Contoh Pembelajaran Kolaboratif dalam Kelas

- Editor

Selasa, 31 Mei 2022

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Contoh Pembelajaran Kolaboratif – Sekarang ini, kegiatan pembelajaran sudah berangsur-angsur dilakukan secara tatap muka dan dengan adanya pelaksanaan pembelajaran tatap muka maka tiap guru perlu merangcang kembali pelaksanaan kegiatan mengajarnya.

Salah satu aspek penting yang perlu disesuaikan adalah terkait pemilihan model pembelajaran. Model pembelajaran saat daring tentu berbeda dengan pembelajaran tatap muka.

Untuk menerapkan pembelajaran yang efektif, ada banyak pilihan model pembelajaran yang dapat digunakan, salah satunya model pembelajaran kolaboratif.

Model pembelajaran kolaboratif adalah model pembelajaran dimana peserta didik digabungkan dalam sebuah kelompok yang memiliki tingkat pengetahuan dan keterampilan beragam untuk mencapai tujuan bersama.

Dalam hal ini, jelas bahwa model pembelajaran kolaboratif termasuk pembelajaran yang berpusat pada peserta didik sehingga peran dan keaktifan peserta didik sangat berperan penting dalam kelancaran proses kegiatan belajar mengajar.

Penerapan model pembelajaran kolaboratif tidak hanya menuntut peserta didik untuk bekerjasama, tetapi juga bermanfaat untuk menumbuhkan rasa peduli, saling memahami, dan berkomunikasi yang baik untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Indikator dalam Model Pembelajaran Kolaboratif

Dalam implementasinya, model pembelajaran kolaborasi memiliki beberapa indikator, diantaranya:

  • Kemampuan kepemimpinan dan bekerjasama dalam kelompok

Peserta didik yang memiliki jiwa kepemimpinan, maka ia akan mampu membimbing dan mengarahkan teman-teman kelompoknya, seperti memberi saran terkait cara pemecahan masalah, membimbing teman-temannya untuk mencapai tujuan bersama, menasehati teman untuk tidak mementingkan dirinya sendiri, dan masih banyak lagi.

Jiwa kepemimpinan yang tertanam dalam diri peserta didik dapat menjadi bekal untuk membangun kerjasama yang baik dalam kelompok agar tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud.

  • Kemampuan bertanggung jawab dalam pemberian tugas

Guru dapat melatih kemampuan peserta didik untuk bertanggungjawab dalam pengerjaan tugas melalui pemberian penugasan baik secara individu ataupun kelompok.

Dalam penugasan kelompok, pemberian tugas pada setiap anggota cenderung dilakukan. Oleh karena itu, setiap anggota harus bisa bertanggungjawab untuk mengerjakan bagiannya masing-masing.

Jika terdapat anggota kelompok yang tidak mengerjakan tugasnya maka bisa mendapat sanksi/punishment. Dengan adanya sanksi, maka peserta didik akan lebih termotivasi untuk bertanggungjawab mengerjakan tugasnya.

  • Kemampuan bekerja secara produktif dengan pihak lain

Peserta didik yang bekerja secara produktif akan mampu memanfaatkan sarana dan prasarana yang tersedia sehingga dapat menghasilkan output yang maksimal.

Bekerja secara produktif dengan pihak lain berarti bekerja bersama-sama secara produktif untuk mencapai tujuan yang telah disepakati bersama.

  • Kemampuan menempatkan empati pada tempatnya

Empati termasuk suatu kemampuan untuk merasakan keadaan emosional orang lain. Orang yang memiliki rasa empati akan mencoba  membantu orang lain dalam menyelesaikan masalah. Melalui bimbingan kelompok, guru dapat melatih peserta didik dalam mengolah dan mengembangkan emosi kearah yang baik dan melahirkan perilaku empati.

  • Menghormati perbedaan perspektif

Dalam pembelajaran kolaboratif, setiap peserta didik pasti memiliki pendapat atau pemikiran masing-masing. Tapi, peserta didik juga dituntut untuk mampu menghargai pendapat orang lain agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Contoh Pembelajaran Kolaboratif yang dapat Diterapkan di Kelas

Penerapan model pembelajaran kolaboratif dapat diterapkan dengan berbagai macam metode. Sejauh ini terdapat beberapa metode yang umum digunakan, diantaranya:

  • Cooperative Learning Stuctures (CLS)

Metode Cooperative Learning Stuctures (CLS) dapat membagi peserta didik menjadi dua peran. Ada peserta didik yang bertugas untuk mengajukan pertanyaan dan ada peserta didik yang bertugas untuk menjawab pertanyaan. Sebelum melaksanakan metode Cooperative Learning Stuctures (CLS), guru dan peserta didik perlu menentukan aturan, pertanyaan dan poin permainan. Dalam penerapan Cooperative Learning Stuctures (CLS), peserta didik dapat berganti peran.

Permainan ini akan mengasah daya ingat dan kecerdasan peserta didik. Jika peserta didik yang berperan sebagai penjawab mampu menjawab pertanyaan dengan benar maka akan mendapatkan poin.

  • Group Investigation (GI)

Metode Group Investigation (GI) merupakan metode yang beorientasi pada pembelajaran berbasis masalah. Setiap anggota kelompok dituntut agar bisa merencanakan sebuah penelitian yang berkaitan dengan topik atau materi pelajaran.

Dalam memecahkan masalah, semua anggota kelompok memiliki peran dan tugasnya masing-masing.

Setiap kelompok perlu merencanakan proses penyelesaikan masalah, strategi yang akan digunakan, serta bagaimana konsep presentasi yang akan dilakukan. Penilaian metode ini didasarkan pada proses dan hasil kerja kelompok, oleh karena itu butuh kerjasama yang baik antar seluruh anggota.

  • Complex Instruction(CI)

Metode Complex Instruction (CI) berfokus pada pembelajaran berbasis proyek yang berorientasi pada penemuan. Metode ini bertujuan agar peserta didik dapat fokus untuk mengeksplorasi satu topic atau materi secara mendalam dan aplikatif.

Umumnya, metode Complex Instruction (CI) digunakan pada mata pelajaran matematika, IPA, dan IPS. Complex Instruction (CI) cocok digunakan di kelas dengan peserta didik yang heterogen. Penilaian metode belajar Complex Instruction (CI) berdasarkan kinerja dan hasil kerja kelompok.

  • Academic-Constructive Controversy (AC)

Metode Academic-Constructive Controversy (AC) berfokus pada proses pembelajaran studi kasus. Setiap kelompok dibawa pada suatu studi kasus atau permasalahan yang memiliki beberapa pilihan solusi. Setiap kelompok dituntut untuk memiliki argument dan alasan yang logis yang bisa dipertahankan dengan menjelaskan alasan kenapa memilih pilihan tersebut.

Metode ini berorientasi pada pencapaian dan pengembangan kualitas pemecahan masalah, pemikiran kritis, pertimbangan logis, hubungan antar pribadi, serta kecakapan berkomunikasi dalam mengemukakan pendapat.

Penilaian dalam metode ini didasarkan pada kemampuan setiap kelompok untuk mempertahankan pilihannya berdasarkan alasan yang logis.

  • Learning Together (LT)

Metode Learning Together merupakan metode yang membagi peserta didik secara acak dalam berbagai kelompok.

Setiap kelompok akan diberikan tugas atau studi kasus. Selanjutnya setiap anggota kelompok akan bekerjasama untuk menyelesaikan tugas yang diberikan.

Pembagian tugas untuk tiap anggota merupakan kewenangan dari kelompok masing-masing. Hasil dari penugasan yang diberikan dapat dikumpulkan dalam bentuk tertulis ataupun melalui presentasi di depan kelas.

Learning Together (LT) dapat bermanfaat untuk mengasah pengetahuan, bernalar, dan bekerjasama dalam tim dan untuk penilaiannya didasarkan pada hasil kerja kelompok dan kualitas jawaban.

