Oleh Wiwik Dwi Widyawati, S.S.
UPTD SPNF SKB KOTA SALATIGA
Masyarakat masih menganggap aktivitas membaca hanyalah untuk menghabiskan waktu (to kill time), bukan untuk mengisi waktu (to full time). Artinya aktivitas membaca belum menjadi kebiasaan (habit) tapi lebih kepada kegiatan sewaktu-waktu saja.
Menurut Najwa Shihab dari hasil survey Most Littered Nation In the World 2016, jika membandingkan masyarakat Eropa atau Amerika khususnya anak-anak yang dalam setahun bisa membaca hingga 25-27 persen buku—selain itu juga ada Jepang yang minat bacanya bisa mencapai 15-18 persen buku per tahun—anak-anak Indonesia masih kalah jauh. Di Indonesia anak-anak hanya mencapai 0,01 persen per tahun.
Lebih jauh lagi, menurut penelitian minat baca yang dilakukan UNESCO, Indonesia menempati urutan kedua terendah di dunia. Sementara itu menurut Central Connecticut State University bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked, masyarakat Indonesia berada pada peringkat ke-60 dari 61. Kemudian berdasarkan survey Aktivitas Literasi Membaca di 34 provinsi: Puslitjakdikbud Kemendikbud 2019, 9 provinsi (26%) kategori aktivitas literasi sedang; 24 provinsi (71%) rendah; 1 provinsi (3%) sangat rendah. Dan menurut laman digital, dari 22 negara yang diperingkat, Indonesia menduduki peringkat ke 16 di mana warga negara Indonesia waktu membacanya rata-rata 6 jam dalam sepekan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti kata literasi adalah kemampuan dan keterampilan individu dalam berbahasa yang meliputi membaca, menulis, berbicara, menghitung dan memecahkan masalah pada tingkat keahlian tertentu yang diperlukan dalam kehidupan sehari-hari. Literasi berhubungan erat dan kata berbahasa. Arti lain dari literasi adalah suatu kemampuan seseorang untuk menggunakan potensi dan keterampilan dalam mengolah dan memahami informasi saat melakukan aktivitas membaca dan menulis. Pendapat lain mengatakan bahwa pengertian literasi adalah suatu kemampuan individu dalam mengolah dan memahami informasi ketika melakukan kegiatan membaca dan menulis.
Anak-anak SD zaman now yang berusia dari 8–12 tahun, umumnya sudah lancar membaca. Tetapi hal itu tidak menyebabkan mereka lebih gemar untuk membaca. Mereka lebih gemar untuk mendengar dan melihat (audio visual). Sebetulnya tidak salah kalau anak-anak tersebut lebih menyukai audio visual. Tetapi tentu saja pemakaian audio visual tersebut jangan sampai berlebihan sehingga menyebabkan mereka malas untuk membaca.
Berikut ini adalah beberapa penyebab anak-anak SD tidak gemar literasi, antara lain:
1. Lingkungan
Lingkungan anak-anak SD sangat mempengaruhi beberapa hal, antara lain tindakan, sikap, cara berpikir, cara berkomunikasi, dan sebagainya. Bila lingkungan sekitarnya tidak mendukung literasi, bisa dipastikan anak-anak pun tidak akan tertarik dengan literasi tersebut. Karena anak-anak seusia tersebut masih sangat rentan untuk coba-coba dan meneladani perilaku lingkungannya.
2. Gadget
Zaman sekarang merupakan zaman teknologi canggih, dengan sebagian besar peralatan teknologi selalu berhubungan dengan kehidupan kita. Apalagi gadget atau gawai sudah merupakan kebutuhan pokok bagi semua orang. Tak ketinggalan, anak-anak SD pun selalu membutuhkan perangkat ini baik untuk alat pembelajarannya maupun untuk mengisi waktu luangnya. Sampai-sampai ada orang tua yang mengatakan bahwa anaknya bisa satu hari tidak makan tetapi tidak bisa berpisah dari gadgetnya 1 jam saja—seolah-olah gadget adalah nyawa keduanya.
3. Generasi Instan
Kehidupan anak-anak SD zaman now sangat berbeda jauh dengan kehidupan orang di masa lampau. Kalau dulu jika kita ingin makan, misalnya ayam goreng, kita harus menunggu uang orang tua kita memiliki uang yang cukup dulu untuk membelinya. Belum lagi kalau jaraknya tempuhnya jauh, kita harus menunggu dengan sabar sampai orang tua mempunyai waktu untuk mengantar atau membelikannya.
Sangat berbeda dengan zaman sekarang yang serba canggih. Ingin makan minum, ingin bepergian, ingin membeli sesuatu, dal lain-lain tinggal klik melalui aplikasi tertentu. Maka barang yang diinginkan akan diantar dan biasanya tanpa menunggu lama. Inilah salah satu hal yang menyebabkan anak-anak tumbuh sebagai generasi yang memiliki mental instan, sehingga menginginkan apa saja secara instan dan tidak menyukai prosesnya.
Game Online dan Media Sosial
Kebermanfaatan game online dan media sosial bagi anak-anak seusia SD memiliki lebih banyak negatifnya dibanding positifnya. Karena pada usia tersebut mereka belum mampu untuk untuk mengolah emosi, pikiran, rasa, dan jiwanya. Sehingga yang terjadi seringnya mereka tenggelam dalam permainan game online dan medsos tersebut.
Pernahkah Anda sebagai orang tua mendengar seorang anak karena ketidaktahuannya dalam bermain game online sampai menghabiskan uang orang tuanya? Nah itulah salah satu pengaruh negatif game online dan medsos.
4. Keluarga
Keluarga yang selalu diidamkan anak-anak adalah sebuah keluarga bahagia, yang saling peduli, saling bantu dan kerja sama antar anggota keluarganya. Keluarga zaman sekarang kebanyakan orang tuanya sibuk bekerja, ketemu anak-anaknya hanya di pagi hari dan malam. Sedangkan anggota keluarga yang lain pun punya kesibukan sendiri, entah itu belajar, bermain, bersosialisasi, atau sibuk sendiri dengan gawainya. Itulah salah satu penyebab anak-anak SD tidak gemar literasi, karena memang tidak dikenalkan oleh orang tuanya.
Mulai tahun 2021 ini pemerintah sudah memberlakukan adanya AN (Asesmen Nasional) yang diikuti oleh siswa kelas 5 SD/Paket A, kelas 8 SMP/Paket B, dan kelas 11 SMA/SMK/Paket C. Soal AN tersebut berbasis literasi dan numerasi. Hal ini tentunya sangat melecut baik bagi siswa itu sendiri, guru, dan orang tua agar siap untuk mengikuti AN tersebut.
Bila berbicara tentang literasi, itu adalah sebuah kemampuan dan keterampilan yang tidak bisa didapatkan secara instan. Bila melihat AN yang sudah berlangsung bulan September–November 2021 kemarin, menunjukkan bahwa siswa sama sekali belum gemar literasi. Sehingga tentunya mereka akan merasa kesulitan untuk memahami soal karena soal AN berbentuk wacana yang panjang dengan menit yang terbatas. Apalagi untuk anak-anak SD yang notabene belum gemar untuk membaca, tentunya akan sangat kesulitan.
Dan berikut ini beberapa kiat jitu yang dapat kita lakukan agar anak-anak SD gemar untuk literasi:
1. Sudah pernahkah Anda mengajak anak-anak untuk berkunjung ke perpustakaan atau TBM? Untuk anak-anak tingkat SD, manfaat berkunjung ke perpustakaan atau TBM tidak lain adalah untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. Perpustakaan merupakan salah satu sumber daya yang besar untuk dapat mengeksplorasi otak dan daya pikir anak. Cobalah mulai sekarang membiasakan mengunjungi perpustakaan setiap minggu untuk meminjam buku. Di perpustakaan atau TBM tersebut, Anda dapat menggunakan waktu sebanyak mungkin sehingga akan mendorong anak-anak untuk melihat-lihat isi perpustakaan atau TBM dan membantu mereka menemukan buku yang mereka inginkan.
2. Coba tengok rak buku atau tempat penyimpanan koleksi buku Anda. Apakah sudah menarik, nyaman, memudahkan pengambilan, atau malah belum punya? Hal tersebut perlu dipikirkan, sehingga keberadaan rak karena bentuk, letak, posisi, dan isinya dapat menarik perhatian anak-anak untuk mendekat dan membacanya. Tentu saja koleksi buku diperbanyak lagi dengan beragam cerita dan pengetahuan sehingga anak-anak merasa nyaman dan tertarik. Bila ruangan masih longgar bisa juga anak-anak kita libatkan langsung untuk mendekorasi sehingga membuat nyaman dan betah untuk duduk di situ.
3. Usahakan paling tidak sebulan sekali menambah koleksi buku yang sesuai dengan umur anak-anak kita. Untuk anak-anak tingkat SD biasanya buku dongeng, komik anak-anak, pengetahuan, cerita lucu, legenda, kisah pahlawan, sejarah tokoh, dan sebagainya.
Bila ada pameran buku yang dekat dengan lokasi kita, jangan lupa untuk mengunjunginya, biasanya ada harga promo. Mulai sekarang, tanamkan diri sendiri bahwa berinvestasi buku lebih baik dan tidak akan merugi.
4. Luangkan waktu sebentar paling tidak seminggu sekali untuk mendampingi anak-anak membaca koleksi bukunya. Hal tersebut akan membuat anak merasa lebih diperhatikan. Pada saat itu bisa berdiskusi tentang buku-buku yang sudah pernah dibaca.
5. Untuk anak-anak sendiri harus ada jadwal setiap harinya diwajibkan membaca buku dengan diatur harus selesai berapa halaman. Mungkin untuk anak-anak pemula, 2-3 halaman sudah bagus. Setelah membaca, anak harus membuat resume atau sinopsis dari buku yang sudah dibaca.
Jangan dipaksa dan jangan bosan-bosan untuk mengingatkan tugas membaca ini, karena terkadang kalau kita lupa, maka anak-anak pun ikut lupa akan kewajibannya tersebut.
6. Usahakan pada saat waktu literasi, gadget dijauhkan lebih dahulu supaya tidak memecah konsentrasi. Lebih baik lagi ada aturan penggunaan gadget dalam sehari hanya boleh berapa jam atau menit, sehingga anak-anak tidak terbiasa untuk memegang gadget terus-menerus.
7. Kunjungi situs web dari penulis favorit dan seorang ilustrator. Banyak penulis dan ilustrator memiliki situs web yang berisikan informasi tentang semua buku-buku mereka, biografi singkat, dan kegiatan untuk anak-anak. Sebagai contoh, penulis buku gambar dan ilustrator Jan Brett memiliki ribuan ilustrasi kegiatan untuk anak-anak di dalam situsnya. Jika anak-anak Anda tertarik untuk menjadi penulis atau ilustrator, mereka akan menikmati membaca tentang berbagai cerita yang dipersembahkan oleh Jan Brett. Beberapa penerbit juga memiliki situs yang menarik, seperti situs Harry Potter Scholastic.
8. Setelah menyelesaikan 1 buku, jangan lupa berikan reward atau hadiah kepada anak-anak agar merasa senang dan bangga. Selain itu ada keinginan untuk membuka dan melanjutkan buku berikutnya.
9. Sekali waktu buka lapak dengan teman-teman sebaya, diajak membaca, menulis, menggambar, mewarnai, dan segala kegiatan yang dapat meningkatkan minat dan bakat anak-anak dalam literasi. Sehingga membuat anak-anak kita pun mempunyai sikap lebih menghargai teman, toleransi, dan sifat asih, asah, asuh antar teman.
Usaha tersebut dapat berhasil tentu saja bila ada dukungan penuh dari keluarga, diri sendiri (anak-anak), lingkungan, guru, dan lain-lainnya. Bila semua aspek mendukung, tidak dapat dipungkiri kita akan berhasil membentuk generasi literasi yang handal. Tidak hanya anak kita sendiri tetapi juga lingkungan sebayanya, atau bisa jadi meluas ke tingkat di atas SD.
Kegiatan ini sangat menarik bila benar-benar kita lakukan sebagai orang tua untuk sedikitnya membantu generasi penerus kita agar lebih handal dan mumpuni. Hal ini tentunya butuh perjuangan, bantuan, kerja sama dari semua aspek sehingga paling tidak kita sudah membantu untuk meningkatkan budaya literasi pada anak-anak SD khususnya dan masyarakat umumnya.
Jangan merasa bosan dan lelah, terus bersabar, percaya bahwa segala kebaikan yang kita lakukan tentu saja akan selalu berbuah kebaikan pula.
Daftarkan diri Anda sebagai anggota e-Guru.id dan dapatkan pelatihan gratis setiap bulan untuk meningkatkan kompetensi sebagai pendidik. Caranya, klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!