Perbedaan Tes Skolastik dengan Tes Mata Pelajaran
Jadi, tes skolastik lebih kepada kemampuan calon mahasiswa dalam memecahkan suatu masalah yang dihadapkan dengan kemampuan bernalarnya. Dengan ini, tidak ada lagi problem menghafal materi pelajaran tertentu oleh calon mahasiswa untuk menyelesaikan tes SBMPTN.
SBMPTN selama ini dirasa terlalu menitikberatkan pada hafalan dibanding dengan penalaran. Materi yang diujikan juga terlalu banyak dan terfokus hanya pada materi tertentu, sehingga siswa hanya fokus pada mata pelajaran yang diujikan dan menganggap mata pelajaran lain tidak penting.
Kondisi ini kemudian memberikan pengaruh yang cukup besar terhadap output pendidikan, dimana kualitas pembelajaran menjadi menurun.
Hal ini kemudian juga terhubung dengan salah satu alasan Mendikbudristek melakukan perubahan skema penerimaan PTN, yang mana tidak diinginkan lagi adanya diskriminasi bimbel.
Mendikbudristek menengok bahwa selama ini banyak orang tua yang terbebani dengan biaya yang tidak sedikit untuk bimbel para siswa dalam menghadapi SBMPTN. Hal ini kemudian menyebabkan siswa dari keluarga kurang mampu lebih sulit untuk masuk PTN.
Dengan ini, pemerataan dan kesetaraan dalam pendidikan dapat diperjuangkan. Tes skolastik SBMPTN 2023 lebih berupaya untuk mewujudkan calon mahasiswa yang dapat berpikir kritis, mampu memecahkan masalah, serta tidak sekedar penghafal saja tanpa memahami secara mendalam dan bagaimana pengaplikasiannya untuk setiap mapel atau materi yang diujikan.
Tes ini dinilai menjadi salah satu tes yang paling tepat untuk melakukan proses seleksi, khususnya seleksi dalam penerimaan mahasiswa baru di Perguruan Tinggi Negeri (PTN).
Demikian informasi mengenai tes skolastik pengganti tes mata pelajaran dalam SBMPTN 2023. Semoga bermanfaat!
Mari bergabung bersama ribuan guru lainnya dalam pelatihan “Belajar Sambil Bermain Teka-Teki Menggunakan Puzzlemaker”
(AZL/AZL)
Halaman : 1 2