Pada saat anak berangkat mondok, orang tua harus belajar melepas anaknya dalam waktu tertentu. Begitu juga dengan seorang anak, ketika berniat untuk belajar di pondok maka mereka juga akan belajar untuk mandiri dalam segala hal. Keberhasilan belajar anak di pondok pesantren perlu diperhatikan oleh beberapa pihak, baik dari orang tua maupun pihak pondok pesantren itu sendiri.
Beberapa hal yang menyokong keberhasilan anak dalam belajar di pondok berasal dari beberapa hal. Beberapa faktor datang dari internal anak itu sendiri dan beberapa hal lainnya dari pihak eksternal.
Pertama, keinginan anak untuk belajar di pondok merupakan salah satu faktor keberhasilan anak belajar. Dengan adanya keinginan yang kuat, anak akan mencoba sekuat mungkin untuk beradaptasi di lingkungan yang baru dan menyesuaikan diri agar bisa bertahan.
Jika tidak mempunyai keinginan untuk belajar di pondok, bukan berarti tidak akan berhasil. Namun faktor lain, kadang akan membuat anak tersebut bisa bertahan di lingkungan baru dan bisa menyesuaikan diri dalam belajar. Hanya saja akan membutuhkan waktu yang lama.
Berdasarkan hasil pengamatan, banyak anak yang sebenarnya tidak mempunyai keinginan untuk belajar di pondok, tapi mereka akhirnya bisa berhasil dan menjadi orang yang berguna setelah pulang dari pondok tersebut. Hal ini karena mereka dapat bertahan di lingkungan baru dan baru merasakan enaknya di pondok setelah memasuki lingkungan pesantren. Dan semua itu membutuhkan dukungan yang besar dari orang tua dan juga pihak pesantren.
Kedua, keinginan anak untuk mandiri merupakan salah satu faktor keberhasilan anak dalam belajar di pesantren. Anak yang berpindah tempat dan terpisah dari orang tua pasti membutuhkan waktu untuk adaptasi. Keinginan mandiri menjadikan anak untuk cepat bisa beradaptasi dengan lingkungan pondok pesantren.
Ketiga, anak mempunyai sikap yang tekun dalam belajar. Meskipun saat masuk pondok pertama kali anak belum mempunyai bekal ilmu yang cukup terutama ilmu agama, tapi dengan sikap tekun yang dimiliki anak dapat menjadikan dia berhasil untuk belajar.
Keempat, sikap tawadhu anak dan juga orang tua. Sikap tawadhu atau rendah hati penting untuk dimiliki oleh para pencari ilmu karena dengan sikap tersebut akan membuat anak merasa tidak memiliki ilmu apa-apa. Sehingga ia akan terus menerus dan haus akan ilmu.
Sebaliknya, jika seseorang yang sedang mencari ilmu merasa sombong dan sudah merasa pintar, maka kelak ia akan merugi dan ilmu yang dipelajari tidak akan memberikan manfaat.
Sedangkan orang tua santri juga perlu mempunyai sikap yang rendah diri dalam memondokkan anak agar pada saat proses belajar, orang tua dapat bekerja sama dengan pihak pondok dalam menyukseskan keberhasilan anak.
Kelima, ketika menitipkan anak belajar di pondok maka orang tua harus ikut berperan dalam keberhasilan belajar anak. Ada istilah, “ketika orang tua menitipkan anak di pondok maka orang tua juga harus ikut mondok”. Hal ini bukan berarti, orang tua ikut serta tinggal di pondok pesantren namun orang tua harus ikut berperan dalam mendukung dan bekerja sama dengan baik. Salah satu sikap yang dapat ditunjukkan orang tua dalam mendukung di antaranya adalah mematuhi peraturan pondok pesantren yang telah ditetapkan.
Selain itu orang tua juga harus ikhlas dan juga pasrah. Dalam arti menyerahkan sepenuhnya anak ke pondok pesantren untuk dididik dan untuk digembleng. Memondokkan anak bukan berarti ‘membuang’ atau ‘memenjarakan’ anak. Sering kali, kasus santri tidak betah di pesantren bisa terjadi justru akibat orang tua yang belum dapat merelakan sepenuhnya akan perpisahan dengan anaknya.
Demikianlah beberapa faktor pendukung keberhasilan anak belajar di pondok pesantren. Intinya, sebagai orang tua, kita harus ikhlas melepas putra-putri dalam menjalani proses pendidikan di pesantren.
Ditulis oleh Evi Rahmawati, S.T (Guru di MTs Al-Multazam)