Pandemi Memaksa Guru Belajar Lagi

- Editor

Jumat, 17 September 2021

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pandemi Covid-19 mulai mewabah di Indonesia sejak bulan Maret 2021. Untuk memutus mata rantai penyebaran virus tersebut, pemerintah memutuskan untuk menerapkan kebijakan ‘social distancing’ di mana warga harus melakukan semua aktivitas dari rumah seperti bekerja, belajar maupun beribadah.

Belajar dari rumah menjadi istilah dan kegiatan baru bagi setiap siswa sejak pandemi ini. Di awal pelaksanaan belajar dari rumah, baik guru maupun siswa belum siap melaksanakannya. Pasalnya, guru belum terbiasa memberi pembelajaran jarak jauh. Demikian pula dengan siswa, mereka terbiasa mengerjakan tugas pada buku tulis atau LKS (Lembar Kerja Siswa). Namun sejak pandemi, pada umumnya menyampaikan materi pembelajaran dan pengerjaan tugas harus dilakukan secara digital atau online.

Pada awal pemberlakuan pembelajaran jarak jauh atau pembelajaran daring, banyak guru yang memanfaatkan WhatsApp sebagai media pembelajaran online. Jadi setiap kelas membuat grup di WhatsApp kemudian  mengikutsertakan semua siswa satu kelas. Semua informasi pembelajaran disampaikan melalui sarana tersebut.

Namun seiring berjalannya waktu, ternyata ada beberapa kendala yang dialami siswa, seperti tidak semua siswa dapat masuk dalam grup WhatsApp disebabkan tidak memiliki gawai—yang menjadi pendukung utama dalam pembelajaran online. Selain keterbatasan sarana, siswa juga memiliki keterbatasan terkait ketersediaan paket data untuk mengikuti pembelajaran online.

Selain kedua masalah tersebut, siswa memiliki kendala pada  proses pembelajaran online. Ternyata proses belajar siswa menggunakan grup WhatsApp kurang maksimal. Hasil nilai kognitif dan keterampilan siswa mengalami penurunan karena guru kurang leluasa memberi penjelasan materi kepada siswa.

Penyampaian materi yang diberikan biasanya hanya dalam bentuk presentasi PowerPoint dan modul yang harus yang dipelajari secara mandiri oleh siswa. Kondisi siswa yang terbiasa menerima penjelasan secara rinci dan kurangnya minat baca siswa menjadi penyebab menurunnya prestasi siswa siswa. Dan kegiatan pembelajaran seperti ini membuat siswa kurang bersemangat sehingga siswa mengalami kebosanan dan bahkan ada yang tidak mengerjakan latihan tugas yang diberikan oleh guru.

Memperhatikan menurunnya semangat dan prestasi siswa, mendorong guru bahkan komite sekolah untuk membantu siswa lebih mudah dalam belajar online. Misalnya, komite sekolah membantu dengan membuat surat permohonan bantuan kepada kepala desa atau kelurahan untuk menyediakan jaringan Wi-fi desa yang nantinya bisa digunakan oleh belajar siswa.  

Guru BK bekerja sama dengan semua wali kelas membentuk kelompok belajar untuk siswa yang rumahnya berdekatan.  Sehingga harapannya mereka bisa saling membantu jika salah satu dari mereka memiliki kendala pembelajaran online.

Dan untuk mempermudah proses pembelajaran online, sekolah  menyediakan “Learning Management System” atau LMS yang bisa diakses oleh siswa di mana  dan kapan saja. LMS yang paling mudah dan ringan untuk diakses adalah Google Classroom. Semua guru mata pelajaran wajib mengunggah materi yang akan dipelajari siswa selama satu semester disertai dengan latihan atau tugas yang berfungsi untuk mengasah pengetahuan siswa.

Seiring berjalannya waktu, pandemi ternyata belum berakhir hingga saat ini bahkan tingkat penyebarannya sempat semakin meningkat. Dalam kondisi seperti ini, pembelajaran daring memang menjadi pilihan paling aman bagi siswa. Namun di sisi lain, siswa sudah mengalami kebosanan mengikuti pembelajaran daring tanpa ada pertemuan tatap muka sama sekali.

Untuk menghindari kebosanan siswa, guru perlu sesekali melakukan pembelajaran online yang lebih menari, seperti pembelajaran online secara virtual. Pembelajaran virtual yang dilaksanakan perlu diupayakan agar menarik sehingga siswa tidak bosan mendengarkan penjelasan guru. Kegiatan belajar tersebut akan menjadi menarik jika disisipi dengan presentasi materi dan latihan soal menggunakan aplikasi-aplikasi yang bisa melibatkan siswa secara langsung dalam pembelajaran. Misalnya menggunakan aplikasi Kahoot, Quizizz, Classpoint, Wordwall, Powerpoint dan lain sebagainya.

Untuk menyajikan pembelajaran daring anti-boring menggunakan aplikasi tersebut guru harus belajar lagi untuk mengetahui cara menyajikannya kepada siswa. Saat ini banyak sekali grup-grup pembelajaran khusus untuk guru yang menawarkan diklat, workshop, maupun seminar yang dilakukan secara daring untuk memberikan tambahan ilmu bagaimana cara membuat kelas daring yang tidak membosankan.

Dengan berbagai pelatihan tersebut, guru akan tahu bagaimana cara pemanfaatan fitur-fitur yang terdapat pada aplikasi pembelajaran online seperti Google Classroom, Microsoft Office 365, penggunaan Classpoint, membuat desain PowerPoint yang menarik, pemanfaatan Canva dalam pembelajaran, dan lain sebagainya.

Untuk mempelajari masing-masing aplikasi tersebut dalam sebuah pelatihan, biasanya membutuhkan waktu minimal 3 hari ditambah dengan praktik yang dilakukan secara  mandiri. Adapun aplikasi yang kompleks seperti mempelajari semua fitur Google Classroom, Microsoft Office 365 dan desain PowerPoint membutuhkan waktu yang lebih lama, biasanya ditempuh sekitar 13 hari.

Penggunaan semua aplikasi tersebut memang bisa dipelajari secara mandiri melalui video-video di  YouTube.  Namun jika guru masih tergolong pembelajar pemula, perlu mengikuti workshop atau diklat karena akan mendapat bimbingan langsung dari narasumber. Selain itu guru juga akan mendapat sertifikat untuk menambah poin  untuk program Pengembangan Keprofesian Berkelanjutan (PKB).

Agar kompetensi guru selalu relevan dengan perubahan zaman,  seorang guru memang dituntut untuk selalu belajar dan belajar. Sehingga tidak salah jika ada istilah “Guru Belajar Meskipun Mengajar.”

Ditulis oleh Indah Pujiastuti, S.Pd (Guru di SMAN 2 Situbondo)

Berita Terkait

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka
Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 
Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan
Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan
Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan
Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 
Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua
Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan
Berita ini 0 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 20 Februari 2024 - 10:35 WIB

Memaksimalkan ChatGPT untuk Pembelajaran Berdiferensiasi dalam Kurikulum Merdeka

Senin, 19 Februari 2024 - 15:20 WIB

Dampak Positif Kecerdasan Buatan untuk Pendidikan di Indonesia 

Jumat, 16 Februari 2024 - 09:32 WIB

Menggali Potensi Kecerdasan Buatan dan Etika Penerapannya di Dunia Pendidikan

Selasa, 13 Februari 2024 - 10:50 WIB

Kecerdasan Buatan yang Mengguncang Dunia Pendidikan

Selasa, 6 Februari 2024 - 10:35 WIB

Geogebra Media Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan

Senin, 5 Februari 2024 - 10:27 WIB

Apakah  Sosok Guru Akan Tergantikan oleh Teknologi AI? 

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:55 WIB

Kehadiran ChatGPT dalam Dunia Pendidikan, Bagai  Pedang Bermata Dua

Sabtu, 3 Februari 2024 - 15:20 WIB

Keajaiban Kecerdasan Buatan (AI) yang Mampu Merevolusi Dunia Pendidikan

Berita Terbaru