Saya adalah orang tua dengan dua anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Anak saya yang pertama saat ini duduk di bangku kelas 6 dan yang kedua baru masuk kelas 1.
Di saat anak duduk di bangku kelas 6, tentu saja sebagai orang tua, saya mengharapkan anak saya mendapatkan pembelajaran yang lebih efektif. Untuk mempersiapkannya masuk ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi.
Sementara itu anak saya yang nomor dua, yang baru lepas sekolah PAUD dan masuk ke Sekolah Dasar memiliki semangat luar biasa untuk berangkat sekolah. Ia berharap akan merasakan suasana baru, lingkungan baru, sekolah baru, teman-teman baru, guru baru, dan hal-hal baru lainnya.
Namun apa yang terjadi? Pandemi ini seolah-olah membuyarkan semuanya.
Apa yang saya inginkan, terutama sebagai orang tua, tidak seperti yang saya harapkan. Begitu juga dengan harapan anak saya, tentunya.Antara perasaan sedih dan kasihan, saya melihat potret dunia pendidikan saat ini.
Di samping sebagai orang tua, kebetulan saya juga berprofesi sebagai seorang guru di salah satu Madrasah Negeri di kota di mana saya tinggal. Karena itulah, saya bisa merasakan berada di dua sisi antara menjadi orang tua siswa dan juga sebagai guru.
Salah satu metode pembelajaran yang dapat dilakukan oleh guru selama pandemi adalah metode daring. Metode ini memanfaatkan jaringan online. Metode ini sangat cocok diterapkan bagi pelajar yang berada pada kawasan zona merah. Dengan menggunakan metode daring seperti ini, pembelajaran tetap bisa berlangsung dan seluruh pelajar tetap bisa berada di rumah masing-masing dalam keadaan aman.
Namun tidak semua guru memiliki kemampuan yang mumpuni dalam penggunaan gadget dalam pelaksanaan pembelajaran daring. Buktinya, banyak guru yang memiliki ponsel canggih, namun sebagian mereka tidak bisa memanfaatkannya dengan maksimal. Artinya, ponsel canggih hanya digunakan untuk menelpon dan berkirim pesan saja. Terutama guru-guru senior yang sudah berumur dan terlanjur tidak akrab dengan dunia teknologi. Hal ini tentu saja akan menjadi kendala ketika kegiatan pembelajaran harus dilakukan secara daring.
Sehingga apa yang terjadi? Kegiatan pembelajaran yang harapannya bisa membuat siswa tetap aktif dan kreatif tentu saja akan sulit tercapai. Siswa tidak mungkin dituntut kreatif jika gurunya sendiri Gaptek (Gagap Teknologi).
Hal seperti itu saya ketahui karena kedua anak saya setiap kali kegiatan pembelajaran daring berlangsung, guru mereka hanya mengirim foto berisi halaman-halaman pada buku paket yang sudah dibagikan, lalu memberikan setumpuk tugas yang harus dikerjakan.
“Anak-anak, silakan baca buku paket dari halaman 17-21. Fotonya sudah Ibu guru kirim melalui grup. Lalu kerjakan soal latihan halaman 22-25!” seperti itulah kalimat perintah dari guru anak-anak saya melalui grup WhatsApp.
“Ma, kita capek belajar kayak gini. Baca-baca, terus kerjain tugas banyak. Kita tidak paham, Ma!” dan itulah respon anak saya yang kelas 6.
Sebagai orang tua, saya merasa apa yang disampaikan oleh anak saya itu adalah sebuah kejujuran dan kebenaran. Sebagai orang tua, saya pun merasa bahwa metode pembelajaran seperti itu tidak akan membuat anak menjadi kreatif, apalagi pintar. Karena terus menerus dijejali dengan tugas. Apalagi tanpa adanya timbal balik berupa koreksian pada setiap tugas yang telah dikumpulkan oleh anak. Guru biasanya cukup dengan memberikan emoji jempol saja. Tidak jarang saya mendengar orang tua yang lain juga mengeluh dengan metode pembelajaran yang seperti ini.
Di sisi lain, ketika saya memposisikan diri sebagai guru, keterbatasan kemampuan dalam penggunaan teknologi dalam pembelajaran daring yang menjadi kendala. Itulah kenapa ada sebagian guru yang menggunakan metode pembelajaran seperti itu: monoton dan tidak ada sisi kreativitas. Hanya mengandalkan buku paket dan memberi tugas latihan yang banyak pada siswa. Dengan begitu, mustahil bagi peserta didik akan menjadi kreatif jika gurunya sendiri tidak kreatif.
Selain terkendala masalah kemampuan dalam menggunakan teknologi, masih banyak lagi kendala-kendala lain yang tentu saja dapat menyebabkan proses pembelajaran daring ini tidak dapat berjalan secara efektif.
Untuk mendorong kesuksesan pembelajaran daring ini membutuhkan kedisiplinan semua pihak. Untuk itu, pihak sekolah perlu menyusun strategi yang tepat, sistematis, terstruktur, dan juga sederhana. Agar bisa memberikan kemudahan bagi orang tua untuk dapat berkomunikasi dengan pihak sekolah terkait dengan kegiatan pembelajaran daring ini. Sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif sesuai dengan apa yang diharapkan oleh orang tua. Selain itu, kerjasama yang baik antara pihak sekolah, guru, orang tua, dan juga siswa juga sangat dibutuhkan.
Sebagai orang tua sekaligus seorang guru, saya berharap semoga pandemi segera berakhir. Sehingga kegiatan pembelajaran tatap muka dapat berjalan seperti semula. Anak-anak bisa bertemu dan belajar secara langsung bersama Bapak/Ibu guru di sekolah. Karena inilah proses pembelajaran yang paling efektif untuk mencerdaskan anak bangsa.
Menurut pandangan saya secanggih apapun teknologi memang tampaknya tidak akan mampu menggantikan peran guru.
Ditulis oleh Hariyanti, S.Pd. (Guru MTs Negeri 1 Mataram)