Oleh Ni Putu Candrawati
Guru SMP Negeri 46 Bandung
Akhir 2019, tepatnya pada bulan Desember, ramai berita di media massa mengenai satu wabah yang terjadi di negara China yang dikenal dengan Covid-19. Tiga bulan kemudian, Maret 2020, tepatnya pada tanggal 2, Indonesia mengkonfirmasi kasus Covid-19 pertama. Tidak menunggu lama setelah itu, pemerintah Indonesia memutuskan hal-hal urgen terkait berjalannya ‘kehidupan’ di negeri ini satu di antaranya adalah terkait berlangsungnya pendidikan.
Mungkin tidak pernah sedikit pun terlintas dalam pikiran banyak orang akan pernah menjalani era pandemi seperti ini. Tapi itulah nyatanya, pandemi terjadi. Dan pendidikan yang terbiasa berlangsung secara tatap muka antara pendidik dan peserta didiknya sejak Maret 2020 mulai ditetapkan harus dilaksanakan secara jarak jauh dengan menggunakan sistem daring (dalam jaringan) atau juga dikenal PJJ (Pembelajaran Jarak Jauh).
Ini adalah model belajar yang baru, namun itulah yang terjadi. Sehingga guru harus mulai meraba-raba cara mengajar online di tengah kejaran waktu dan target capaian kurikulum yang harus tersampaikan pada peserta didik. Oleh karena itu, banyak cara mulai dipelajari untuk menunjang terjadinya proses berbagi pengetahuan.
Mengharapkan pembelajaran daring yang sukses di awal-awal adalah hal yang mustahil. Untuk itu diawali dengan yang penting anak suka dulu dalam kegiatan PJJ, selanjutnya baru diharapkan agar materi pelajaran dapat dipahami dengan baik.
Walaupun kurikulum yang digunakan adalah kurikulum darurat (di masa pandemi), namun pada kenyataannya materi yang perlu disampaikan kepada peserta didik tidak banyak berbeda dengan materi dalam keadaan normal.
Untuk menunjang kelancaran pembelajaran yang berlangsung saat pandemi, para pendidik diberikan banyak media untuk menambah wawasan dan pengetahuan. Tidak terhitung banyaknya Webinar yang bisa diikuti oleh guru. Tema yang diangkat pun beragam. Bahkan mengenai kesehatan pun tersedia untuk diikuti oleh para pendidik. Tentu saja, ilmu kesehatan di masa pandemi tidak kalah pentingnya untuk diketahui.
Selain Webinar, banyak sekali pelatihan dengan moda daring yang tersedia. Bahkan saking banyaknya, pendidik bisa melaksanakan lebih dari satu pelatihan pada saat yang hampir bersamaan atau malah bersamaan. Ini tentu menjadi keuntungan tersendiri karena ketika pelatihan dilaksanakan secara daring, maka para peserta pelatihan dapat lebih fleksibel mengikutinya.
Dari Webinar dan pelatihan itulah, muncul kreativitas pendidik dalam mengelola pembelajaran agar tidak terasa menjemukan bagi peserta didik.
Masalah kejenuhan siswa dalam pembelajaran daring memang perlu mendapat perhatian besar dari guru. Pasalnya, mereka biasanya bebas bercengkrama bersama teman-teman di sekolahnya. Namun di saat pandemi, semua kegiatan di sekolah otomatis terhenti dan mereka tidak bisa bertemu dengan teman-temannya di sekolah seperti biasanya.
Setiap guru memiliki cara masing-masing dalam menyampaikan pelajaran secara daring. Ada yang memanfaatkan aplikasi Google Meet, Zoom atau lainnya yang memungkinkan guru dapat melihat langsung aktivitas siswa saat belajar. Begitu juga sebaliknya, siswa dapat melihat dan mendengar langsung gurunya ketika menjelaskan sebuah materi. Dengan bantuan aplikasi tersebut, proses pembelajaran daring terjadi layaknya di sekolah, hanya saja secara virtual.