  • Teams Games Tournament (TGT)

Dalam istilah Indonesia, metode ini disebu juga dengan cerdas cermat. Jadi, perwakilan terbaik dari masing-masing kelompok akan saling beradu untuk menjawab pertanyaan dan menyelesaikan misi yang diberikan. Tim yang memperoleh poin tertinggi maka akan menjadi pemenangnya.

Agar permainan lebih aktif dan menarik, guru bisa membuat kuis yang bervariasi. Jadi , perlombaan yang dilaksanakan tidak hanya berupa soal atau pertanyaan tetapi juga berupa permainan yang dapat mengasah ketangkasan dan kreativitas peserta didik.

  • Jigsaw Procedure (JP)

Metode Jigsaw Procedure (JP) akan membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok. Kemudian tiap anggota kelompok akan mendapatkan tugas dan kasus yang berbeda-beda tetapi masih dalam satu pokok bahasan (topik).

Setelah itu, setiap kelompok akan mendapatkan tes menyangkut keseluruhan materi. Tujuan dari metode ini adalah agar bisa mengetahui kelompok mana yang telah memahami topik atau materi secara mendalam. Penilaian pada metode ini didasarkan pada rata-rata skor tes kelompok.

Hal-hal diatas merupakan contoh pembelajaran kolaboratif yang dapat diterapkan dalam kelas. Yuk, coba terapkan kegiatan-kegiatan kolaboratif sehingga pembelajaran di kelas terasa lebih asyik dan menyenangkan.

 

Silahkan dibagikan kepada guru-guru di seluruh Indonesia.

Tingkatkan literasi guru dengan join channel telegram:

https://t.me/naikpangkatdotcom

Penulis: SM

Berita Terkait

Kriteria Sekolah Swasta yang Bisa Menerima Redistribusi Guru ASN
Guru ASN Bisa Mengajar di Sekolah Swasta, Ini Kriterianya! Apakah Anda Termasuk?
Telah Terbit Permendikdasmen 1 Tahun 2025 tentang Redistribusi Guru ASN (PNS dan PPPK) Pada Satuan Pendidikan Masyarakat
Hanya Di Tanggal 21 Januari, Semua Guru TK, SD, SMP dan SMA/SMK Jangan Sampai Ketinggalan!
[Breaking News] Siaran Pers BKN Kriteria Pelamar Tambahan Seleksi PPPK Guru, Ada Kesempatan Ikut Seleksi PPPK Tahap II
Tahun 2025 Guru Sertifikasi Maupun Non Sertifikasi Akan Sejahtera dengan Program Prioritas Mendikdasmen
Guru Wajib Tahu, Poin Penting dalam PermenPANRB Nomor 21 Tahun 2024 tentang Jabatan Fungsional Guru
4 Tahapan Pengelolaan Kinerja Tahun 2025, Jangan Sampai Keliru!
Berita ini 2,545 kali dibaca

Berita Terkait

Senin, 20 Januari 2025 - 18:16 WIB

Kriteria Sekolah Swasta yang Bisa Menerima Redistribusi Guru ASN

Senin, 20 Januari 2025 - 17:51 WIB

Guru ASN Bisa Mengajar di Sekolah Swasta, Ini Kriterianya! Apakah Anda Termasuk?

Senin, 20 Januari 2025 - 12:27 WIB

Telah Terbit Permendikdasmen 1 Tahun 2025 tentang Redistribusi Guru ASN (PNS dan PPPK) Pada Satuan Pendidikan Masyarakat

Senin, 20 Januari 2025 - 11:43 WIB

Hanya Di Tanggal 21 Januari, Semua Guru TK, SD, SMP dan SMA/SMK Jangan Sampai Ketinggalan!

Sabtu, 11 Januari 2025 - 15:04 WIB

Tahun 2025 Guru Sertifikasi Maupun Non Sertifikasi Akan Sejahtera dengan Program Prioritas Mendikdasmen

Berita Terbaru

Unduh Sertifikat Pendidikan 32 JP Gratis