Membangun Personal Grooming di Kalangan Pendidik

- Editor

Selasa, 19 Oktober 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Oleh Indah Wulandari

Guru SMPN 1 Leuwisadeng, Kabupaten Bogor

 

Personal grooming bukan hanya sebatas cara berpakaian  untuk mempresentasikan diri di tempat kerja. Lebih dari itu, namun hal tersebut juga menyangkut pengetahuan, etika, mindset, dan cara menghargai diri sendiri.

Secara singkat personal grooming memang terkait penampilan diri. Namun di dalamnya juga menyangkut bagaimana  seseorang dalam berinteraksi dengan orang lain; bagaimana seseorang berkomunikasi dengan  atasan atau rekan kerja lainnya.

Bagaimana jika personal grooming ini diterapkan di kalangan pendidik? Menurut saya, hal tersebut sungguh suatu cara yang positif untuk bisa menciptakan wibawa seorang pendidik. Kemudian dari wibawa itu akan terbangun suatu mindset untuk bisa menghargai diri sendiri sekaligus menghargai orang lain  atau rekan kerja di lingkungan pendidikan.

Tentu saja akan sangat berat  dan bukan hal yang mudah membangun personal grooming di kalangan pendidik. Tapi  hal itu sudah menjadi harga mati kalau Anda ingin menjadi seorang pendidik yang disegani oleh siswa, rekan kerja, dan menjadi idola yang dapat ditiru oleh peserta didik dan warga sekolah lainnya.

Kenapa membangun personal grooming dikatakan sulit karena masih banyak orang yang memilih profesi pendidik sebagai pilihan terakhir. Menjadi guru dianggap jalan paling mudah dan bisa sebagai batu loncatan profesi dikarenakan mencari pekerjaan lain sulit, apalagi di era pandemi seperti sekarang ini.

Banyak ‘pendidik’ yang ternyata bermodal pendidikan yang bukan linier dan tidak didasari pendidikan keguruan. Sehingga mereka tidak menguasai kompetensi dasar yang harus dikuasai sebagai pendidik seperti  kompetensi psikologi, pedagogi, profesional dan sosial. Sehingga ketika menjadi guru pun menjadi seorang pendidik yang abal-abal. Padahal seorang guru harus memiliki kemampuan atau kompetensi sesuai  empat pilar pendidikan tersebut. 

Maksud saya, ketika guru sudah memiliki empat kompetensi tersebut maka baru bisa dibangun sebuah personal grooming di kalangan guru. Dan pada akhirnya, pantas apabila guru dapat disebut sebagai pahlawan tanpa tanda jasa karena menjalani profesinya dengan penuh keikhlasan dan penuh kasih sayang terhadap peserta didik dengan kompetensi pengetahuan dan etika yang dijunjung tinggi. 

Jika personal grooming sudah tercipta di kalangan pendidik, akan memiliki dampak yang besar bukan hanya pada guru itu sendiri namun juga pada lingkungan sekitarnya. Misalnya, guru akan dapat dengan mudah menularkan kepada peserta didik dalam melaksanakan tata tertib sekolah terkait tata cara berpakaian yang benar sesuai aturan sekolah.

Masalah tata cara berpakaian para peserta didik memang perlu menjadi perhatian. Apalagi ketika mereka memasuki awal Pembelajaran Tatap Muka (PTM) pasca pandemi, banyak ditemukan peserta didik yang memakai pakaian yang tidak sesuai tata tertib, rambut  panjang dan diwarnai, sebagian siswi memakai kosmetik yang berlebihan, memakai warna dan model sepatu yang tidak sesuai aturan sekolah dan hal lainnya. Banyak sekali ditemukan pelanggaran terkait pelanggaran tata tertib cara berpakaian di sekolah.

Nah, untuk itulah personal grooming di kalangan pendidik sangat penting. Cara berpakaian dan penggunaan atribut yang tepat di kalangan pendidik bisa menjadi model yang bisa ditiru oleh peserta didik. Sehingga secara tidak langsung, guru juga mendidik siswa menghargai diri sendiri dan menambah percaya diri dengan penampilan berpakaian yang rapi sebagai pelajar.

Jadi kesimpulannya membangun personal grooming harus diawali di kalangan guru untuk membentuk perilaku peserta didik yang percaya diri dan memiliki perbaikan kualitas diri, tidak sekedar mempercantik penampilan fisik. Pasalnya, tujuan utama dalam membangun personal grooming di kalangan pendidik dan peserta didik adalah untuk menjadikan manusia yang memiliki brain, beauty, behavior secara seimbang.

Grooming bukan sekedar cara berpakaian, tetapi memperbaiki mindset sehingga mereka lebih siap menghadapi tantangan hidup di depan. Ini penting dilakukan terlebih di awal-awal masuk sekolah tatap muka pasca pandemi.  

Dapatkan info terbaru dan ikuti seminar atau diklat untuk guru secara gratis yang dapat menunjang karier dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 296 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru