Oleh Sumini, S.Pd.
Guru di SMPN 1 Tanggunggunung
Di sini saya akan menggambarkan bagaimana cara saya mengajarkan pada siswa tentang cara saya mengajar membuat teks pidato berbahasa Jawa Krama menggunakan metode diskusi.
Di awal pembelajaran saya menjelaskan pada para siswa tentang apa itu pidato dan bagian-bagian teks pidato, serta bagaimana cara menyusun teks pidato dalam bahasa Jawa Krama. Kemudian saya menunjukkan kepada mereka beberapa contoh teks pidato. Selain itu juga ada teks narasi, teks profil tokoh, teks tanggapan deskripsi, teks drama, teks berita, teks laporan kegiatan, teks anekdot, teks argumentasi, teks prosedur dan teks hasil observasi.
Kemudian saya layangkan pertanyaan kepada mereka, “Para siswa, ing antarane teks-teks iki, endi kang mujudake teks pidato?” Mereka saya minta menunjuk salah satu teks yang saya perlihatkan tadi.
Mereka maju satu persatu untuk menunjuk teks pilihan masing-masing. Seorang siswa menunjuk ke arah teks deskripsi. Siswa lainnya menunjuk teks narasi, teks laporan kegiatan, teks laporan observasi, ada juga yang menunjuk teks yang bukan merupakan teks pidato. Rupanya mereka ini belum memahami teks pidato. Padahal di awal pembelajaran sudah saya jelaskan. Ternyata dari 30 orang siswa di kelas saya, hanya 10 siswa sudah mengetahui teks pidato, sedangkan 20 orang siswa yang lainnya masih belum mengetahui.
Lalu siswa di kelas saya tersebut bentuk kelompok, dengan harapan agar segala kesulitan dapat dipecahkan bersama secara berdiskusi. Dari proses diskusi ini nampak bahwa semua kelompok rata-rata kesulitan dalam menyusun kata-kata berbahasa Jawa Krama dalam pembuatan teks tersebut. Titik kelemahan mereka sama yaitu belum menguasai kosa kata bahasa Jawa Krama, utamanya dalam penerapan Krama Halus. Mereka bingung dari mana dan bagaimana harus memulai membuat teks tersebut karena pengetahuan dan perbendaharaan mereka tentang bahasa Jawa Krama masih sangat minim.
Untuk mengatasi masalah tersebut berbagai macam cara mereka tempuh. Ada yang langsung bertanya pada saya selaku guru Bahasa Jawa, ada yang mencari di internet, ada juga yang berinisiatif untuk mencari kamus (bausastra) Ngoko-Krama di perpustakaan sekolah.
Dan berikut ini cuplikan dialog yang menggambarkan keseruan di antara mereka saat mencari solusi tersebut:
Dialog 1
Ini adalah dialog kelompok 1, yang diketuai oleh seorang siswa yang bernama A:
Siswa A : Bu guru, badhe taken pareng?
Guru : Mesthi wae pareng, arep takon apa?
Siswa A : “Ing kene aku minangka gantine kelas 9.” Menawi ukara menika dipundadosaken krama alus dospundi nggih, Bu?
Guru : “Ing mriki kula minangka sesulih kelas 9.” Mangkono iku dadine ukara, Nak.
Siswa B : Wow, mekaten nggih, Bu.
Siswa C : Matur sembah nuwun, Bu guru.
Guru : Iya padha-padha.
Dialog 2
Ini merupakan percakapan yang terjadi pada kelompok 2 yang ketuanya adalah Siswa D:
Siswa D : Ayo, cah! Kelompoke dhewe dhisik nggolek kosa kata saka internet ae!
Siswa E : Oke. Siapa takut?!
Siswa F : Iya, sampeyan wong loro nggolek saka internet, dene aku tak nggampil bausastra menyang Bu guru,yo?
Siswa G : Iyo kenek.
Dialog 3
Kelompok 3 yang digawangi oleh Siswa H mulai beraksi.
Siswa H : Kanca-kanca, ayo kelompoke dhewe golek solusi menyang perpustakaan wae. Timbang panggah bingung, mengko ora rampung-rampung piye hayo?
Siswa I : Oke. Aku setuju, kamu bagaimana, J, setuju tidak?”
Siswa J : Ya setuju lah, masa tidak?
Siswa I : Ayo yen ngono ndang budhal ae, gek ben ndang cepet rampung.
