Suatu materi pelajaran harus terlebih dahulu dikaji oleh guru untuk mengidentifikasi keterampilan-keterampilan prasyarat yang harus terlebih dahulu dikuasai siswa sebelum dapat mempelajari materi tersebut. Guru harus memastikan bahwa siswa telah benar-benar menguasai keterampilan-keterampilan prasyarat tersebut. Jika ternyata siswa belum atau kurang menguasai keterampilan prasyarat tersebut, maka guru terlebih dahulu harus memantapkan penguasaan keterampilan prasyarat itu.
Menurut Kauchack & Eggen (1993), pada saat akan mengajarkan sebuah keterampilan kompleks, guru harus terlebih dulu memecah-mecah suatu topik atau suatu keterampilan menjadi bagian-bagiannya atau keterampilan-keterampilan prasyarat. Cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk memecah-mecah suatu topik atau suatu keterampilan tersebut adalah melalui proses yang disebut task analysis (analisis tugas). Proses ini dilakukan oleh guru pada saat merencanakan kegiatan belajar mengajar.
Menurut Arends (2001), task analysis (analisis tugas) adalah cara yang digunakan oleh guru untuk mengidentifikasi akan hakikat sebenarnya dari suatu keterampilan yang terstruktur dengan baik, yang akan diajarkan oleh guru. Ide pokok yang melatarbelakangi munculnya analisis tugas oleh para pakar pembelajaran adalah, bahwa suatu keterampilan yang kompleks tidak akan dapat dipelajari semuanya sekaligus dalam satu waktu tertentu.
Untuk mengembangkan pemahaman yang mudah dan pada akhirnya menghasilkan penguasaan sebuah keterampilan kompleks, maka keterampilan yang kompleks tadi harus terlebih dahulu dibagi-bagi menjadi komponen-komponen bagian, sehingga dapat diajarkan berurutan dengan logis dan tahap demi tahap.
Hampir semua materi pelajaran, khususnya mata pelajaran Fisika menuntut siswa untuk dapat melakukan perhitungan-perhitungan matematis. Kemampuan perhitungan matematis merupakan keterampilan prasyarat dasar yang harus dimiliki siswa yang akan mempelajari Fisika. Jika siswa yang tidak menguasai keterampilan prasyarat ini, maka siswa akan gagal untuk mencapai hasil belajar Fisika yang diharapkan.
Kebanyakan siswa-siswa yang belum berhasil mencapai batas ketuntasan minimal disebabkan karena ketidakmampuan mereka menyelesaikan soal-soal ulangan yang diberikan pada tahapan perhitungan matematisnya. Ini bisa dimengerti, jika soal ulangan harian dalam bentuk soal pilihan ganda, maka otomatis ketidakmampuan menyelesaikan perhitungan matematis akan membuat siswa-siswa tersebut salah dalam menentukan pilihan jawaban yang benar, walaupun mereka hafal konsep atau rumus yang diperlukan untuk menjawab soal tersebut.
Pada soal hitungan bentuk uraian pun mereka tidak akan memperoleh nilai yang sempurna untuk setiap soal yang diberikan, karena beberapa langkah dalam menjawab soal tidak bisa mereka selesaikan dengan benar.
Kemampuan untuk menyelesaikan soal-soal hitungan Fisika adalah sebuah keterampilan yang kompleks. Ada keterampilan-keterampilan bagian yang harus dikuasai oleh siswa terlebih dahulu. Sub-sub keterampilan tersebut salah satunya adalah keterampilan matematis. Keterampilan matematis sendiri masih terdiri dari beberapa sub keterampilan seperti keterampilan mengalikan bilangan bulat, membagi bilangan bulat, dan lain sebagainya.
Seperti kita ketahui hampir semua materi pelajaran Fisika menuntut siswa untuk dapat melakukan perhitungan-perhitungan matematis tersebut. Maka guru bisa melakukan tes diagnostik kemampuan matematis pada siswa. Hasil tes diagnostik kemampuan matematis yang diberikan guru di awal pembelajaran setiap bahan kajian akan membantu guru untuk menentukan berapa dan siswa mana saja yang memerlukan bimbingan dan pelatihan; serta cara memberikan bimbingan dan pelatihan, apakah secara klasikal ataukah secara individual dan pemanfaatan tutor sebaya. Lewat hasil tes diagnostik ini pula dapat dilihat keterampilan matematis mana yang telah atau yang belum dikuasai oleh siswa.
Contohnya adalah mempelajari materi gaya, hukum Newton dan pesawat sederhana pada mata pelajaran fisika untuk tingkat SMP/MTs. Pada materi tersebut terdapat keterampilan matematis yang harus dikuasai siswa, misalnya menjumlahkan bilangan bulat atau bilangan desimal pada persamaan; mengurangkan bilangan bulat atau bilangan desimal; mengkuadratkan bilangan bulat atau bilangan desimal dan menghitung akar kuadrat; membagi bilangan bulat atau bilangan desimal, mengalikan bilangan bulat atau bilangan desimal, dan masih banyak lagi keterampilan matematis lainnya yang harus dikuasai siswa.
Demikianlah pentingnya task analisis (analisis tugas) dalam belajar fisika. Karena menyelesaikan soal-soal hitungan fisika adalah sebuah keterampilan yang kompleks, sehingga ada keterampilan-keterampilan bagian (sub-sub keterampilan) yang harus dikuasai oleh siswa terlebih dahulu, salah satunya adalah keterampilan matematis. Keterampilan matematis merupakan keterampilan prasyarat di mata pelajaran fisika.
Ditulis oleh Siti Puspita Andajani (Guru di MTsN 1 Kediri)