Meniti Jalan Menjadi Guru: Agus Sri Mulyo

- Editor

Jumat, 11 Februari 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ditulis oleh Agus Sri Mulyo, S.Pd

Guru Penjas SMAN 1 Nalumsari, Jepara

Aku dilahirkan dari rahim Ibu seorang guru. Bapakku juga berprofesi sebagai guru. Memang aku dari keluarga guru. 

Keluargaku tergolong sederhana, dikarenakan gaji guru dulu tidak seperti sekarang yang sudah lebih dari cukup. 

Di masa kecilku ketika masih balita, menurut penuturan Ibu, aku pernah menderita sakit muntaber dan penyakit kuning. Sehingga tubuhku sangat kering dan kekurangan gizi. Sempat diobatkan di beberapa dokter, tapi tidak ada hasil yang signifikan. Namun berkat usaha dan doa kedua orang tuaku, tubuhku yang sebelumnya kurus berangsur-angsur pulih. Sampai-sampai mengalami obesitas.

Dalam kondisi obesitas kemudian terjadi kendala dalam gerak tubuh. Oleh karena itu kedua orang tua menyarankanku untuk menguruskan badan atau paling tidak mengurangi berat badan agar menjadi ideal. 

Oleh sebab itu, orang tuaku ketika aku duduk di bangku sekolah dasar dimasukkan klub sepakbola dan diikutkan perguruan pencak silat. Selama kurang lebih satu tahun sampai tiga tahun, bobotku yang sebelumnya 70 kg menjadi 55 kg. Adapun tinggi badanku 165 meter. 

Sejak aku menempuh pendidikan di sekolah dasar itu, pengawasan orang tuaku sudah sangat disiplin mulai dari bangun tidur, sholat, makan, mandi, dan belajar. Semuanya wajib dikerjakan tepat waktu. Maka dari itu nilai ujianku sangat baik. 

Lulus dari sekolah dasar aku masuk di sekolah lanjut pertama, yaitu di SLTP Negeri 1 Mayong. 

Di masa-masa itu aku merasakan hidup yang sangat bahagia karena dikelilingi teman bermain yang sangat baik. Kami suka berbagai permainan tradisional seperti main petak umpet, globak slodor, mandi di sungai, bermain layangan di pematang sawah, serta bermain sepakbola. Sungguh sekarang aku sangat rindu dengan suasana seperti dulu. 

Ketika aku menginjak kelas satu SMP, kesejahteraan keluargaku sudah mulai berangsur membaik dan tercukupi. Sebelumnya, ketika aku masih usia balita sampai sekolah dasar, seringkali makan seadanya. Lauk tempe, tahu, sambel, sudah alhamdulilah.  Ketika menginjak usia 12 tahun, orang tuaku sudah bisa membelikan lauk ikan dan gizi serta yodium tercukupi. 

Di waktu masih SD dulu uang jajanku hanya 100 perak sampai usia 10 tahun. Menginjak usia 11 tahun, uang jajanku ditambah menjadi 300 perak. Kemudian ketika aku kelas 1 SMP baru dapat uang jajan 500 perak. 

Meskipun penuh dengan keterbatasan, namun ketika aku ujian mampu mendapatkan nilai memuaskan: rata rata nilai 8,0. Dengan modal nilai tersebut, aku memberanikan diri dan memutuskan untuk meneruskan sekolah di kabupaten lain yang notabene sangat favorit di kalangan masyarakat Kabupaten Jepara dan Kudus. Sekolah tersebut adalah  SMAN 2 Kudus. 

Sejak tahun 1997, aku mulai belajar di SMAN 2 Kudus.  Di sekolah tersebut, aku mengambil penjurusan IPS. Sebenarnya aku ingin masuk IPA, namun nilai rata-rata untuk masuk kriteria kelas IPA wajib 8,5. 

Masuk jurusan IPS tidak mengendorkan semangatku untuk belajar. Dan alhamdulillah, setiap caturwulan ketika menerima raport, aku selalu masuk 5 besar. 

Menginjak kelas 3 SMA, terdapat  pengumuman seleksi mahasiswa baru dari berbagai Perguruan Tinggi Negeri. Dari banyaknya pilihan yang ada, aku memutuskan memilih Universitas Negeri Semarang (UNNES). Saat itu aku ikut seleksi masuk UNNES lewat jalur PMDK (seleksi penerimaan mahasiswa baru berdasarkan nilai akademik atau sertifikat kejuaraan dalam bidang seni, sains, olahraga). 

Meskipun menggunakan nilai akademik sebagai acuan penilaian, ternyata terdapat ujian praktik yang harus aku ikuti. Pasalnya, aku ambil Fakultas Ilmu Olahraga untuk jurusan PJKR (Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi). Dan akhirnya aku lolos dan diterima menjadi calon mahasiswa baru di UNNES.

Selama belajar di UNNES aku mempunyai banyak pengalaman, mulai dari pertemanan, tugas kuliah, percintaan, hingga lika-liku menjadi anak kos. Dan alhamdulillah, aku bisa mendapatkan gelar sarjana dalam 5 tahun. 

Setelah lulus kuliah dengan IPK 3.3, aku diterima bekerja di lembaga pendidikan yayasan Muhammadiyah cabang Mayong, lebih tepatnya di SMA Muhammadiyah 3 Mayong. Di sana aku bekerja dari tahun 2006 sampai 2009. Pada tahun 2008 aku juga membantu kekurangan guru di SMAN 1 Mayong.

Tepat di bulan Agustus tahun 2008, dibuka perekrutan CPNS. Persyaratan sampai tes  aku jalani semua. Ketika pengumuman keluar di bulan Oktober tahun 2008,  alhasil aku mendapatkan peringkat pertama. Aku masih ingat, kala itu pengumumannya disampaikan melalui media massa Suara Merdeka. 

Sejak Februari tahun 2009, aku pindah ke instansi yang baru yaitu di SMA NEGERI 1 Nalumsari. Di sinilah aku memulai karier sebagai seorang Pegawai Negeri Sipil (PNS) sampai sekarang, mengabdi menjadi guru  ASN.

Sekarang aku sudah mempunyai keluarga sendiri dan dikarunia 2 anak bersama istri yang cantik, yang selalu menemani dalam kondisi suka dan duka. 

Aku ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada kedua orang tuaku yang sudah mendidik dan membesarkan aku sampai saat ini. Semoga aku bisa menjadi anak yang bisa membanggakan keluarga dan bangsa. Amin!

Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

*Meniti Jalan Menjadi Guru (MJMG) adalah konten serial yang mengisahkan perjalanan dan pengalaman menjadi seorang guru yang ditulis sendiri oleh nama bersangkutan. Tayang eksklusif di NaikPangkat.com dan akan dibukukan dalam sebuah antologi dengan judul “Meniti Jalan Menjadi Guru”

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru