Dalam kurikulum merdeka, jika guru menggunakan modul ajar yang telah disediakan oleh pemerintah, maka guru tidak perlu membuat perencanaan asesmen. Namun, bagi guru yang ingin mengembangkan sendiri rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) atau modul ajar, ia harus merencanakan asesmen formatif teknik penilaian kurikulum merdeka.
Teknik Penilaian Formatif Kurikulum Merdeka
Ada banyak teknik yang bisa Anda gunakan untuk memperoleh (mengelisitasi) data atau informasi tentang kemajuan penguasaan kompetensi peserta dididk yang dapat digunakan dalam asesmen formatif. McCharty (2017) merekomendasikan siklus penilaian formatif sebagai berikut.
Observasi (Pengamatan)
Ketika proses pembelajaran berlangsung, observasi bisa Anda lakukan unutk mengetahui apa yang sudah dan belum dikuasai oleh siswa. Guru dapat mengetahui apa yang sudah atau belum siswa kuasai melalui apa yang siswa katakan, lakukan dan siswa hasilkan.
Ada beberapa bentuk instrumen yang bisa digunakan oleh guru untuk mendapatkan data tentang kemajuan siswa, yaitu:
- Catatan Anekdot.
- Buku Catatan Anekdot.
- Kartu Catatan Anekdot.
- Label atau Catatan Tempel (Sticky Notes).
Bentuk instrumen untuk teknik observasi selama ini sudah ada pada kurikulum 2013, mnisalnya dengan menggunakan jurnal pembelajaran baik oleh guru atau walikelas/BK. Selain itu, Anda juga bisa menggunakan catatan anekdot.
Catatan anekdot adalah catatan singkat yang ditulis selama proses pembelajaran saat siswa sedang bekerja secara indivu maupun kelompok, atau setelah pelajaran usai. Guru membuat catatan tentang kemajuan siswa menuju pencapaian target belajar. Catatan yang dibuat bisa menjadi gambaran kemajuan siswa secara umum atau individual.
Catatan anekdot memiliki beberapa fitur, diantaranya:
- Menjelaskan tanggal, tempat, dan waktu berlangsungnya kejadian, serta siapa observernya.
- Menggambarkan peristiwa yang terjadi secara faktual dan objektif.
- Melakukan pencatatan saat proses pembelajaran berlangsung atau setelah kegiatan belajar mengajar selesai, sebagai hasil refleksi dari guru.
- Bersifat selektif, artinya memilih peristiwa yang penuh dengan arti dan ada hubungannya dengan target pembelajaran.
- Ada solusi, tindak lanjut atau umpan balik dari kejadian yang telah terjadi pada siswa.
Diskusi
Diskusi di kelas dapat memberikan banyak informasi tentang penguasaan siswa terhadap konsep-konsep yangh dipelajari. Diskusi bertujuan untuk membangun pengetahuan dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan kreatif. Dengan adanya diskusi, wawasan dan kedalaman pemahaman siswa bisa meningkat sekaligus meluruskan informasi yang salah.
Guru bisa memulai diskusi dengan cara memberikan pertanyaan terbuka untuk para siswa, lalu menilai pemahaman siswa dengan mendengarkan jawaban mereka dan membuat catatan anekdot.
Admits atau Exit Slips
Admits Slips hampir sama dengan Exit Slips. Perbedaannya yaitu Admits Slips dilakukan sebelum memulai pembelajaran di kelas. Guru bisa meminta siswa untuk menuliskan komentar pada sebuah kartu di awal pembelajaran. Kartu-kartu tersebut nantinya dikumpulkan sebagai syarat untuk masuk kelas dan biasanya tidak dinilai dan tidak diberikan nama.
Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui tanggapan siswa tentang apa yang mereka pelajari atau yang akan mereka temui di dalam kelas, dan juga mengaktifkan pengetahuan awal siswa atau menghubungkan apa yang sudah mereka ketahui dan pelajari. Exit Slips dan Admits Slips bisa digunakan pada semua mata pelajaran.
Exit Slips merupakan jawaban tertulis dari pertanyaan yang diberikan guru pada akhir proses pembelajaran. Hal ini dilakukan untuk mengetahui pemahaman siswa terhadap konsep-konsep inti. Pertanyaan biasanya membutuhkan waktu maksimal lima menit untuk diselesaikan dan dikumpulkan saat siswa meninggalkan ruangan.
Guru bisa mengetahui dengan cepat mana siswa yang sudah paham, yang membutuhkan sedikit bantuan, dan yang membutuhkan pembelajaran yang lebih banyak tentang konsep tersebut.
Halaman Selanjutnya
Halaman : 1 2 3 Selanjutnya