Dalam perjalanannya dalam melaksanakan PJJ, ada beberapa kendala apabila menggunakan aplikasi pertemuan virtual. Satu di antaranya adalah pemakaian kuota yang cukup banyak. Bagi peserta didik yang berasal dari keluarga dengan kondisi ekonomi menengah ke atas, pemakaian kuota tersebut tentu tidak menjadi masalah. Namun bagaimana dengan peserta didik dari keluarga pra sejahtera? Dengan terpaksa, peserta didik ini memilih tidak ikut belajar.
Mengenai kuota belajar, sebenarnya terdapat bantuan dari pemerintah. Namun pada kenyataannya ada siswa dan juga guru yang tidak memperolehnya. Hal ini dikarenakan beberapa sebab, misalkan nomor seluler yang sudah tidak aktif tetapi tercantum di Dapodik dan lain sebagainya.
Selain penggunaan aplikasi tatap muka virtual, dalam pembelajaran daring, guru juga dapat memanfaatkan video pembelajaran—baik itu buatannya sendiri maupun memanfaatkan milik orang lain yang bisa diambil dari Youtube.
Alternatif lain yang digunakan dalam pembelajaran online adalah penggunaan media WhatsApp. Dengan media tersebut belajar online tidak memerlukan kuota besar. Selain itu, aplikasi tersebut sudah familiar di kalangan para siswa karena mereka sudah terbiasa menggunakannya.
Dari semua cara yang disampaikan di atas, tetap saja ada siswa yang terkendala dalam belajar online. Solusi untuk menangani masalah tersebut adalah guru menyediakan materi dan tugas dalam bentuk cetak atau materi dari buku paket yang sudah dimiliki siswa.
Mengatasi Kejenuhan
Lamanya pandemi dan PJJ menimbulkan kejenuhan, baik dari sisi peserta didik maupun dari pendidiknya sendiri. Mengapa hal ini terjadi padahal sudah diupayakan variasi dalam pembelajaran?
Selama ini, siswa menerima variasi pembelajaran yang sebenarnya “bukan variasi”. Walaupun dari satu mata pelajaran dianggap bervariasi, ternyata 8 sampai 10 mata pelajaran yang lainnya pun memiliki variasi yang sejenis. Sehingga dapat dikatakan bahwa itu bukan lagi variasi. Sehingga dapat dibayangkan kejenuhan yang dirasakan siswa.
Pun demikian dari sisi pendidik, tidak sedikit guru yang merasa bekerja lebih dari biasanya selama pandemi ini mulai dari menyiapkan materi hingga memberikan tugas. Semua itu bukan perkara yang ringan untuk setiap pendidik. Belum lagi ketika harus memeriksa tugas peserta didik di mana guru harus fokus pada alat elektronik dalam waktu lama, terkadang dilakukan hingga melampaui batas jam kerja.
Lalu apa yang seharusnya guru lakukan agar siswa maupun gurunya sendiri tidak merasakan kejenuhan dalam proses belajar dan mengajar?
Salah satu yang bisa dilakukan adalah penerapan ice-breaking dalam belajar atau gunakan metode permainan pada pemberian materi ataupun tugas. Pemberian penghargaan (reward) misalnya poin tambahan untuk kehadiran di kelas virtual, hadiah pulsa untuk peserta didik yang menang dalam permainan edukatif, sesekali juga perlu dilakukan. Perasaan senang pada siswa saat belajar ini diharapkan akan bermuara pada karakter positif mereka.
Setelah hampir 2 tahun pandemi, pembelajaran tatap muka terbatas (PTMT) mulai dilaksanakan di beberapa sekolah, tentu dengan evaluasi yang ketat. Harapan dari banyak pihak adalah PTMT ini akan berjalan dengan baik dan berangsur menjadi PTM tanpa “T” dan semua warga sekolah bisa bebas beraktivitas seperti sedia kala.
Ayo, temukan seminar atau diklat secara gratis yang dapat meningkatkan kompetensi guru dalam mengajar dengan cara menjadi anggota e-Guru.id. Klik pada link INI atau poster berikut untuk gabung menjadi member e-Guru.id!