Siswa J : Iyo, nanging dhisik dakmatur Bu guru, yo!
Siswa J : Iyo wis, kana ndang!
Siswa H : Bu guru, menawi dipun keparengaken kelompok kula badhe dhateng perpustakaan pados kamus kalian buku literatur?
Guru : O, iya, pareng, sing penting aja rame yo ing kana, amarga sebelahe perpus iku kan kelas, lagi diwulang to?
Siswa H dkk. : O, inggih Bu sendika dhawuh.
Dialog-dialog di atas hanya sebagian contoh dialog yang mereka lakukan dalam upaya mencari solusi agar mereka bisa menyelesaikan tugas membuat teks pidato dengan baik dan benar. Dari sini mereka fokus membuat teks pidato berbahasa Jawa Krama.
Seperti yang telah dibahas pada paragraf sebelumnya, bahwa sebagian besar mereka masih kesulitan membuat teks pidato karena perbendaharaan bahasa Jawa Krama yang mereka miliki masih kurang memadahi. Tapi dengan cara diskusi kelompok, mereka dapat mengatasi dan menyelesaikan tugas membuat teks pidato.
Lima kelompok sudah maksimal, sudah bagus hasilnya, sedangkan 5 kelompok yang lain hampir bagus. Jika diteliti, yang hasilnya sudah bagus itu adalah kelompok siswa yang memang ulet, sabar dan pantang menyerah untuk mendapatkan kosa kata berbahasa Krama yang mereka butuhkan di dalam membuat teks tersebut. Jadi 5 kelompok sudah berhasil, sedangakan 5 kelompok yang lain masih kurang berhasil.
Karena pidato bahasa Jawa itu sebagian besar menggunakan bahasa Jawa Krama, maka kunci utamanya harus belajar banyak perbedaharaan kata Krama dengan cara belajar dari Kamus Ngoko –Krama (Bausastra) dan menerapkan penggunaan bahasa Jawa Krama itu dalam kehidupan sehari-hari sesuai dengan tatarannya (unggah-ungguhnya).
Yang perlu ditegaskan juga di sini bahwa dalam proses pencarian dan juga menghafal kosa kata krama ini dibutuhkan kesabaran, keuletan dan tidak gampang menyerah. Jadi awalnya mereka dalam membuat teks itu harus sering membuka kamus bahasa Jawa atau harus berani sering tanya kepada orang yang kompeten dalam hal tersebut, yang berada di sekitarnya. Baru kemudian dituangkan dalam tulisan berupa teks pidato.
Sejak saat itu, mereka yang termasuk kelompok yang belum maksimal dalam pembuatan teks pidato itu menjadi sering membuka kamus bahasa Jawa Ngoko-Krama. Mereka mempelajari kamus itu, dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dengan orang-orang yang berada di sekelilingnya seperti bapak, ibu, kakek, nenek, guru, karyawan sekolah dan sebagainya. Dengan demikian mereka dari yang belum mengetahui teks pidato menjadi tahu dan memahami karena sudah melakukan praktik. Dan bahkan tidak hanya bisa membuat teksnya saja, tetapi mereka juga sudah bisa praktik berpidato. Dan sebagai hasil akhir dari pembelajaran pidato ini, melalui perwakilan kelompoknya mereka berani berpidato di depan kelas di hadapan teman-temannya.
Jadi dapat disimpulkan penggunaan strategi pembelajaran dengan metode diskusi dapat meningkatkan kemapuan siswa pada materi membuat pidato berbahasa Jawa Krama. Dari awalnya hanya 0 persen dari 30 siswa yang tidak bisa membuat teks pidato bahasa Jawa, total 83 persen atau sebanyak 25 siswa yang mampu membuat teks tersebut.
Setelah diterapkan strategi pembelajaran dengan metode diskusi, yang di dalam pelaksanaannya siswa secara berkelompok berdiskusi untuk memecahkan masalah, yang dalam hal ini terkait dengan cara menyusun teks pidato dengan menggunakan Bahasa Jawa Krama, para siswa yang semula belum tahu teks pidato berbahasa jawa dan tidak bisa menyusun teks pidato menjadi tahu dan mampu menyusun teks pidato karena sudah memiliki banyak perbendaharaan kosa kata bahasa Jawa Krama.
Dari sini dapat ditarik benang merah bahwa jika ada kemauan untuk berusaha, maka kesulitan sebesar apapun pasti dapat dipecahkan.