” atau sejenisnya. 

Tetapi ternyata, Papa justru memberikan respon yang berbeda. Jawabannya di luar dugaan, “Ojo, Nduk! Kowe yen dadi guru ora biso sugih,”  jawab Papa. Saya terdiam. Tidak memahami maksud jawaban Papa.

Seiring berjalannya waktu dan bertambahnya usia, tibalah saatnya bagi saya untuk mau tidak mau menentukan arah yang harus saya pilih. Pembicaraan tentang cita-cita itu pun berlanjut.

“Dadi perawat wae yo, Nduk. Kayak Bulik,” saran dari Bulik suatu ketika. 

Bulik kemudian menggambarkan bagaimana jika saya memilih menjadi perawat. Lulus SMA lalu masuk kampus A. Lalu mengambil program ini, lalu penempatan di sana atau sini. Bahkan, untuk meyakinkan saya, kerap kali Bulik kasih lihat fotonya saat menjalani pendidikan perawat. 

Saat itu saya memang berandai-andai betapa kerennya saya dengan seragam putih dan bersepatu putih. Namun, itu semua hanya akan menjadi angan-angan selamanya. 

Pertanyaan Mama telak membuat saya sadar diri dan tak mungkin bisa menjadi perawat. ‘Mbak, yakin mau jadi perawat? Lihat orang muntah saja kamu ikutan muntah.” 

Ya, Tuhan! Mak jleb, benar sekali perkataan Mama itu.

Dan kisah perjalanan hidup ini terus berlanjut.  Ketika saya lulus SMA, justru saya melanjutkan kuliah program Diploma dan ‘terdampar’ di jurusan Teknik Informatika. Kenapa saya menyebutnya terdampar? Karena menurut teman-teman SMA, saya lebih cocok ambil jurusan Bahasa—jurusan yang kemudian saya ambil saat melanjutkan kuliah program strata satu.

Saat ‘terdampar’ inilah saya seperti menemukan jati diri setelah sekian lama mencari. Saya menyadari hal-hal yang saya sukai dan hal-hal yang tidak saya sukai. Juga hal-hal yang menjadi prioritas dalam hidup.

Salah satu mata kuliah wajib di kampus adalah mata kuliah pengembangan diri. Di sini, kami diajarkan materi leadership dari buku karya Stephen R. Covey, ‘The Seven Habits’. Sebelum ujian akhir materi pengembangan diri, kami harus melakukan presentasi tentang suatu topik. 

Untuk itu, saya berusaha tampil sebaik mungkin saat presentasi. Setelah presentasi, saya menunggu penilaian dosen dengan jantung ‘dag dig dug’.  Menurut saya, mata kuliah ini adalah mata kuliah yang seru dan saya ingin mendapatkan nilai terbaik. 

Dan penilaian dosen membuat saya sangat terkejut. Saya masih ingat ekspresi dan respon dari dosen saya saat itu. Menurutnya, saya melakukan presentasi seperti seorang guru. Ah! betapa kagetnya saya. 

Sejak saat itu, saya punya anggapan bahwa saya memang ditakdirkan menjadi guru. Dan benar saja, setelah lulus kuliah Diploma, saya mendapatkan program magang di kampus. Saat itu saya menjadi asisten di laboratorium komputer. Selain menyiapkan laboratorium agar siap digunakan saat kuliah berlangsung, saya juga harus mengajar. Nah, di sini lah pengalaman mengajar saya dimulai.

Namun demikian, seperti layaknya anak muda di usia yang masih bergelora, saya sempat mencoba pekerjaan di bidang lain sesuai jurusan kuliah. Saya mencoba pekerjaan di bidang IT. Namun gagal dan ujung-ujungnya saya kembali mengajar. 

Siapa yang menyangka, jawaban spontan saya kepada Papa di sore hari itu ternyata menjadi doa yang dikabulkan oleh Allah. Dan hingga saat ini, alhamdulillah, saya masih menjadi seorang guru.

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com  dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai
Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses
Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali
Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Berita ini 1 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 23 Juni 2024 - 19:50 WIB

Penerapan Teknologi Satelit sebagai Upaya Pencegahan Dampak Abrasi Pantai

Jumat, 21 Juni 2024 - 13:28 WIB

Mengenal Affordability Energy, Serta Kaitannya dengan Kron’s Loss Equation dan Transmission Line Losses

Sabtu, 15 Juni 2024 - 13:59 WIB

Tantangan Mencapai Tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) Nomor 7 di Wilayah Jawa, Madura, dan Bali

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Berita Terbaru